Tuesday 8 October 2019

Ibu, Pengasuh Utama Bagi Anak

Oleh: Auliani* 
(Image: masjed.ir)
Al-Umm, Madrasatul Ula, bila Engkau mempersiapkannya, maka Engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.” Kita tentu tidak abnormal dengan kalimat ini, ketika membahas ihwal ibu sebagai madrasah ula (sekolah pertama), yang mana iya mempunyai tugas penting dalam mengasuh anak–anak. Karena dari dalam kandungan hingga lahir, ibulah yang paling bersahabat dengan anaknya. 

Dengan tanpa mengabaikan tugas seorang ayah, ialah hal yang sudah sangat maklum, bahwa ibu berperan cukup besar dalam pembentukan watak, sikap, kepribadian, emosi, dan spiritual anak–anak. Dengan kiprahnya yang besar itu, perempuan dituntut untuk membekali dirinya dengan ilmu yang cukup, bukan itu saja ibu juga harus membekali dirinya dengan iman, pengalaman, serta membekali dirinya dengan sifat sabar, ikhlas, dan penyayang, sehingga bisa mendidik generasi penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia. 

Sekarang ini, sebagian orang renta menyangka dan menerka sebenarnya ketika si anak sudah bersekolah, maka gurulah yang menjadi panutan dan pendidik bagi anaknya, aku rasa ini sebuah persepsi yang salah, tapi benar adanya, guru ialah pendidik. Namun, bukan berarti tugas seorang ibu sanggup sepeuhnya tergantikan begitu saja, lantaran tugas seorang ibulah yang paling kuat untuk anak–anaknya. 

Ibunya Imam Syafi’i misalnya, teladan masyhur seorang ibu yang sukses mendidik anaknya, ada sebuah pepatah seorang ulama “Wanita ialah tiang negara, kalau baik perempuan dalam suatu negara, maka baik pulalah negara tersebut. Namun, kalau jelek wanitanya, maka jelek jugalah negaranya.” Fatimah binti ubaidillah telah membuktikannya, putra yang ia besarkan menjadi seorang ulama besar, yang hingga dikala ini masih bersinar namanya. 

Kemudian kita menoleh ke keberhasilan ibundanya Imam Bukhari, menyerupai yang kita ketahui, Imam Bukhari ialah seorang yatim semenjak dia berumur 2 tahun, jadi ibundalah yang mengasuh Imam Bukhari, ibu Imam Bukhari sangat memperjuangkan pendidikan beliau, melaksanakan safar ke mekah bersaman Imam Bukhari, semoga anaknya bisa menimba ilmu pribadi dari para ulama di sana, lantaran kesungguhann ibunya dalam mengasuh, Imam Bukhari menjadi seorang ulama besar, walaupun sebelumnya Imam Bukhari sempat mengalami penyakit buta permanen, tapi berkat doa ibunya dan rahmat Allah dia sembuh, dari sini sanggup kita menilai, ibunda imam bukhari bukan hanya mendidik, mendokan, tapi juga memperjuangkan pendidikan anaknya. 

Selanjutnya, Mary Maxwell Gates, ibunda Bill Gates (pendiri Microsoft), telah menginspirasi kesuksesannya, yang mana ibunya berkarir sebagai direktur, tapi ibunya tidak lupa tanggung jawabnya sebagai ibu untuk anaknya. Ibundanya juga sering mengajak Bill Gates untuk bersosial, itulah tugas edukasi yang seharusnya dipraktek para orangtua. 

Belum berhenti disitu saja, kita juga melirik kepada kepiawaian Ibu Ainun Habibie, yang mana dia memprioritaskan mendidik anak–anaknya, dikala itu dia juga meninggalkan pekerjaanya sebagai dokter, untuk fokus mengasuh kedua anaknya, kita lihat, kedua anaknya itu juga menjadi orang hebat, Ilham habibie, peraih predikat tsumma cumlaude, di Muenchen, Tharek Kemal yang menuntaskan pendidikan Diplomanya di jerman, tidak sia–sia, ibu berijazah ini bisa berhasil membawa anaknya ke pendidikan yang tinggi. 

Masih banyak contoh–contoh lainnya, namun setidaknya fakta–fakta positif di atas telah mengatakan bahwa tugas ibu pada mengasuh anak sangat besar, ditambah lagi sumbangan dari guru–guru ditempatnya menimba ilmu. Perlu kita ketahuai, motivasi–motivasi yang ibu berikan cukup kuat bagi anak, dengan penyampain yang lembut dan tegas, menciptakan anak gampang menerima. Bukankah orang renta mendambakan anak yang berakhlak? Berpendidikan? Itu semua tidak akan terwujud, kalau orang tua, khususnya ibu, lalai dalam memainkan perannnya sebagai pengasuh utama. 

Jadi tidak heran kenapa perempuan juga harus berpendidikan, dan mempunyai bekal moral untuk mengasuh anak–anaknya. Seorang ibu yang berpendidikan dengan baik, akan lebih bisa mengetahui keadaan dan perkembangan kondisi sosial masyarakat. Hal ini juga membuatnya lebih perhatian mendidik belum dewasa sesuai kebutuhan dan zamannya, tanpa harus menyimpang dari nilai agama dan akhlak.


Fenomena yang kita dapati sekarang, krisisnya moral anak–anak bangsa, disebabkan oleh banyak sekali faktor, bukan hanya kurangnya perhatian dari orang tua, faktor lingkungan pun juga sangat berpengaruh. Di situlah seharusnya tugas ibu sebagai orang renta membimbing buah hatinya, jangan hingga kecanggihan tekhnologi merusak akal, dan moral anak. 

Setinggi apapun perempuan mengeyam pendidikan, baik itu untuk berkarir atau hanya sebatas untuk memperoleh ilmu, semua itu tidak akan pernah sia–sia. Namun, akan sangat bermanfaat, lantaran dengan itu, perempuan bisa mendidik generasi yang cemerlang.[] 

*Penulis ialah mahasiswi tingkat satu Universitas Al-Azhar Kairo 
banner
Previous Post
Next Post