Oleh; Muzirwan
Sebuah perkampungan yang terletak di atas gundukan tanah luas, sanggup dikatakan sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh sungai nil dengan daya tarik dan keunikan tersendiri.
Perkampungan yang diberi nama Pharaonic Village atau kampung fir’aun tersebut dikelola oleh perusahaan swasta Mesir dibawah naungan seorang artsitektur Mesir Dr. Ahmad Rajab. Didirikan pada tahun 1977, kemudian perkampungan ini dibuka secara umum pada tahun 1984 yang karenanya menjadi aset untuk pariwisata Mesir.
Untuk memasuki perkampungan ini kami diharuskan membeli tiket terlebih dahulu dengan harga 70 le ( Rp. 126.000). Setelah melewati investigasi tiket, penjaga pintu mempersilahkan para pengunjung untuk menaiki boat persegi empat dengan ciri khas kuno, bahtera tersebut yang akan menemani perjalanan disini.
Perlahan-lahan kami dibawa untuk mengitari kampung fir’aun sambil menikmati sejuknya alam sungai nil. Setelah itu kami diperdengarkan rekaman bunyi yang menjelaskan wacana aneka macam hal disekeliling perkampungan dengan praktek eksklusif yang sanggup dilihat didepan mata. Disanalah mulai terasa ibarat menikmati area zaman kuno. Sejarah masa fir’aun tergambar eksklusif didepan mata.
Di sekeliling danau tersebut terdapat beberapa patung sesembahan pada zaman fir’aun, diantaranya patung Oziris, kemudian disusul patung Isis, Amun, Sobek, Hathor dan beberapa patung lainnya, sedangkan patung Ramsis II yang populer dengan kefir’unannya juga terpampang kokoh di tepi sungai nil ini.
Setelah melewati bermacam patung tersebut, terdapat pula pertunjukan mini operet wacana tragedi evakuasi nabi Musa a.s yang dihanyutkan oleh ibundanya dalam sebuah peti ke sungai nil, sebagai bentuk upaya evakuasi seorang ibu dari kekejaman fir’aun yang membunuh semua bayi pria yang lahir dari bani israil.
Hal ini dilakukan alasannya yaitu mimpi fir’aun yang ditafsirkan oleh andal takwil mimpi pada zaman itu, bahwa setiap bayi pria dari keturunan bani israil akan menjadi kendala bagi kejayaan kekuasaan fir’aun.
Di samping itu, pertunjukan kehidupan mesir kuno juga dipertontonkan sekeliling danau ini, diantaranya: kehidupan bertani, menciptakan patung, menciptakan kertas papyrus (cyperus papyru: yang terbuat dari sejenis flora air yang dikenal sebagai materi untuk menciptakan kertas di zaman kuno).
Membuat jenis-jenis kaca, mengawetkan insan (mumi), dll. Semua tradisi masa fir’aun diperagakan disini, dengan duduk santai diatas boat kecil, semua maklumat wacana kemesiran kuno sanggup dinikmati dalam waktu singkat.
Perjalanan menikmati qaryah fir’auniyah (kampung fir’aun) ini tidak hanya berakhir dengan menaiki boat, kami juga diajak melihat corak pemandangan yang ada di dalam perkampungan tersebut dengan berjalan kaki.
Seorang guide menanti kedatangan kami untuk memperlihatkan sekelumit maklumat lainnya wacana mesir zaman dulu. Ia memperlihatkan keunikan masyarakat mesir kuno dalam memilih waktu sehari semalam melalui sebuah ember kecil terbuat dari kerikil marmer yang berisi air, bertahap air dalam ember tersebut habis alasannya yaitu ada sedikit titik bocoran di tiap-tiap dinding bejana, bila airnya habis di titik ini berarti memperlihatkan pukul sekian. Ada juga daerah penyimpanan padi dalam kurun waktu yang usang sebagaimana yang pernah ada pada masa nabi Yusuf a.s. untuk mengantisipasi masa paceklik.
Sebelum beranjak lebih jauh, kami juga ditawarkan untuk berfoto dengan menggunakan pakaian fir’aun dengan harga tersendiri dan masih banyak lagi keunikan lainnya yang ada di perkampungan fir’aun ini.
Semua miniatur yang ada dalam perkampungan ini tidak terlepas dari rasa cinta orang mesir untuk menjaga semua budaya yang ada, kita juga mengharapkan kepada pemerintahan aceh khususnya dan masyarakat semoga kiranya lebih menjaga lagi segala warisan budaya endatu kita dahulu.
Di tamat penghujung perjalanan ini, kami dihadapkan dengan sebuah kepala patung arsitektur Dr. Ahmad Rajab. Akhirnya, boat menjemput kami untuk mengakiri dongeng singkat ini.
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kau sunnah-sunnah allah alasannya yaitu itu berjalanlah kau di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.