Wednesday, 1 January 2020

Menemani Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam Di Surga

Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu  Menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Di Surga


Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
Menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga, telah disebutkan dalam riwayat berikut ini. Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, dia berkata,
” كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي : سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ  “.  رواه مسلم في ” صحيحه“(489).
Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian saya menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu semoga memberi petunjuk kepadaku wacana sebab-sebab semoga saya bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah saya atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).

Penjelasan dan beberapa faedah yang bisa dipetik

1. Makna “أَسْأَلُكَ”
Syaikh Bin Baz rahimahullah ketika menjelaskan makna (أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ) berkata,
فالمعنى: أسألك أن ترشدني إلى الأسباب التي تجعلني رفيقاً لك في الجنة
“Maknanya ialah Aku meminta kepadamu semoga memberi petunjuk kepadaku wacana sebab-sebab semoga saya bisa menemanimu di Surga” (http://www.binbaz.org.sa/mat/10229).
Syaikh Muhammad Shaleh Al-Munajjid hafizhahullah mengatakan,
ومعنى ” أسألك مرافقتك في الجنة ” أي : الطلب من النبي صلى الله عليه وسلم أن يدعو له بذلك
Dan makna ” أسألك مرافقتك في الجنة ” ialah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  untuk mendo’akannya dengan itu (agar bisa menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga)”.
Karena memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mempunyai kemampuan memasukkan orang ke dalam Surga dan hanya Allah lah yang bisa memasukkan seseorang ke dalam Surga. Bahkan Allah Ta’ala telah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan bahwa dia tidak mempunyai manfaat untuk diri dia sendiri dan tidak bisa menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah, sebagaimana dalam firman Allah berikut,
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ
Katakanlah Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah” (Al-A’raaf: 188).
2. Makna “بِكَثْرَةِ السُّجُودِ”
An-Nawawi rahimahullah,
” فيه الحث على كثرة السجود والترغيب به ، والمراد به السجود في الصلاة ” . انتهى من ” شرح مسلم ” (4/206) .
Di dalamnya terdapat motivasi untuk memperbanyak sujud dan mendorongnya. Dan yang dimaksud dengan sujud disini ialah sujud dalam shalat” (Syarah Shahih Muslim: 4/206).
Dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (بِكَثْرَةِ السُّجُودِ) berlaku kaidah wacana pinjaman pahala bagi pelaku sebuah amal soleh,
أن من زاد ، زاد الله في حسناته ، ومن نقص نال من الأجر بقدر ما عمل
“Barangsiapa yang menambah amalan, maka Allah akan menambah kebaikan baginya (pahala), dan barang siapa yang kurang dalam beramal, maka akan kurang pula pahalanya sesuai dengan amalannya (yang kurang)”
Maksudnya bahwa amal shalih dan pahala itu berbanding lurus, semakin banyak atau tinggi kualitas amalan itu, maka semakin besar pahalanya, begitu pula sebaliknya. Oleh lantaran itu, semakin Anda menjaga baik shalat-shalat Anda yang wajib dan memperbanyak shalat-shalat sunnah, maka semakin besar kesempatan Anda untuk menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga dan semakin usang dan besar bentuk “menemani beliau” shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.
Makara imbas sujud dalam meraih pahala menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdi Surga disini tergantung kuantitas dan kualitasnya.
Yang menyampaikan kuantitas, misalnya :
فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً ) رواه مسلم في صحيح.
Maka bahwasanya tidaklah engkau sujud kepada Allah dengan satu sujud saja, melainkan Allah akan mengangkat dengan sebabnya satu derajat dan menggugurkan darimu satu kesalahan, dengan sebabnya (pula)” (HR. Muslim no. 488).
Syaikh Abdul Karim Al-Khudoir hafizhahullah (Anggota Hai`ah Kibarul ‘Ulama KSA) berkata,
هذا يدل على أنه لا حد محدد للركعات التي يتطوع بها الإنسان من النوافل المطلقة في ليل أو نهار ، ما في حد محدد، ( أعني على نفسك بكثرة السجود) ، وكلما كان أكثر كانت الإجابة أقرب
“Ini menyampaikan bahwa shalat sunnah muthlak yang dilakukan oleh seseorang pada ketika malam ataupun siang tidaklah ada batasan rakaatnya. (Jadi sekali lagi) , tidaklah ada batasan rakaatnya Jika demikian, bantulah saya atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud, maka semakin banyak sujudnya (dan raka’atnya), semakin besar pula peluang dikabulkan (harapan bisa menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga)”.
Adapun yang menyampaikan kualitas ialah menyerupai yang tercermin dalam perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:
إذا كانت إحدى السجدتين أفضل من الأخرى ، كان ما يرفع به من الدرجة أعظم ، وما يحط به عنه من الخطايا أعظم ، كما أن السجدة التي يكون فيها أعظم خشوعا وحضورا هي أفضل من غيرها ، فكذلك السجدة الطويلة التي قنت فيها لربه هي أفضل من القصيرة
“Jika salahsatu sujud lebih utama kualitasnya dari yang lainnya, maka derajat yang terangkat dengan sebabnya lebih tinggi dan dosa yang digugurkan dengan sebabnya lebih besar (pula). Sebagaimana sujud yang lebih besar kekhusyu’annya dan kehadiran hatinya nilainya lebih utama dari selainnya Maka, demikian pula dengan sujud (seseorang) yang panjang, yang nampak keta’atannya kepada Rabb nya lebih utama daripada sujud yang pendek”
Berarti kesimpulannya ialah ditinjau dari sisi kualitas sujud, semakin panjang dan khusyu’  sebuah sujud, menjadikan semakin tinggi tingkatan menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga.
3. Makna “menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga
Seseorang menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga, tidak mengharuskan makna bahwa ia mendapat kedudukan di Surga yang sama persis dengan kedudukan yang dipersiapkan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dia mendapat kedudukan di Surga yang khusus, yang kedudukan tersebut tidak untuk yang selainnya.
Yang dimaksud dengan menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga adalahbersama dengan beliau, erat dengannya, melihatnya atau bertemu dengannya dan tidak berpisah dengannya.
Syaikh Muhammad Shaleh Al-Munajjid hafizhahullah berkata,
إذ المرافقة نفسها درجات ، فمن الناس من يتنعم بصحبته عليه الصلاة والسلام التامة ، وملازمته في الجنة ، ومن الناس من يتنعم بلقاء أو رؤية بحسب أعماله الصالحة .
“Karena menemani (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga) itu sendiri bertingkat-tingkat, maka di antara insan ada yang mendapat kenikmatan berupa menemani beliau ‘alaihish shalatu was salam dengan sempurna, dan erat dengan dia di Surga, Ada pula di antara mereka yang mendapat kenikmatan berupa berjumpa atau melihat beliau, (semua itu) sesuai dengan amal-amal salehnya” (Islamqa.info/ar/182700 ).
Ibnu ‘Allan  Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
“( فقلت : أسألك مرافقتك في الجنة  ) أي : أن أكون معك فيها قريباً منك ، متمتعاً بنظرك وقربك حتى لا أفارقك ، فلا يشكل حينئذٍ بأن منزلة ” الوسيلة ” هي خاصة به عن سائر الأنبياء فلا يساويه في مكانه منها نبيّ مرسل فضلاً عن غيرهم ؛ لأن المراد أن تحصل له مرتبة من مراتب القرب التام إليه ، فكنَّى عن ذلك بالمرافقة” .
انتهى من” دليل الفالحين لطرق رياض الصالحين ” ( 1 / 392 ) .

“(Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu semoga memberi petunjuk kepadaku wacana sebab-sebab semoga saya bisa menemanimu di Surga”maksudnya ialah semoga saya bisa bersamamu, erat denganmu, mencicipi kenikmatan memandangmu dan berdekatan denganmu sampai saya tidak berpisah darimu. Dengan demikian, disini tidak ada kesulitan memahami bahwa kedudukan Al-Wasilah itu merupakan kedudukan khusus untuk beliau, para Nabi yang lainnya tidak mendapatkannya, sehingga  tidak ada satu pun nabi yang diutus yang bisa menyamai dia di dalam kedudukannya tersebut, apalagi selain para nabi. Karena yang dimaksud (dengan ‘menemani’ di sini) yaitu meraih satu tingkatan dari tingkatan-tingkatan kesempurnaan kedudukan ‘dekat dengan beliau’, maka diungkapkanlah hal ini dengan istilah ‘menemani’(Dalilul Falihin: 1/392)
Selanjutnya, baca Amal-amal lain yang pahalanya “menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga”
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
banner
Previous Post
Next Post