Sahabat mungkin kita pernah mendengar kisah hati mentah dimakan manusia?, ya ialah Hindun istri pembesar Quraisy Abu Sufyan yang memakan hati Hamzah paman rasulullah, yang dijuluki Singa Allah.
Karena dendam dalam hatinya, semua keluarga Abu jahl, Abu Lahab, saudara-saudaranya meninggal pada masa perang Badar, dan mereka jatuh di tangan Hamzah, hal inilah yang menciptakan Hindun begitu marah pada Hmazah, sampai balasannya ketika perang Uhud, Ia menyiapkan seorang budak pemanah, khusus untuk membunuh Hamzah, budak itu berjulukan Wasyi.
Sahabat, tentu ketika itu Istri pembesar Makkah ialah sebuah kedudukan yang mulia. Terlebih jika membuka hati untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Islam akan menghapus segala kesalahan yang pernah dibuatnya.
Hindun bintu ‘Utbah bin Rabi’ah bin ‘Abdisy Syams bin ‘Abdi Manaf Ummu Mu’awiyah istri Abu Sufyan bin Harb ibu sobat yang mulia Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma. Ibunya berjulukan Shafiyyah bintu Umayyah bin Haritsah bin Al-Auqash bin Murrah bin Hilal bin Falij bin Dzakwan bin Tsa’labah bin Bahtah bin Salim.
Sebelum kehadiran Abu Sufyan dalam kehidupan Hindun pernah menikah dengan Hafsh bin Al-Mughirah bin Abdillah bin ‘Umar bin Makhzum. Dari ijab kabul itu lahir seorang anak laki2 berjulukan Aban.
Ketika Hindun menjanda dia meminta kepada ayah ‘Utbah bin Rabi’ah “Aku seorang perempuan yang sanggup menentukan urusanku maka jangan nikahkan saya sebelum engkau beritahukan padaku.” Sang ayah menyetujui permintaannya.
Hingga suatu ketika ‘Utbah menyampaikan pilihan kepada Hindun “Ada dua orang laki-laki yang meminangmu dan saya tidak akan menyebutkan nama padamu sebelum kugambarkan padamu terlebih dulu sifat mereka.”
‘Utbah menceritakan laki-laki yang pertama ialah orang yang mulia, gampang diatur istri alasannya ialah dia orang yang tidak begitu peduli, halus akal pekerti, dia akan mengikuti si istri jika si istri mengikuti, istri pun sanggup menguasai hartanya. Sementara yang lain seorang yg sangat mulia, pandangan tajam, keturunan mulia, dia sanggup mengatur keluarga sementara mereka tidak sanggup mengatur, jika keluarga mematuhi dia akan memudahkan urusan mereka, namun jika keluarga menjauhi, dia akan merasa cemburu. Dia orang yg emosional dan sangat menjaga kehormatan keluarganya.
Dan balasannya Hindun menentukan orang yang kedua. Dia terkesan dengan watak laki-laki itu. “Dia Abu Sufyan bin Harb” kata ‘Utbah.
Dan balasannya Hindun bintu ‘Utbah dan Abu Sufyan bersatu dalam rumah tangga mereka yang masih di atas agama nenek moyang mereka. Bahkan mereka turut membela agama itu tatkala perang Badar meletus. Begitu pula ketika perang Uhud. Hindun bersama wanita-wanita musyrikah Makkah turut menghasung dan menyemangati pasukan musyrikin. Ketika perang telah berhenti Hindun dan wanita-wanita yg lain tiba mencincang jasad kaum muslimin. Hidung dan indera pendengaran mereka dipotong perut mereka dirobek. Hindun sendiri merobek perut Hamzah bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu. Dipotong hati Hamzah dimasukkan ke verbal dan dikunyah-kunyah kemudian dia muntahkan kembali.
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak menyampaikan simpulan kehidupan yang baik bagi mereka berdua. Bulan Ramadhan tahun 8 Hijriyah ialah tahun kemenangan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin memasuki kota Makkah dalam keadaan aman. Keadaan telah berubah. Kaum muslimin yang dulu terusir dari Makkah -tanah air mereka- dlm keadaan tertindas dan terhina sekarang menjadi pasukan yg begitu menakjubkan dan disegani oleh kaum musyrikin Makkah. Tidak ada pilihan lain kecuali mereka masuk Islam.
Demikian pula keadaan Hindun dan Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhuma. Mereka pun simpulan menyongsong kebaikan yg Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan lewat Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hindun bintu ‘Utbah radhiyallahu ‘anha bersama para perempuan lain yang masuk Islam mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia berada di Al-Abthah untuk berbaiat di hadapan ia Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Wahai Rasulullah” kata Hindun “Segala kebanggaan hanyalah milik Allah yang telah memenangkan agama yang telah dipilih-Nya utk diri-Nya ini. Sungguh kekerabatanmu akan bermanfaat bagiku wahai Muhammad. Aku ialah seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya. Aku Hindun bintu ‘Utbah.”
“Selamat tiba wahai Hindun” sahut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Demi Allah dulu tidak ada seorang pun di bumi ini yang paling kuinginkan kehinaan selain engkau. Namun sekarang tidak ada seorang pun di bumi ini yang paling kuinginkan kemuliaan selain engkau” ujar Hindun. “Bahkan lebih dari itu” kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian ia Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat-ayat Al Qur`an kepada mereka dan mereka pun berbai’at kepada beliau.
Ketika itu Hindun berkata “Kami mau berjabat tangan denganmu wahai Rasulullah!”
“Aku tidak berjabat tangan dgn wanita. Ucapanku pada seratus orang perempuan sama dengan ucapanku terhadap seorang wanita” jawab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara isi bai’at itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta mereka untuk tidak berzina dan tdk mencuri. “Apakah ada perempuan merdeka yang berzina dan mencuri wahai Rasulullah?” sahut Hindun.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan lagi “Dan tidak membunuh bawah umur kalian.”
“Kami telah mengasuh mereka semenjak kecil tapi ketika besar engkau yang membunuh mereka di Badr” kata Hindun.
Sepulang dari hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Hindun segera menghancurkan berhala di rumah dengan kapak sampai berkeping-keping sambil berujar
“Dulu kami tertipu denganmu!”
Hindun bintu ‘Utbah radhiyallahu ‘anha pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengadukan kekikiran suami “Wahai Rasulullah Abu Sufyan itu seorang yang bakhil. Dia tdk menyampaikan kecukupan padaku dan anakku kecuali apa yang kuambil dari harta dengan diam-diam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasihatkan pada “Ambillah apa yang sanggup mencukupimu dan anakmu dengan cara yang baik.”
Hindun bintu ‘Utbah radhiyallahu ‘anha sekarang menjadi seorang shahabiyah yang mulia. Dia meninggal pada masa khilafah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Hindun bintu ‘Utbah agar Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya.
Wallahu ta’ala a’lamu bish shawab.
Sumber Kisah: Bina Insani