Google Image |
Namanya yaitu sebaik-baik nama, ‘Abdah bin ‘Abdurrahiim. Keimanannya tak diragukan. Adakah bandingannya di dunia ini seorang mujahid nan hafal Al-Quran, populer akan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa Daud-nya serta keimanannya?
Namun tak disangka, simpulan hayatnya ia mati dalam kemurtadan dan hilang semua isi Al-Quran dalam hafalannya melainkan dua ayat saja yang tersisa. Ayat apakah itu dan apakah penyebabnya? Berikut kisahnya.
Pedangnya masih berkilat-kilat memantul cahaya mentari yang panas di tengah padang pasir yang gersang. Masih segar berlumur merahnya darah orang Romawi. Ia antarkan orang romawi itu ke neraka dengan pedangnya. Tak disangka pula, nantinya ia pun diantar ke neraka oleh seorang perempuan Romawi, tidak dengan pedang melainkan dengan asmara.
Kaum muslimin sedang mengepung kampung Romawi. Tiba-tiba mata ‘Abdah tertuju pada seorang perempuan Romawi di dalam benteng. Kecantikan dan pesona perempuan pirang itu begitu dahsyat mengobrak-abrik hatinya. Dia lupa bahwa tak seorang pun dijamin lolos husnul khatimah.
Tak tahan, ia pun mengirimkan surat cinta kepada perempuan itu yang isinya: “Adinda, bagaimana caranya biar saya bisa hingga ke pangkuanmu?” Perempuan itu menjawab, “Kakanda, masuklah agama Katolik maka saya jadi milikmu.”
Syahwat telah memenuhi relung hati ‘Abdah sampai-sampai ia menjadi lupa beriman, tuli peringatan dan buta Al Quran. Dalam atinya terbangun tembok anti hidayah. Khatamallaahu ‘ala qulubihim wa ’ala sam’ihim wa ’ala absharihim ghisyawah. Wal'iyadzu billah.
Pesona perempuan itu telah bisa mengubur imannya di dasar samudra. Demi badan anggun nan fana itu ia rela tinggalkan Islam. Ia rela murtad. Menikahlah ia di dalam benteng. Kaum muslimin yang menyaksikan ini sangat terguncang.
Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa seorang hafidz yang hatinya dipenuhi Al-Qur’an meninggalkan Allah dan menjadi hamba salib? Ketika dibujuk untuk taubat ia tak bisa. Saat ditanyakan kepadanya, "Di mana Al-Quran-mu yang dulu?" Ia menjawab, "Aku telah lupa semua isi Al-Quran kecuali 2 ayat saja," yaitu:
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.”
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).”
(QS. Al Hijr: 2-3)
(QS. Al Hijr: 2-3)
Seolah ayat ini yaitu hujjah untuk dirinya, kutukan sekaligus peringatan Allah yang terakhir namun tak digubrisnya. Dan ia senang hidup berlimpah harta dan keturunan bersama kaum Nasrani. Begitulah keadaannya hingga ia mati, mati dalam keadaan murtad.
Ya Allah, seorang hafidz nan mujahid saja bisa Kau angkat nikmat imannya berbalik murtad kalau sudah ditetapkan murtad, apatah lagi hamba yang banyak cacat ini. Tak punya amal andalan. Saudaraku, doakan saya dan saya doakan pula kalian biar Allah lindungi kita dari fitnah perempuan dan fitnah dunia serta dihindarkan dari ketetapan yang jelek di simpulan hayat.
Ma taraktu ba’di fitnatan adharra ‘ala ar-rijaal min nisaa′.
“Tidaklah saya tinggalkan setelahku fitnah yg maha dahsyat bahayanya bagi lelaki kecuali fitnah wanita.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
*Dari Buku Dibawah Kilatan Pedang (101 Kisah Heroik Mujahidin), Karya DR. Hamid Ath Thahir. Dituliskan kembali oleh M. Kadapi Pagan
Ma taraktu ba’di fitnatan adharra ‘ala ar-rijaal min nisaa′.
“Tidaklah saya tinggalkan setelahku fitnah yg maha dahsyat bahayanya bagi lelaki kecuali fitnah wanita.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
*Dari Buku Dibawah Kilatan Pedang (101 Kisah Heroik Mujahidin), Karya DR. Hamid Ath Thahir. Dituliskan kembali oleh M. Kadapi Pagan