Friday 21 February 2020

Wong Fei Hung Pendekar Muslim Dari Uyghur China



WONG FEI HUNG ( MUSLIM UIGHUR )

Hanya 20 tahun sesudah Nabi Muhammad SAW wafat, umat Islam tiba di Uighur, Xinjiang, perbatasan Cina, 3.000 km jauhnya dari Mekah.
Kaisar Tang, Cina, menunjukkan perdamaian, ditandai dengan diterimanya utusan, sahabat Nabi, Saad bin Abi Waqqash ra di sentra kerajaan Cina.

Uighur bergabung dalam daulah Islam di masa Utsman bin Affan ra., dari Uighur inilah teknologi kertas pindah dari Cina ke negeri muslim, sehingga dimulailah penyusunan mushaf Alquran Utsmani.

Selama 1.400 tahun Uighur tetap menjadi negeri muslim, walaupun pernah dikuasai Mongol di kala 13 M, bahkan di era imperialis Eropa yang menjajah Cina, para jago kungfu Uighur, Xinjiang ikut terlibat dalam perlawanan mengusir penjajah Eropa, salah satunya dalam peristiwa the Boxer, dimana banyak pahlawan kungfu Uighur menghabisi tentara adonan Inggris-Eropa di kota-kota Cina tahun 1900an.
Ketika Mao komunis terusir dari kota-kota Cina tahun 1940an, ia lari ke Xinjiang, menumpang hidup di wilayah Uighur.

Kini komunis berbalik, menghabisi semua simbol Islam, dari negeri yang tersisa Islamnya di Cina. Sebab semua sejarah Islam di Cina sudah banyak dihapus, yang menciptakan kita tidak paham Wong Fei Hung seorang muslim. Bahwa Kaisar Ming Cina di kala 15 M didominasi oleh gubernur dan jendral muslim hingga melahirkan Cheng Ho.

Saat revolusi Cina oleh Sun Yat Sen tahun 1910 masih ada jendral Cina yang muslim. Dan di tahun 1945 saat Mao komunis berkuasa, beberapa jendral Cina yang muslim menyelamatkan diri ke Taiwan.

Wong Fei Hung yaitu seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, kalau di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying yaitu seorang Ulama, dan tabib hebat ilmu pengobatan tradisional, serta hebat beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya mempunyai sebuah klinik pengobatan berjulukan Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di lalu hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran kecerdikan pekerti sebagai Muslim menciptakan keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta tunjangan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak bisa membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang tiba dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Wong Fei-Hung mulai mengasah talenta beladirinya semenjak mencar ilmu kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang lalu mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang menciptakan Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, abang seperguruan Luk Ah-Choi.

Setelah mencar ilmu kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung lalu mencar ilmu pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi hebat pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi saat ia berhasil menciptakan jurus gres yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir memakai majemuk senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan pribadi dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang pahlawan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya sebab ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan banyak sekali cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan berandal Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah sebab istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung menetapkan untuk hidup sendiri hingga lalu ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang wanita muda yang kebetulan juga hebat beladiri. Mok Gwai Lan ini lalu menjadi pasangan hidupnya hingga simpulan hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus wanita di perguruan tinggi suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai insan yang hidup mulia.

Gambar: Wong Fei Hung (Muslim guandong Jago Kungfu)

banner
Previous Post
Next Post