Oleh: Muhammad Syukran*
![]() |
(dok. pribadi) |
Ada kebiasaan baik di kalangan kita akhir-akhir ini. Ini disebabkan peradaban insan yang semakin cerdas. Juga referensi pikir yang semakin sistematis. Di ketika insan dahulu takut dan sungkan untuk bergerak lebih maju kini semua orang berlomba-lomba biar digelari sudah maju dan beradab. Dengan kata lain bisa diartikan bila masyarakat kini sudah semakin berakal bisa memilah dan menentukan mana yang terbaik untuk pilihan hidup.
Zaman dulu ketika seseorang ingin bepergian jauh dari rumah, niscaya akan bertanya kepada orang yang punya pengalaman. Terlepas tujuan yang sama, bisa jadi dari persiapan dan bekal atau hanya sekadar nasehat-nasehat kecil di jalan. Contoh lain ketika ingin berhaji di zaman dulu. Setiap orang niscaya akan meminta wejangan kepada orang bau tanah yang sudah pernah ke sana. Pasti akan ada cerita-cerita unik kemudian dilanjuti bimbingan khusus biar selamat hingga tujuan.
Beda dengan sekarang. Orang sudah bisa bepergian jauh tanpa ditemani seorang sobat pun. Dengan alasan jarak tempuh yang jauh sudah lebih dekat bila naik pesawat, tak perlu menghabiskan waktu berbulan-bulan. Hanya saja uang di saku harus lebih dari cukup. Biasa orang sering membayar sebuah liburan atau traveling berikut dengan pemandunya. Karena belum pernah ke sana.
Beberapa tahun terakhir muncul inisiatif dari beberapa orang yang dirasa bisa meminimalisir pengeluaran ketika perjalanan. Tanpa harus membayar pemandu untuk keluar negeri. Yaitu dengan membaca buku panduan traveling dengan pilihan daerah tujuan masing-masing. Hampir setiap daerah di seluruh belahan dunia sudah ada panduannya. Ide cemerlang ini muncul dari catatan perjalanan sebagian orang yang kemudian dijadikan buku biar sanggup memandu orang lain. Selain sebagai warta destinasi, buku-buku tersebut juga bisa menambah wawasan pembaca.
![]() |
(dok. pribadi) |
Sekarang orang tak perlu naik kapal laut, kuda dan unta bahkan keluar hotel memanggil taksi untuk bepergian jauh. Cukup membuka handphone dan memesan kendaraan yang diharapkan lewat aplikasi tertentu. Itu semua yaitu bentuk penemuan demi fasilitas insan di zaman serba ada ini. Bayangkan saja bila kita terus mewarisi tradisi orang bau tanah dahulu bepergian harus ibarat mereka lakukan, sungguh sangat repot.
Saat pertama kali datang di Mesir, saya sering tidak berada di rumah. Menghabiskan banyak waktu di luar, melewati bangunan kota daerah saya tinggal. Saya bisa mengingat semua daerah yang saya lewati. Dan tak akan tersesat bila diajak ke sana lagi. Menyusuri setiap jalanan dan bangunan guna memudahkan acara sehari-hari. Naik transportasi umum dan taksi yang ada. Kadang saya tak segan-segan menumpang kendaraan beroda empat kolam terbuka biar mengefektifkan waktu dan uang jajan. Begitulah nasib perantau yang tak tahu aib ini.
Hampir setengah kepingan negara Mesir sudah saya kunjungi. Walaupun begitu ada hal yang kurang dan ganjal di benak saya. Itu terjadi sehabis saya gabung dengan komunitas sejarah Kupretist du Caire. Di sana saya menerima banyak wawasan ihwal tempat-tempat di Mesir. Dari nilai sejarah dan arti dari daerah tersebut. Sebuah isyarat etik yang berlaku sebelum pergi ke suatu tempat, yaitu terlebih dahulu harus membaca sebuah goresan pena atau buku yang menulis ihwal daerah tersebut.
Hingga kemudian saya tahu kalau di daerah komunitas saya bernaung ada sebuah “guide book” bagus. Yaitu buku panduan ihwal Mesir, sangat lengkap bagi siapapun yang hendak berjalan-jalan atau mempelajari Mesir lewat sebuah tulisan. Buku “Long Journey to Egypt” yaitu buku panduan ke Mesir dan Al-Azhar terlengkap. Berbahasa Indonesia dan sangat simpel bisa membantu Anda mengelilingi negara Mesir dengan gampang tanpa harus tersesat.
Buku ini merupakan karya anak bangsa di bawah komunitas besar, Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) di Mesir. Cetakan pertama buku ini di tahun 1995 dan masih berlanjut hingga sekarang. Buku ini sudah ribuan copy beredar di Mesir dan tanah air. Sudah cetakan ketujuh, dengan beberapa kali revisi di setiap edisinya. Sehingga betul-betul update dan tidak bau tanah ibarat umurnya. Bahkan terdapat destinasi gres Mesir yang mungkin belum ditulis di buku lain.
![]() |
(sumber: Tim Buku “Long Journey to Egypt”) |
Seperti buku panduan perjalanan lainnya. Semisal Haji Backpacker, Perjalanan ke Atap Dunia, The Jilbab Traveler, The Journeys, Kedai 1001 Mimpi, dan 5 cm. Buku ini tak hanya memandu seseorang berjalan dengan bebas tapi juga bisa mengaktualkan para pembaca. Sehingga tempat-tempat bernilai sejarah tak hanya dilalui dengan berfoto selfie ria. Di dalamnya terdapat gambar tiap daerah yang bisa menghadirkan para pembaca seolah sedang berada di daerah tersebut, foto-foto tersebut dari hasil jepretan langsung penyusun.
Buku ini sudah menjadi rujukan utama bagi turis Asia ibarat Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan negara serumpun melayu. Buku tebal 440 halaman ini sanggup ditemukan di toko buku tanah air. Jika tidak dapat, anda boleh memesan di Instagram dan Facebook Keluarga Mahasiswa Aceh Mesir. Harganya terjangkau dan ringan ketika dibawa ke mana-mana. Karena memakai kertas berbahan ringan dari sebelumnya.
Buku ini bukan saja membahas ihwal destinasi wisata tapi juga studi di Al-Azhar dengan lengkap. Bisa dibayangkan untuk kuliah di Al-Azhar Universitas tertua di dunia itu, Anda hanya cukup membaca buku ini sebagai pengenalan. Itu sangat membantu Anda mengetahui warta secara praktis, akurat, valid dan terkini bagi calon mahasiswa Indonesia yang hendak mencar ilmu di Mesir.
Kembali ibarat yang saya katakan di awal, bahwa tidak selamanya buku panduan sanggup memandu seseorang bepergian bila saja buku itu tidak disentuh kemudian dibaca. Seperti buku panduan untuk menerbangkan pesawat, Anda bisa mempelajari teori-teorinya tapi belum tentu bisa menerbangkan sebelum mempraktekkannya. Begitu juga buku panduan ini hanya menjelaskan bagaimana daerah dan suasana di Mesir tapi kalau Anda tidak mengunjunginya juga tidak akan tahu esensi dari daerah tersebut. Sama persis ibarat Al-Quran yang tak bisa memberi hidayah bagi insan yang tak membacanya dan dibacakan kepadanya.
Terakhir sedikit evaluasi penulis ihwal buku ini. Selain sangat bagus, belum penulis temui buku yang sanggup menyamainya. Bahkan ada yang menimbulkan buku ini sebagai referensi kepenulisan. Dengan adanya edisi terbaru ini semoga bisa mempermudah jalan menuju Mesir serta bisa mengatasi rasa malas membaca di kalangan kita, terlebih bukunya sudah sangat ringan untuk dijinjing dan dibawa ke mana-mana.
Bagi yang ingin membeli, Segera Hubungi Tim Buku “Long Journey to Egypt”. Harga yang ditawarkan sangat bersahabat.
👉 HANYA : 120 Le
👉RESELLER/AMBIL BANYAK : HARGA SPESIAL
Via Call/ Whatsapp:
Ahmad Yani (+20 114 188 1003)
Mukhlis Hasballah (+20 109 509 9212)
A'maril Basyiriy ( +20 101 763 5737)
Zulfahmi (+20 155 804 4860)
Ari Adliansyah (+20 101 621 3757)
*Penulis yaitu Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah dan Filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.