Wednesday 11 March 2020

Hadits - Kesemepurnaan Doktrin Seoarn Mumin

عَنْ أَبِيْ حَمْزَة أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَن النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ: (لاَ يُؤمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ) – رواه البخاري ومسلم

Terjemahan:

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, dia bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kau sehingga ia menyayangi milik saudaranya (sesama muslim) ibarat ia menyayangi miliknya sendiri”.
[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]

Penjelasan:

Demikianlah di dalam Shahih Bukhari, dipakai kalimat “milik saudaranya” tanpa kata yang menunjukkan keraguan. Di dalam Shahih Muslim disebutkan “milik saudaranya atau tetangganya” dengan kata yang menunjukkan keraguan.
Para ulama berkata bahwa “tidak beriman” yang dimaksudkan ialah imannya tidak tepat alasannya yaitu bila tidak dimaksudkan demikian, maka berarti seseorang tidak mempunyai kepercayaan sama sekali bila tidak mempunyai sifat ibarat itu. Maksud kalimat “mencintai milik saudaranya” yaitu menyayangi hal-hal kebajikan atau hal yang mubah. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat Nasa’i yang berbunyi :
“Sampai ia menyayangi kebaikan untuk saudaranya ibarat mencintainya untuk dirinya sendiri”.

Abu ‘Amr bin Shalah berkata : “ Perbuatan semacam ini terkadang dianggap sulit sehingga mustahil dilakukan seseorang. Padahal tidak demikian, alasannya yaitu yang dimaksudkan ialah bahwa seseorang imannya tidak tepat hingga ia menyayangi kebaikan untuk saudaranya sesama muslim ibarat menyayangi kebaikan untuk dirinya sendiri. Hal tersebut sanggup dilaksanakan dengan melaksanakan sesuatu hal yang baik bagi diriya, contohnya tidak berdesak-desakkan di daerah ramai atau tidak mau mengurangi kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal semacam itu bergotong-royong simpel dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang yang berhati jahat”. Semoga Allah memaafkan kami dan saudara kami semua.

Abu Zinad berkata : “Secara tersurat Hadits ini menyatakan hak persaman, tetapi bergotong-royong insan itu punya sifat mengutamakan dirinya, alasannya yaitu sifat insan suka melebihkan dirinya. Jika seseorang memperlakukan orang lain ibarat memperlakukan dirinya sendiri, maka ia merasa dirinya berada di bawah orang yang diperlakukannya demikian. Bukankah sesungguhnya insan itu bahagia haknya dipenuhi dan tidak dizhalimi? Sesungguhnya kepercayaan yang dikatakan paling tepat saat seseorang berlaku zhalim kepada orang lain atau ada hak orang lain pada dirinya, ia segera menginsafi perbuatannya sekalipun hal itu berat dilakukan.

Diriwayatkan bahwa Fudhail bin ‘Iyadz, berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah : “Jika anda menginginkan orang lain menjadi baik ibarat anda, mengapa anda tidak menasihati orang itu alasannya yaitu Allah. Bagaimana lagi kalau anda menginginkan orang itu di bawah anda?” (tentunya anda tidak akan menasihatinya).

Sebagian ulama beropini : “Hadits ini mengandung makna bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh alasannya yaitu itu, ia harus menyayangi saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu menyatu”.
Seperti tersebut pada Hadits lain :
“Orang-orang mukmin laksana satu tubuh, bila satu dari anggotanya sakit, maka seluruh badan turut mengeluh kesakitan dengan merasa demam dan tidak sanggup tidur malam hari”.
banner
Previous Post
Next Post