Sunday, 2 February 2020

Dibalik Pasukan Salib?

Image by google
Oleh : Zahrul Bawady, Lc

Sejarah penaklukan Islam ke aneka macam wilayah selalu menyisakan kenangan manis. Parade bersenjata bukan satu satunya solusi. Tapi jihad adab lah yang menciptakan Islam gampang diterima di negara-negara yang gres di buka.


Sangat pantas kalau misi yang diusung oleh pasukan kaum muslimin disebut Al Fathu (Pembukaan) atau tahrir (kemerdekaan). Sementara itu, misi abnormal selalu memiliki aspek negatif dan invasi perang sebagai solusi utamanya. Tidak ada satu pun negara yang berhasil dikuasai abnormal dengan misi damai. Oleh alasannya itu penguasaan abnormal terhadap negara lain disebut dengan isti'mar (penjajahan).




Sejarah pula yang berbicara, dikala salibis ingin menguasai kembali wilayah-wilayah yang pernah berada di bawah payun Romawi, Persia atau Yunani. Utamanya yang sudah dikuasai oleh kaum muslimin. Cerita demi dongeng jihad adab yang digencarkan oleh pasukan kaum muslimin dimanipulasi


Paling membekas ialah ulah Paus Urban II, tokoh gereja yang dipercaya menggerakkan perang salib (atau lebih sempurna disebut perang dunia melawan Islam di tanah kaum muslimin).

Urban II berbicara di depan kekuatan militer Eropa. Pada tahun 1095, tepatnya di wilayah selatan Perancis. Ia memperabukan semangat perang dengan kata katanya antara lain, "Wahai ksatria, angkatlah senjata yang kalian gunakan untuk memerangi sesama kalian ke arah ummat Islam. Perang suci telah dimulai. Ini bukan hanya perang merebut sebuah kota. Tapi perang demi kebenaran tuhan. Teruslah berjuang, kalian akan merebut Quds dari para perampok, inilah rumah dan syurga kalian. Sebagaimana taurat kita menyebutnya sebagai susu dan madu. Yerussalem ialah syurga yang kuasa yang berada di dunia."

Lebih lanjut ia berujar, "orang Islam telah menguasai tanah suci, kita tidak sanggup lagi berziarah dengan tenang. Maka bukalah dengan kunci kerajaan syurga (pesan simbolik Yesus kepada Petrus) sehingga engkau akan merasa kekal dengan ketenangan." Demikianlah di antara ujar ujar Paus Urban dua dikala konsili Clermont yang menyulut semangat perang tentara salib. Maka seketika orang-orang yang hadir meneriakkan, "deus vult" (tuhan memberkati).

Seorang sejarawan kristen, Maximus Monrond pernah menulis, " .. rampasan perang dan pembagian harta merupakan tujuan perang salib yang berfungsi untuk menyembunyikan tujuan bergotong-royong dari gereja-gereja katolik."

Akan tetapi, sehabis penaklukan salibis itu, pada periode 1144-1192 M, dunia Islam kembali melahirkan pahlawan, Imadudin Zanki juga anaknya yang lebih populer kemudian hari; Nuruddin Zanki. Perjuangan mereka kemudian dilanjutkan lagi oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Sehingga pada masanya, Al Quds sanggup dikuasai kembali, itu terjadi pada 1187 M.

Salahuddin tidak melaksanakan balas dendam terhadap pasukan salib. Berbeda dengan tindakan salibis yang melaksanakan pembantaian 85 tahun sebelumnya. Shalahuddin menawarkan kebebasan kepada mereka, dengan syarat membayar jizyah. Ia mempraktekkan pedoman Islam rahmatan lil 'alamin yang menjadi nafas Islam.

Kita juga harus mengingat, bahwa proses pembebasan Al Quds bukan hanya pengiriman tentara dalam jumlah besar serta dilengkapi dengan aneka macam perangkat militer. Sebelum Shalahuddin membebaskan Quds, di bawah bimbingan ulama masa itu, Imaduddin dan Nuruddin telah berhasil menyatukan polemik antara wilayah Islam. Termasuk konflik internal antara ummat Islam, memperbaiki adab dan contoh pikir kaum muslimin. Wallahu A'lam.
banner

Related Posts: