Oleh: Muammar Zainun
Pagi hari ialah waktu yang baik untuk memulai segala aktifitas. Ayam saja berkokok di waktu subuh, kemudian diiringi oleh kicauan burung-burung menjelang terbitnya matahari. Demikian juga halnya dengan manusia, mereka juga berusaha untuk secepatnya memulai aktifitas sehabis shalat shubuh, mengejar keberkahan yang ada di pagi hari. Ada yang profesinya sebagai tenaga pengajar, kontraktor, petani, pedagang, dll, semua mereka memulainya di pagi hari.
Pagi hari ialah waktu yang baik untuk memulai segala aktifitas. Ayam saja berkokok di waktu subuh, kemudian diiringi oleh kicauan burung-burung menjelang terbitnya matahari. Demikian juga halnya dengan manusia, mereka juga berusaha untuk secepatnya memulai aktifitas sehabis shalat shubuh, mengejar keberkahan yang ada di pagi hari. Ada yang profesinya sebagai tenaga pengajar, kontraktor, petani, pedagang, dll, semua mereka memulainya di pagi hari.
Sejak tadi pagi, saya mendengar bunyi pintu toko sedang dibuka oleh pemiliknya. Lalu diiringi oleh percakapan antara beberapa orang yang menyangkut pekerjaan mereka di toko ini. Dari cara mereka bicara, nampaknya mereka sudah sangat menguasai pekerjaan tersebut. Semakin lama, bunyi insan semakin ramai, menandakan sesungguhnya banyak transaksi yang terjadi di sekitar sini.
Tiba-tiba ''sruuuutttt...''
Laci ditarik oleh pemilik toko. Aku lihat ia sedang menatap ke arah kami sambil memilah dan menentukan mana yang berdasarkan ia cocok untuk diambil sebagai kembaliannya.
Disaat saya menatapnya dengan seksama, ternyata
''ooowhh....''
Betapa terkejutnya aku, ternyata saya yg diambil sebagai uang kembalian kepada salah seorang pembeli roti di toko ini.
Aku diambil dan dilipat, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah dompet. "Dompet ini begitu nyaman, tampaknya dompet ini mahal harganya dan pemiliknya pun orang menengah ke atas".
Tak usang kemudian, aku mendengar bunyi pintu kendaraan beroda empat ditutup rapat
"Bumm..."
Lalu diiringi dengan bunyi mobil. Inilah awal perjalananku hari ini.
Namaku ialah Le. 20. Ada juga yang memanggilku 20 Pound Egypt (mata uang Mesir). Warnaku hijau muda, salah satu sisiku adalah gambar Mesjid Muhammad Ali Pasha. Mesjid ini terletak sempurna di tengah-tengah Qal'ah (benteng) Sultan Shalahuddin Al Aiyuby, seorang panglima perang dari Iraq yang pergi ke Mesir untuk mempertahankan negeri ini dari serbuan negara asing. Sekarang, Qal'ah ini sudah menjadi museum militer nasional Mesir.
Aku merasa besar hati dengan tampilan begini. Warnaku bisa menyehatkan mata bagi yang memandangnya. Gambar mesjid tersebut jùga punya sejarah besar di masa kejayaan umat Islam. Setiap ukirannya tersirat pesan, sesungguhnya kejayaan Islam merupakan kejayaan seluruh alam semesta. Karena agama Islam ialah agama Rahmatan Lil'alamin, rahmat bagi seluruh alam.
Sejak kemarin siang, saya berada di toko ini, saya menjadi salah satu penghuni sementara laci toko roti yang tidak mengecewakan ramai dikunjungi pelanggan ini. Karena, roti merupakan masakan yg banyak dikonsumsi oleh masyarakat di negeri ini. Ada roti tawar, roti isi keju, coklat, dll. Ada juga roti yang diisi dengan kibdah (hati sapi yang digoreng).
Selaku Le. 20, saya sangat sering berpindah tempat. Kemana saja saya pergi, siapa saja yang memilikiku, mereka senang. Akan tetapi kesenangannya tidak berlebihan dan tidak ada yang membenci diriku hingga membiarkanku tercecer di jalanan. Walaupun orang-orang mencintaiku tidak ibarat menyayangi lembaran-lembaran yang lebih tinggi nilainya dari diriku. Seperti Le. 50, Le. 100 dan Le. 200.
Keberadaan mereka selaku lembaran-lembaran mahal tersebut sangat-sangat sering diintai oleh kepetangan insan yang tidak bertanggung jawab. Yaitu Orang-orang yang ingin mendapat mereka dengan jalan yang tidak halal. Sering kali pemilik yang sah bagi mereka mencari daerah yang kondusif untuk menyimpannya. Tapi tidak jarang juga mereka dirampas orang. Sehingga banyak pemiliknya yang stress jawaban kehilangan mereka.
Keistimewaan mereka ialah sering kali beredar ataupun bermain dalam lingkungan orang-orang menengah ke atas. Dan sangat jarang mereka berpindah ke tangan orang-orang yang hidupnya pas-pasan. Bahkan yang hidupnya di bawah garis kemiskinan.
Nah, berbeda dengan diriku. Aku sering dihargai dengan disimpan di daerah yang aman, siapa saja yang mempunyai diriku dengan sah, mereka tidak khawatir seperti pemilik uang yang lebih mahal dariku. Dan tidak pula mereka menyia-nyiakanku.
Sehari-harinya, saya berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Terkadang saya masuk ke dalam lingkungan keluarga orang-orang menengah ke atas. Seperti keluarga pejabat, kontraktor, pengusaha dll. Ada kalanya saya berpindah ke tangan orang-orang menegah ke bawah.
Aku selalu memperhatikan perilaku mereka yang menjadi pemilikku untuk sementara. Kadang-kadang saya disedekahkan untuk yayasan-yayasan yang mengurus panti asuhan, saya sangat bangga. Karena bisa membantu kelangsungan hidup mereka selaku anak asuh. Serta bisa membantu membuatkan potensi pendidikan mereka demi kemajuan agama dan bangsa.
Ada kalanya juga saya masuk ke dalam lingkungan rumah sakit. Aku juga sangat mempunyai kegunaan di sana. Kadang-kadang hingga satu ahad saya menjadi penghuni rumah sakit. Ada kalanya saya masuk melalui keluarga pasien, mereka membayar harga obat di rumah sakit. Hari berikutnya, saya bersama temanku Le. 20 dan Le. 10 lainnya ditukar dengan Le. 50 ke ruang rawat inap. Aku cuma berpindah daerah saja. Tapi masih dalam lingkungan rumah sakit.
Hari-hari yang kulalui sangat bergam. Ada yang menjadikanku sebagai harga produk, ada yang menyedekahkanku di jalan kebaikan, ada juga yang menukarkanku bersama teman-temanku dengan mereka yang lebih tinggi dari segi nilai yang tertulis.
Aku selalu berharap semoga saya tidak jatuh ke tangan orang-orang yang memanfaatkanku di jalan yang tidak benar, ibarat perjudian, taruhan, jual beli yang tidak sah berdasarkan agama, dll. Karena saya bisa dijadikan sebagai alat untuk sebuah transaksi yang sangat-sangat merugikan salah satu pihak dan merusak moral manusia.
Aku pernah juga menjadi milik seorang nasabah bank untuk disimpan di sana. Ketika saya masuk ke dalam brangkas bank tersebut, sangat banyak kutemukan teman-teman yang senilai ataupun berbeda nilai denganku. Kebanyakan tampilannya masih baru, bersih dan wangi. Disaat saya sedang mulai mencicipi kenyaman di daerah tinggalku yang baru, tiba-tiba saya bersama teman-temanku diambil oleh pegawai bank, kemudian kami dimasukkan ke dalam mesin ATM.
"Woooowww... Aku jadi penghuni ATM untuk sesaat"
Ini merupakan kali pertàma saya masuk ke sini. Ternyata di sini kami tersusun rapi dan tertib. Kami merasa nyaman berada di sini. Ini merupakan mesin teknologi canggih yang ada di peradaban moderen.
Aku masih mencicipi suasana tenang dan nyaman berada di sini, alasannya ialah kami tersusun rapi, tiba-tiba tiba seseorang memasukkan kartu ke dalam ATM, ini merupakan penarikan pertama selama saya jadi penghuni mesin ini. Lalu secara otomatis kami dihitung oleh mesin penghitung yang canggih, beberapa lembar uang kertas pribadi keluar dari mesin sesuai dengan jumlah penarikannya. Kali ini saya masih berada di dalam mesin, alasannya ialah tidak termasuk dalam hitungan penarikan. Aku masih bisa menikmati masa-masa ini sebelum saya ditarik keluar.
Tanpa terasa sudah 10 jam saya tinggal di sini, rasanya gres 10 menit. Mungkin alasannya ialah faktor kenyamanan dan ketertiban mesin ini. Tiba-tiba "sreeeeeeettt..." saya tertarik keluar. Sebuah tangan pribadi menyapa dan memegang diriku, kemudian menariknya hingga saya benar-benar keluar dari mesin canggih ini. Aku dimasukkan ke dalam dompet dan dibawa untuk proses transaksi yang lain.
Di lain kesempatan, saya dimasukkan ke tabung amal mesjid oleh salah seorang jamaah shalat jum'at. Khatib sedang memberikan isi khutbahnya. Kebetulan wacana keutamaan orang-orang yang menyedekahkan hartanya di jalan Allah, sambil membacakan Ayat-ayat dan Hadits-hadist sebagai dalilnya.
Tak usang kemudian, penghuni tabung amal ini semakin bertambah. Angkanya pun berbeda-beda, bahkan banyak pula angka-angkanya yang lebih besar dariku. Tabung ini pribadi digeser secara bergilir ke jamaah yang lain hingga hingga ke ujung shaf.
Aku bergumam dalam hati, "khatib ini yang dengan ikhlasnya telah berhasil mengajak jamaah shalat Jum'at untuk berinfak dengan memberikan keutamaan-keutamaannya yang disertai dalil-dalil dari Al Alquran dan As Sunnah. Sehingga banyak jamaah yang sudah berbuat kebaikan alasannya ialah undangan khatib tersebut".
Di sela-sela peredaranku sehari-hari, pernah juga saya masuk ke pasar ikan. Semua niscaya tau bagaimana kondisi pasar ikan. Bau ikan pun menempel padaku tatkala penjualnya memegangku sehabis memegang ikan. Walaupun demikian, saya tetap menjadi yang paling berharga di sini. Para penjual ikan rela menukarkan ikannya yang besar dan susah dicari di lautan dengan diriku yang cuma berupa lembaran biasa.
Terkadang saya terpilih sebagai dana beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa yang telah lulus seleksi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, maupun pihak sekolah atau kampus itu sendiri. Di sini saya juga berperan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi bagi pelajar ataupun mahasiswa yang kurang mampu, aku sangat-sangat bermanfaat bagi mereka.