Friday 4 October 2019

A’Maril Basyiriy, Ketua Keluarga Mahasiswa Aceh Mesir 2019-2020

A'maril Basyir. (Foto: Dok. pribadi)
Ruangan Meuligoe ketika itu hangat, padahal di luar sana hujan gres saja reda. Ditambah lagi hawa sejuk penghujung demam isu hirau taacuh yang tampaknya enggan beranjak dari Mesir. Riuh tepuk tangan dan canda tawa pula tak kalah tenar. Ruangan itu seakan menjadi pelipur rindu yang sedang bersemayam pada tempat di ujung Sumatera nan jauh di sana. 

“Karena kusuka soya, saya padamu Bang Amarel, adek siap nungguin Abang sampe tahun depan,” ucap dua anggota syura kece yang membacakan kertas pemilihan ketua yang disertakan alasan-alasan unik warga . Entah itu benar adanya ataupun sekedar rekayasa, yang terperinci guyonan-guyonan itu berhasil merampas tawa warga KMA, ditambah lagi dengan intonasi dan mimik yang sempurna ketika membacanya. Jelas seisi ruangan terguncang perutnya.


“Saya enggak akan nangis, alasannya saya gentleman,” ucapnya ketika diberi kesempatan memberi kata-kata sambutan sebagai ketua KMA yang gres saja terpilih. Namun, beberapa ketika sehabis itu ia gagal menyembunyikan air mata di balik wajah humornya. “Setelah seminggu yang kemudian saya tertimpa peristiwa alam di kepala, hari ini saya kembali tertimpa peristiwa alam di kepala,” ungkapnya lagi dengan majas khas tulisan-tulisan status Whatshapp-nya 

“Saya berharap nantinya siapa pun yang saya mintakan untuk membantu saya, mohon diterima saja,” ucapnya dengan senyum Istimewa yang mempesona. Tak panjang kalimat yang dilontarkan malam itu oleh cowok berparas semi-korea tersebut, hanya kalimat-kalimat memohon dukungan dan pemberian yang dipenuhi canda-canda segar sebelum ia benar-benar memikul amanah besar itu. 

Usai program tersebut tubuhnya terbaring di kamar Meuligoe. Mimik wajahnya lesu, amanah besar gres saja di embannya. Wajar kalau malam itu tidurnya tak begitu nyenyak dan mimpinya tak enak, mungkin saja alasannya ia tak tidur di atas kasur. 

*** 

Nama dia A’maril Basyiriy. Terkadang orang sering keliru ketika menulis nama belakangnya. Ada yang menulis “Basyari”, “Basyri” bahkan hingga “Kusyari” (salah satu hidangan Makanan Mesir) menyerupai yang tertulis di surat bunyi pemilihan. Dua tahun lalu, dia gres saja meraih gelar “Lc” dari Universitas Al Azhar di bidang Syariah Islamiyah. 

Putra dari pasangan H. Mu’adz Vohry, MM. dan Hj. Rasyidah S.Pd.I ini lahir di Aceh Singkil pada 26 Januari 1994. A’maril atau yang lebih bersahabat dengan Amarel menghabiskan masa kecil di tanah kelahirannya sebelum karenanya menimba ilmu di Pesantren Al-Manar, Medan. Namun, pada tahun keenam dia terpaksa harus pindah ke Madrasah Aliyah Misbahul Ulum di Paloh.

Amarel sendiri gotong royong hendak berangkat ke Qatar menyambung pendidikan aliyah. Prestasinya yang selalu menduduki puncak kelas semenjak duduk di dingklik kelas empat MIN Singkil dan MIN Subulussalam, hingga tamat Aliyah menjadi rasa optimisme tersendiri baginya. Namun, hingga usai aliyah pun pengumuman tak kunjung diumumkan. Akhirnya melihat registrasi tes ke Mesir dibuka, ia pun mencoba menambatkan hati pada Mesir. 

“Alhamdulillah berkat doa orang bau tanah saya lulus,” ujarnya. 

Negeri yang dikenal sebagai kiblat ilmu dan sarat akan kebudayaan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Amarel, baginya ilmu dan budaya merupakan dua hal yang sangat menarik untuk dipelajari. Maka tak heran kalau ia banyak berguru seluk beluk dan perangai orang Mesir hingga lahjah dan gaya bicara mereka. 

Amarel gotong royong sempat sedikit kecewa pada tambatan hatinya. Lantaran apa yang dipikirkannya sebelum datang di Mesir tak sejalan dengan yang dilihat dan dirasakannya ketika hingga di Mesir.

“Namun, ada KMA yang membimbing, sehingga saya tahu jalan kemana dan bagaimana harus ditempuh”. tambahnya ketika di wawancara kemarin. 

Di KMA, Amarel sendiri bergelimang kiprah. Ia dikenal dengan dengan cowok yang multitalenta. Sejak pertama menginjakkan kaki di Mesir, ia telah dua kali dipilih menjadi anggota Departemen Olahraga KMA (2012/2013 dan 2013/2014) sebelum karenanya diangkat sebagai Koordinator Olahraga pada tahun 2015. Bakatnya dalam aneka macam olahraga tak diragukan lagi, selain handal dalam menggiring bola serta men-dribble bola basket, Amarel juga pernah menjadi juara bertahan pada kejuaraan tenis meja di KMA. 

Tak hanya itu, cowok yang mempunyai lima saudara kandung ini juga sangat handal dalam memetik senar gitar dan mengolah suara. Oleh alasannya itu, tak jarang ia sering menjadi vokalis dadakan di kamar dan di khalayak ramai. Selain sanggup menguasai banyak bidang olahraga dan handal memetik gitar ia juga di kenal dengan cowok yang inovatif dan bertangung jawab. Hal tersebut terbukti dengan jabatannya selama dua periode sebagai Bendahara II (2016/2017) kemudian diangkat ke Bendahara I (2017/2018).

A'maril Basyir di masjid Al-Azhar. (Foto: Dok. pribadi)
Kelihaiannya dalam mengalokasikan uang ternyata tak hanya berujung disitu. Pada tahun 2017 lalu, ia juga diangkat sebagai Direktur Badan Takaful Aceh (BTA) di KMA, forum infak dan sedekah yang bertugas dalam menyejahterakan masyarakat Aceh dan memberi pemberian finansial bagi mahasiswa yang kurang mampu. Dalam dunia kepenulisan, namanya juga tak luput. Ia merupakan salah satu staf redaksi pada website Kmamesir.org. Tulisan-tulisan indahnya seringkali menciptakan pembaca nyaman, terlebih kalau ia menulis cerpen. 

Dalam kesehariannya, Amarel juga tak lekang dari Al-Quran. Ia seorang hafidh Al-Quran 30 juz. Disela-sela perjalanan dan kesibukannya ia sering menyempatkan diri mengulang hafalan Al-Quran, terlebih kalau sedang duduk dalam angkutan umum. Wajahnya juga tak absurd terlihat di sudut-sudut masjid Al-Azhar duduk mengulang hafalan atau mengikuti pengajian bahkan sekedar mencari ketenangan hati. 

Setelah bergelut, berkiprah, dan menuntaskan pendidikan sarjana di Al-Azhar selama lima tahun. Rindu membuncah tak tertahan, pada simpulan tahun 2017 ia memutuskan untuk kembali sejenak ke kampung halaman demi melampiaskan rindu, menatap eksklusif wajah orang-orang tercinta yang tak lekang mengirimnya doa dan dukungan sebelum kembali melanjutkan pendidikan pascasarjana di Al-Azhar Kairo. 

*** 

Pada pertengahan tahun 2018 kemarin, Amarel kembali dengan semangat gres usai melampiaskan rindunya di kampung halaman. Pada simpulan tahun 2018, ia mulai menulis majas-majas indahnya serta mempromosikan KMA melalui saya instagramnya @khayalan_kata. Ia mengaku bahwa untaian-untaian indah tersebut lahir dari rasa bosan yang kerap menghampirinya. Tak hanya itu, di awal tahun 2019 cowok ini kembali memulai profesi gres sebagai sales minuman kacang kedelai atau soya yang berpusat di Darrasah. Usaha minuman soya yang dimulai dengan beberapa rekannya laris keras. Tak jarang pada setiap ajang olahraga dan bazar. "Soya Darrasah" hadir untuk menepis dahaga dan mengembalikan kebugaran tubuh. 

Kini beberapa hari silam, 30 Maret 2019, ia terpilih sebagai nahkoda gres perahu KMA masa bakti 2019/2020. Namanya yang belakangan ini lekat dengan "Toke soya" (juragan soya) pula lakonnya yang terbuka, humoris dan dinilai bertanggung jawab. Memiliki nilai tersendiri di hati Masyarakat KMA.

Amarel sendiri awalnya tak menyangka bahwa dirinya akan memikul amanah yang sangat besar ini ditengah bisnisnya yang mulai maju dan studi S2 yang sedang ditempuh. Namun, takdir berkata lain. Malam itu Kupiah Meukutop sebagai simbol Pemimpin Aceh di Mesir dipindahkan ke atas kepalanya. 

Menjadi Ketua KMA bagi Amarel bukanlah hal yang mudah. Di tengah kesibukan studi magister dan bisnis baru, ia juga harus segera mengubah administrasi waktu supaya tak mengenyampingkan posisi yang gres dipikul. Ditambah lagi masyarakat Aceh yang sekarang menjadi lebih banyak dengan aneka macam hiruk pikuk permasalahan di Mesir. 

Menurutnya menjadi pemimpin sama sekali bukan hal yang mudah. Selain harus mengasah administrasi waktu, ia juga harus berguru untuk mendengar keluh kesah dan meruncingkan kepekaan terhadap warga. Ia juga harus berlatih untuk lebih serius sesuai tempatnya, karena setiap ketika mengeluarkan humor-homor kocak.

“Saya orangnya gak pernah serius” ucapnya ketika memberi kata-kata sambutan. 

Dengan gelimang prestasi, dan dedikasi yang sangat panjang untuk KMA, cowok yang sedang menempuh pasca-sarjana konsentrasi Fiqh al-‘Am ini juga gotong royong menaruh cita-cita besar pada warga KMA.

“Saya berharap supaya warga KMA selalu menjaga tali silaturahmi dan kompak antar sesama. Silahkan berbeda pendapat asal jangan hilang rasa persaudaraan. Jangan sama sekali!” ucapnya sehabis terpilih sebagai ketua, pada segenap warganya usai pemilihan ketua KMA Mesir. 


Kini perahu telah dikayuh, besar gelombang akan menghadang biar kemudi patah, biar layar robek, Amarel siap pundak membahu menumpahkan seluruh kekuatannya untuk mengabdi pada KMA. Menjadikannya lebih baik dan menyejahterakan seluruh warga.[]

Annas Muttaqin
banner
Previous Post
Next Post