Saturday, 25 January 2020

Kemarau Melanda Umat*

*Intisari Khutbah Jum’at Syeikh Thaha Hubaisy, 22 Agustus dan 5 September 2014, di Madinah Bu’uts Islamiah.

Penulis: Husni Nazir

Pertama kali Rasulullah menginjakkan kaki di kota Madinah, Rasulullah eksklusif memikirkan untuk membangun daulah Islamiah yang pertama. Kedatangan Rasulullah menjadi rahmat tersendiri bagi dua kabilah  besar yang merupakan penduduk orisinil Madinah ketika itu yaitu Al Aus dan Al Khazraj. Dua kabilah ini terlibat perang saudara dalam periode yang cukup lama. Perseteruan diantara mereka ditunggangi oleh yahudi yang mengungsi ke Madinah, mereka yakni Bani Qaraidhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa’.

Namun siapa yang tau, terkadang kemudaratan justru membawa manfaat. Perseteruan yang terjadi mengakibatkan penduduk Madinah mencari-cari jalan keluar untuk kembali hidup kondusif dan tentram, tanpa diusik dengan bahaya perang setiap saat.

Kondisi ini seolah memang dipersiapkan oleh nasihat ilahiah untuk menyambut kedatangan Islam, yang akan mempersatukan mereka. Rasulullah dan agama Islam yang dibawanya pun disambut oleh penduduk Madinah dengan penuh suka cita.

Pondasi yang paling fundamental dari sebuah Negara yakni persatuan. Rahasia ini terang nampak ketika Rasulullah eksklusif membangun Mesjid begitu Rasulullah hingga ke Madinah. Mesjidlah yang menjadi benteng utama untuk menumbuh suburkan persatuan dan ukhuwah Islamiah.

Mengingat pentingnya persatuan umat, untuk menjaganya Islam mensyariatkan tiga pilar penting dalam Islam. Masing-masing dari ketiga pilar ini memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda, yang namun kesemuanya bermuara kepada nasihat besar dalam mempertahankan tali persatuaan umat. Ketiga pilar tersebut yakni Salat jemaah, Salat Jumat dan Ibadah Haji.

Eksistensi tiga pilar utama persatuan umat

Salat jemaah mengakibatkan umat Islam bertemu lima kali setiap hari. Selain sanggup memupuk rasa kasih sayang sesama, pertemuan ini juga bisa menjadi momen untuk memecahkan banyak sekali persoalan yang menimpa setiap person masyarakat ataupun persoalan bersama.  Disamping itu, ia merupakan palu ampuh untuk memecahkan tembok pemisah antar umat, serta menghilangkan jurang perbedaaan derajat yang biasa menjadi tolak ukur diluar mesjid. Ini dalam ruang lingkup masyarakat yang kecil.

Sedangkan untuk yang lebih besar, menyerupai antar kampung, kelurahan atau sebuah kecamatan dan kota, setiap seminggu sekali Islam mensyariatkan Salat Jumat bagi pria yang telah memenuhi syarat-syarat taklif.

Pensyariatan salat Jumat tidak luput dari hikmat besar yang ingin disampaikan kepada umat Islam. Selain ubudiah seorang hamba kepada sang Khalik, salat Jumat juga berhikmah menjaga persatuan dan tali silaturahmi sesama saudara seislam.

Oleh sebab umat penganut Islam tersebar ke seluruh pelosok dunia. Nah, lantas bagaimankah cara biar semua umat Islam yang tersebar tersebut bisa menyatu satu sama lainnya? Islam punya jawabannya, yaitu melalui pensyariatan Ibadah Haji.

Setiap Musim haji seluruh umat Islam dari banyak sekali dataran tiba mengunjungi Mekkah untuk melaksankan ibadah Haji. Ini merupakan kesempatan besar bagi umat Islam untuk mengenal satu sama lain antara umat Islam yang terpisah oleh benua yang berbeda-beda.
Jika kita melirik umat Islam ketika mereka berkumpul di Mekah, gamblang terlihat bahwa kita yakni umat yang satu menyerupai yang di kabarkan Al Quran.

Sungguh, inilah umatmu, umat yang satu, dan Aku yakni tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Al Anbiyak: 92).

Ketika itu mereka menggunakan pakaian yang sama, dengan bentuk dan warna yang sama. Tujuan merekapun satu, yang mereka harapkan pun sama, semuanya tiba memenuhi ajakan Allah SWT.

Bukan hanya badan mereka yang bersatu bahkan arwah merekapun satu. Terbayang dalam ingatan mereka ketika itu, seolah mereka sedang berdiri didepan sirat, disisi kiri mereka neraka, disisi kana mereka syurga.

Mulut mereka tidak lepas dari tasbih dan takbir, bermunajat kepada Allah. Tak lupa pula mereka mendoakan kepada umat Islam, biar Allah menolong umat Islam untuk keluar dari paceklik yang sedang melanda umat.

Kemarau melanda umat
Namun sayang. Musim hajipun berlalu, sebagian mereka kembali mengejar harta dunia, jabatan dan kedudukan, segala wasilah pun dihalalkan untuk mendapatkannya, seolah tidak ada Allah yang melihat.

Sebagian mereka bahkan lupa akan apa yang Allah SWT. Katakan, “Sesungguhnya ini yakni umatmu, umat yang satu.” Bukan malah memperkuat persaudaraan, tapi malah mengakibatkan umat Islam terpecah belah, hanya sebab hawa nafsu.

Sebagian mereka malah berani menyampaikan “Kamilah golongan terpilih itu, kamilah kelompok yang paling berhak dengan syurga Allah, Kamilah jamaah yang diridai oleh Allah, Sesungguhnya Rasulullah bersama kami, jalan menyerupai kamilah yang Rasulullah gariskan.”

Padahal di waktu yang sama seolah Allah SWT. Mengatakan kepada Rasulnya Muhammad Saw. “Ya Muhammad Sesungguhnya engkau bukanlah dari golongan mereka (Lasta minhum fi syaik).”

Apabila kita kembali ke awal tulisan, kita akan mendapati bagaimana Islam sangat mengharapkan sebuah persatuan dari umatnya, bukan perpecahan dan persengketaan. Tidak cukupkah Al Alquran sebagai pemikiran kita, atau malah kita telah jauh darinya sehingga kita tersesat ditengah terangnya siang hari.

Al Alquran menyampaikan “Sesungguhnya ini yakni umatmu, umat yang satu.” Tetapi mereka malah tergesa-gesa menyampaikan “ Sesungguhnya daging mukmin yakni halal, sedangkan daging kafir itu yakni haram.

Al Alquran mengatakan, “dan orang-orang yang bersama dengan beliau (Rasulullah Muhammad Saw) bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” Mereka malah mengatakan, “ Tidak, orang mukmin itu lebih berhak kita bunuh dari pada kafir.”

Mari bayangkan saat-saat kita berhadapan di mahkamah Allah, ketika kita mempertahankan amalan dan nasib k diatas mizan amalan. Kemudian Allah bertanya, kenapa kalian berpecah belah, bukankah Aku telah menurunkan Al Alquran kepada kalian, dan saya syariatkan banyak sekali aturan untuk menjaga ukhuah kalian.

Apa yang akan kita jawab?

Sedangkan Ketika itu Rasulullah menjawab, “ Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku telah mengakibatkan Al Alquran ini menjadi diabaikan.”

Ya Rabb! Jika ini yakni zaman fitnah, jadikanlah kami orang-orang yang bisa meng-ishlah diri dan orang-orang terdekat kami. Jangan ambil kami secara tiba-tiba, sedang kami sedang sibuk menabur benih perpecahan diantara umatmu.

Amin ya rabbal ‘Alamin.
banner

Related Posts: