Sunday, 1 March 2020

Hukum Duduk Perkara Tawassulan

MASALAH TAWASSUL


Makna Tawassul berdasarkan Bahasa: Mendekatkan diri.
توسلت إلى فلان بكذا، بمعنى: تقرَّبت إليه

“Saya bertawassul kepada si fulan dengan anu”. Maknanya: “Saya mendekatkan diri kepadanya”. (Sumber: Tafsir ath-Thabari, juz.10, hal.290).

Makna Wasilah:
والوسيلة: هي التي يتوصل بها إلى تحصيل المقصود

Wasilah adalah: sesuatu yang dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

(Sumber: Tafsir Ibn Katsir, juz.3, hal.103).

Ber-tawassul Dengan Amal Shaleh.
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ . فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمُ اللَّهُمَّ كَانَ لِى أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ ، وَكُنْتُ لاَ أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً وَلاَ مَالاً ، فَنَأَى بِى فِى طَلَبِ شَىْءٍ يَوْمًا ، فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا ، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً ، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَىَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ ، فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ » . قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « وَقَالَ الآخَرُ اللَّهُمَّ كَانَتْ لِى بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَىَّ ، فَأَرَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا ، فَامْتَنَعَتْ مِنِّى حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ ، فَجَاءَتْنِى فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّىَ بَيْنِى وَبَيْنَ نَفْسِهَا ، فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا قَالَتْ لاَ أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِّهِ . فَتَحَرَّجْتُ مِنَ الْوُقُوعِ عَلَيْهَا ، فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهْىَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَىَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِى أَعْطَيْتُهَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ . فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ ، غَيْرَ أَنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا . قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ إِنِّى اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ فَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ ، غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِى لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الأَمْوَالُ ، فَجَاءَنِى بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ إِلَىَّ أَجْرِى . فَقُلْتُ لَهُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنَ الإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ . فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لاَ تَسْتَهْزِئْ بِى . فَقُلْتُ إِنِّى لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ . فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا ، اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ . فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ » .

Abdullah bin Umar berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga orang sebelum kau melaksanakan perjalanan, kemudian mereka bernaung di sebuah gua, mereka masuk ke dalamnya, kemudian ada satu buah kerikil besar jatuh dari atas bukit dan menutup pintu gua itu. Mereka berkata: “Tidak ada yang sanggup menyelamatkan kau dari kerikil besar ini kecuali kau berdoa kepada Allah dengan amal shaleh kamu.

Salah satu dari mereka bertiga berkata: “Ya Allah, saya memiliki dua orang bau tanah yang sudah bau tanah renta, tidak seorang pun yang lebih saya dahulukan daripada mereka berdua, baik dalam urusan keluarga maupun harta. Suatu hari mereka meminta sesuatu kepada saya. Saya belum menyenangkan mereka hingga mereka tertidur. Maka saya siapkan susu untuk mereka berdua, saya dapati mereka berdua sudah tertidur, saya tidak ingin lebih mendahulukan yang lain; keluarga dan harta daripada mereka berdua. Maka saya terdiam, cangkir berada di tangan saya, saya menunggu mereka berdua terjaga, hingga terbit fajar. Mereka berdua pun terjaga, kemudian mereka minum. Ya Allah, bila yang saya lakukan itu untuk mengharapkan kemuliaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari dalam gua ini dan dari kerikil besar ini”. Maka gua itu terbuka sedikit, mereka belum bisa keluar.

Orang kedua berkata: “Ya Allah, saya memiliki sepupu perempuan, ia orang yang paling saya cintai, saya menginginkan dirinya. Ia menahan dirinya hingga berlalu beberapa tahun lamanya. Ia tiba kepada saya, kemudian saya beritakan seratus dua puluh Dinar kepadanya supaya ia mau berdua-duaan dengan saya. Ia pun melakukannya, hingga saya bisa untuk melaksanakan sesuatu terhadapnya. Ia berkata: “Aku tidak halalkan bagimu untuk melepas cincin kecuali dengan kebenaran”. Saya merasa berat untuk melaksanakan sesuatu terhadapnya. Maka saya pun pergi meninggalkannya, padahal ia orang yang paling saya cintai, saya pun meninggalkan uang emas yang telah saya berikan. Ya Allah, bila yang saya lakukan itu untuk mengharapkan kemuliaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari dalam gua ini”. Maka pintu gua itu pun terbuka sedikit, hanya saja mereka masih belum bisa keluar.

Orang yang ketiga berkata: “Ya Allah, saya mempekerjakan para pekerja, saya memperlihatkan honor kepada mereka. Hanya saja ada seorang pria yang tidak mengambil gajinya, ia pergi. Maka saya membuatkan gajinya hingga menjadi harta yang banyak. Lalu sesudah berapa usang ia tiba lagi dan berkata: “Wahai hamba Allah, bayarkanlah honor saya”. Saya katakana kepadanya: “Semua yang engkau lihat ini ialah dari gajimu; ada unta, lembu, kambing dan hamba sahaya”. Pekerja itu berkata: “Wahai hamba Allah, janganlah engkau mengejek”. Saya jawab: “Saya tidak mengejekmu”. Maka pekerja itu pun mengambil semuanya, ia membawanya, tidak meninggalkan walau sedikit pun. Ya Allah, bila yang saya lakukan itu untuk mengharapkan kemuliaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari gua ini”. Maka kerikil besar itu pun bergeser (gua terbuka), kemudian mereka pun pergi keluar melanjutkan perjalanan”.

(Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).

Ber-tawassul Dengan Nabi Muhammad Saw.

Riwayat Tentang Ber-tawassul Sebelum Nabi Muhammad Saw Lahir ke Dunia.
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لما اقترف آدم الخطيئة قال يا رب أسألك بحق محمد لما غفرت لي فقال الله : يا آدم و كيف عرفت محمدا و لم أخلقه ؟ قال : يا رب لأنك لما خلقتني بيدك و نفخت في من روحك و رفعت رأسي فرأيت على قوائم العرش مكتوبا لا إله إلا الله محمد رسول الله فعلمت أنك لم تضف إلى اسمك إلى أحب الخلق فقال الله : صدقت يا آدم إنه لأحب الخلق إلي ادعني بحقه فقد غفرت لك و لولا محمد ما خلقتك

Dari Umar bin al-Khattab, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Ketika Adam melaksanakan kesalahan, ia berkata: “Ya Tuhanku, saya memohon kepada-Mu berkat kebenaran Muhammad, ketika Engkau mengampuni aku”. Allah berkata: “Wahai Adam, bagaimana engkau mengenal Muhammad padahal Aku belum menciptakannya?”. Nabi Adam as menjawab: “Ya Allah, alasannya ialah ketika Engkau membuat saya dengan tangan-Mu dan Engkau tiupkan ke dalam diriku dari ruh-Mu dan saya engkat kepalaku, saya lihat di tiang ‘Arsy tertulis: ‘Tiada ilahi selain Allah, Muhammad utusan Allah’. Maka saya pun mengetahui bahwa Engkau tidak akan menambahkan sesuatu kepada nama-Mu melainkan nama orang yang paling Engkau cintai”. Allah berfirman: “Engkau benar wahai Adam, bahu-membahu Muhammad itu makhluk yang paling saya cintai. Berdoalah berkat dirinya, Aku telah mengampuni engkau. Kalaulah bukan alasannya ialah Muhammad, maka Aku tidak akan membuat engkau”.

Ulama berbeda pendapat wacana hadits ini. Adz-Dzahabi menyatakan ini hadits palsu. Akan tetapi Imam al-Hakim menyebutkan hadits ini dalam al-Mustadrak, ia nyatakan shahih. Disebutkan al-Hafizh as-Suyuthi dalam al-Khasha’ish an-Nabawiyyah, ia nyatakan shahih. Disebutkan al-Baihaqi dalam Dala’il an-Nubuwwah, padahal Imam al-Baihaqi tidak meriwayatkan hadits palsu, begitu ia nyatakan dalam muqaddimah kitabnya. Juga dinyatakan shahih oleh Imam al-Qasthallani dan az-Zarqani dalam al-Mawahib al-Ladunniyyah, as-Subki dalam Syifa’ as-Saqam.

Imam Ibnu Taimiah Berdalil Dengan Hadits Yang Semakna Dengan Hadits Ini:
وقد روى أن الله كتب اسمه على العرش وعلى ما فى الجنة من الأبواب والقباب والأوراق وروى فى ذلك عدة آثار توافق هذه الأحاديث الثابتة التى تبين التنويه باسمه وإعلاء ذكره حينئذ وقد تقدم لفظ الحديث الذى فى المسند عن ميسرة الفجر لما قيل له متى كنت نبيا قال وآدم بين الروح والجسد وقد رواه أبو الحسين بن بشران من طريق الشيخ أبى الفرج بن الجوزى فى الوفا بفضائل المصطفى حدثنا أبو جعفر محمد بن عمرو حدثنا احمد بن اسحاق بن صالح ثنا محمد ابن صالح ثنا محمد بن سنان العوفى ثنا ابراهيم بن طهمان عن يزيد بن ميسرة عن عبد الله بن سفيان عن ميسرة قال قلت يا رسول الله متى كنت نبيا قال لما خلق الله الأرض واستوى إلى السماء فسواهن سبع سموات وخلق العرش كتب على ساق العرش محمد رسول الله خاتم الأنبياء وخلق الله الجنة التى أسكنها آدم وحواء فكتب اسمى على الأبواب والأوراق والقباب والخيام وآدم بين الروح والجسد فلما أحياه الله تعالى نظر الى العرش فرأى اسمى فأخبره الله انه سيد ولدك فلما غرهما الشيطان تابا واستشفعنا باسمى إليه

 وروى أبو نعيم الحافظ فى كتاب دلائل النبوة ومن طريق الشيخ أبى الفرج حدثنا سليمان بن أحمد ثنا أحمد بن رشدين ثنا أحمد بن سعيد الفهرى ثنا عبد الله بن اسماعيل المدنى عن عبد الرحمن بن زيد بن أسلم عن أبيه عن عمر بن الخطاب قال قال رسول الله لما أصاب آدم الخطيئة رفع رأسه فقال يا رب بحق محمد إلا غفرت لى فأوحى اليه وما محمد ومن محمد فقال يا رب إنك لما أتممت خلقى رفعت رأسى الى عرشك فإذا عليه مكتوب لا إله الا الله محمد رسول الله فعلمت أنه أكرم خلقك عليك إذ قرنت اسمه مع اسمك فقال نعم قد غفرت لك وهو آخر الأنبياء من ذريتك ولولاه ما خلقتك فهذا الحديث يؤيد الذى قبله وهما كالتفسير للأحاديث الصحيحة

Diriwayatkan bahwa Allah telah menuliskan nama Muhammad di ‘Arsy, di surga, di pintu-pintunya, di kubah-kubahnya dan di dedaunannya. Diriwayatkan beberapa riwayat yang sesuai dengan hadits-hadits shahih yang menjelaskan supaya mengagungkan nama Muhammad dan memuliakan sebutannya pada dikala itu. Telah disebutkan sebelumnya lafaz hadits yang terdapat dalam al-Musnad, dari Maisarah al-Fajr, ketika dikatakan kepada Rasulullah Saw: “Sejak bilakah engkau menjadi nabi?”. Rasulullah Saw menjawab: “Sejak Adam antara ruh dan jasad”.

Diriwayatkan oleh Abu al-Husein bin Basyran dari jalur rirwayat Syekh Abu al-Faraj bin al-Jauzi dalam al-Wafa bi Fadha’il al-Musthafa: Abu Ja’far Muhammad bin ‘Amr meriwayatkan kepada kami, Ahmad bin Ishaq bin Shalih meriwayatkan kepada kami, Muhammad bin Shalih meriwayatkan kepada kami, Muhammad bin Sinan al-‘Aufi meriwayatkan kepada kami, Ibrahim bin Thahman meriwayatkan kepada kami, dari Yazid bin Maisarah, dari Abdullah bin Sufyan bin Maisarah, ia berkata: saya berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, semenjak bilakah engkau menjadi nabi?”. Rasulullah Saw menjawab: “Ketika Allah membuat bumi, kemudian Allah bersemayam di langit, kemudian Allah ciptakan tujuh langit, Allah membuat ‘Arsy dan menuliskan di atas kaki ‘Arsy: Muhammad utusan Allah, epilog para nabi. Allah membuat nirwana yang didiami Adam dan Hawa, dituliskan namaku di atas pintu-pintunya, dedaunannya, kubah-kubahnya dan kemahnya. Adam antara ruh dan jasad. Ketika Allah menghidupkannya, ia melihat kepada ‘Arsy, ia lihat namaku, maka Allah memberitahukan kepada Adam, ia (Muhammad) ialah pemimpin anak cucumu. Ketika setan menarik hati Adam dan Hawa, maka Adam dan Hawa memohon proteksi kepada Allah dengan menyebut namaku (Muhammad)”.

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim al-Hafizh dalam kitab Dala’il an-Nubuwwah dan dari jalur riwayat Syekh Abu al-Faraj, Sulaiman bin Ahmad meriwayatkan kepada kami, Ahmad bin Rasydin meriwayatkan kepada kami, Ahmad bin Sa’id al-Fihri meriwayatkan kepada kami, Abdullah bin Isma’il al-Madani meriwayatkan kepada kami, dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari Bapaknya, dari Umar bin al-Khattab, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Ketika Adam melaksanakan dosa, ia mengangkat kepalanya seraya berkata: “Wahai Tuhanku, berkat kebenaran Muhammad Engkau mengampuni aku”. Diwahyukan kepada Adam: “Siapa Muhammad?”. Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, ketika Engkau menyempurnakan penciptaanku, saya angkat kepalaku ke ‘Arsy-Mu, tiba-tiba tertulis di atasnya: Tiada ilahi selain Allah, Muhammad utusan Allah. Maka saya pun mengetahui bahwa ia (Muhammad) makhluk-Mu yang paling mulia bagi-Mu, alasannya ialah Engkau mendekatkan namanya bersama nama-Mu”. Allah menjawab: “Ya, Aku telah mengampunimu, dialah nabi terakhir dari keturunanmu. Kalaulah bukan alasannya ialah dia, maka Aku tidak akan membuat engkau”. (Ibnu Taimiah melanjutkan komentarnya): “Hadits ini mendukung hadits sebelumnya. Kedua hadits ini sebagai klarifikasi hadits-hadits shahih”.

(Sumber: Majmu’ Fatawa Imam Ibn Taimiah: Juz.2, hal.150-151).

Orang-Orang Yahudi Ber-tawassul Dengan Nabi Muhammad Saw Sebelum Beliau Lahir:
قال ابن عباس: كانت يهود خيبر تقاتل غطفان فلما التقوا هزمت يهود، فعادت يهود بهذا الدعاء وقالوا: إنا نسألك بحق النبي الامي الذي وعدتنا أن تخرجه لنا في آخر الزمان إلا تنصرنا عليهم.

قال: فكانوا إذا التقوا دعوا بهذا الدعاء فهزموا غطفان، فلما بعث النبي صلى الله عليه وسلم كفروا، فأنزل

الله تعالى: " وكانوا من قبل يستفتحون على الذين كفروا " أي بك يا محمد، إلى قوله: " فلعنة الله على الكافرين ".

Dari Ibnu ‘Abbas: “Yahudi Khaibar berperang dengan Ghathafan, ketika mereka bertempur, orang-orang Yahudi mengalami kekalahan. Maka orang-orang Yahudi berdoa: “Kami memohon kepada-Mu berkat nabi yang tidak sanggup membaca yang telah Engkau janjikan kepada kami yang Engkau keluarkan di simpulan zaman, tolonglah kami melawan Ghathafan”. Apabila mereka menghadapi Ghathafan, maka mereka berdoa dengan doa ini, kemudian mereka pun sanggup mengalahkan Ghathafan. Akan tetapi ketika Rasulullah Saw tiba, mereka kafir kepada Rasulullah Saw, maka Allah turunkan ayat:

“Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk menerima kemenangan atas orang-orang kafir, maka sesudah tiba kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka kemudian ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu”. (Qs. al-Baqarah [2]: 89).

(Sumber: Tafsir al-Qurthubi: juz.2, hal.27).

Ber-tawassul Ketika Rasulullah Saw Masih Hidup.
عن أبي أمامة بن سهل بن حنيف عن عمه عثمان بن حنيف قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم و جاءه رجل ضرير فشكا إليه ذهاب بصره فقال : يا رسول الله ليس لي قائد و قد شق علي فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ائت الميضاة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم قل : اللهم إني أسألك و أتوجه إليك بنبيك محمد صلى الله عليه و سلم نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلى ربك فيجلي لي عن بصري اللهم شفعه في و شفعني في نفسي قال عثمان فو الله ما تفرقنا و لا طال بنا الحديث حتى دخل الرجل و كأنه لم يكن به ضر قط

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dari pamannya berjulukan Utsman bin Hunaif, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw, tiba seorang pria buta mengadu wacana matanya, ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidak ada orang yang membimbing saya, ini berat bagi saya”. Maka Rasulullah Saw berkata: “Pergilah ke daerah berwudhu’, maka berwudhu’lah, kemudian shalatlah dua rakaat. Kemudian ucapkan: “Ya Allah, saya memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu berkat nabi-Mu Muhammad Saw nabi pembawa rahmat, wahai Muhammad saya menghadap denganmu kepada Tuhanmu, maka tampakkanlah pandanganku, ya Allah jadikanlah ia penolong bagiku dan jadikan saya sanggup menolong diriku sendiri”. Utsman berkata: “Demi Allah, belum usang kami berpisah, belum usang kami bercerita, kemudian pria itu masuk, seolah-olah ia tidak pernah buta sama sekali”.

Komentar al-Hafizh al-Mundziri:
رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح غريب والنسائي واللفظ له وابن ماجه وابن خزيمة في صحيحه والحاكم وقال صحيح على شرط البخاري ومسلم وليس عند الترمذي ثم صل ركعتين إنما قال فأمره أن يتوضأ فيحسن وضوءه ثم يدعو بهذا الدعاء فذكره بنحوه قال الطبراني بعد ذكر طرقه والحديث صحيح

Diriwayatkan at-Tirmidzi, ia berkata: Hadits hasan shahih gharib. Diriwayatkan an-Nasa’i dengan lafaznya. Diriwayatkan Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. Diriwayatkan al-Hakim, ia berkata: “Shahih berdasarkan syarat al-Bukhari dan Muslim). Imam ath-Thabrani berkata sesudah menyebutkan beberapa jalur periwayatannya: “Hadits Shahih”.

(Sumber: al-Hafizh al-Mundziri dalam at-Targhib wa at-Tarhib, juz.1, hal.272-273).

Ber-tawassul Ketika Rasulullah Saw Sudah Wafat.
عن أبى أمامة بن سهل بن حنيف عن عمه عثمان بن حنيف أن رجلا كان يختلف إلى عثمان بن عفان فى حاجة له فلقى عثمان بن حنيف فشكا اليه ذلك فقال له عثمان بن حنيف ائت الميضأة فتوضأ ثم ائت المسجد فصل فيه ركعتين ثم قل اللهم إنى أسألك وأتوجه إليك بنبينا محمد صلى الله عليه و سلم نبى الرحمة يامحمد إنى أتوجه بك إلى ربك عز و جل فيقضى لى حاجتى وتذكر حاجتك ورح حتى أروح معك فإنطلق الرجل فصنع ما قال له ثم أتى باب عثمان بن عفان فأجلسه معه على الطنفسة وقال حاجتك فذكر حاجته فقضاها له ثم قال له ما ذكرت حاجتك حتى كانت هذه الساعة وقال ما كانت لك من حاجة فائتنا  ثم إن الرجل خرج من عنده فلقى عثمان بن حنيف فقال له جزاك الله خيرا ما كان ينظر فى حاجتى ولا يلتفت الى حتى كلمته فى فقال له عثمان بن حنيف والله ما كلمته ولكن شهدت رسول الله وأتاه ضرير فشكا اليه ذهاب بصره فقال له النبى أفتصبر فقال يا رسول الله إنه ليس لى قائد وقد شق على فقال له رسول الله ائت الميضأة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم ادع بهذه الدعوات فقال عثمان بن حنيف فوالله ما تفرقنا ولا طال بنا الحديث حتى دخل علينا الرجل كأنه لم يكن به ضر قط

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dari pamannya berjulukan Utsman bin Hunaif, bahwa ada seorang pria akan menghadap Khalifah Utsman bin ‘Affan untuk suatu urusan, maka ia pun menemui Utsman bin Hunaif, ia mengadu kepada Utsman bin Hunaif, Utsman bin Hunaif berkata kepadanya: “Pergilah ke daerah wudhu’, kemudian berwudhu’lah, kemudian pergilah ke masjid, shalatlah dua rakaat, kemudian ucapkanlah: “Ya Allah, saya memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu berkat nabi-Mu Muhammad Saw nabi pembawa rahmat, ya Muhammad saya menghadap denganmu kepada Tuhanmu, supaya Ia menunaikan hajatku”, kemudian ucapkanlah hajatmu. Pergilah, supaya saya sanggup pergi bersamamu”. Maka pria itu pun pergi, ia melaksanakan apa yang dikatakan Utsman bin Hunaif. Kemudian ia tiba ke pintu Utsman bin ‘Affan, kemudian Utsman mendudukkannya bersamanya di atas karpet ganjal duduk, Utsman bin ‘Affan bertanya: “Apakah keperluanmu?”. Laki-laki itu pun menyebutkan keperluannya, kemudian Utsman bin ‘Affan menunaikannya. Kemudian Utsman bin ‘Affan berkata kepadanya: “Engkau tidak menyebutkan keperluanmu hingga dikala ini. Jika engkau ada keperluan, maka datanglah kepada kami”. Kemudian pria itu pergi. Lalu ia menemui Utsman bin Hunaif dan berkata: “Semoga Allah memperlihatkan jawaban kebaikan kepadamu, sebelumnya Khalifah Utsman bin ‘Affan tidak mau melihat keperluan saya dan tidak menoleh kepada saya hingga engkau menceritakan wacana saya kepadanya”. Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah, saya tidak pernah menceritakan tentangmu kepada Khalifah Utsman bin ‘Affan, akan tetapi saya menyaksikan Rasulullah Saw, seorang yang buta tiba kepadanya mengadu kepadanya wacana penglihatannya yang hilang, maka Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Apakah engkau bersabar?”. Laki-laki buta itu menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak ada yang membimbing saya, berat bagi saya”. Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Pergilah engkau ke daerah wudhu’, berwudhu’lah, kemudian shalatlah dua rakaat, kemudian berdoalah dengan doa ini”. Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah, tidak berapa usang kami berpisah, tidak berapa usang kami bercerita, hingga pria buta itu tiba kepada kami, seolah-olah ia tidak buta sama sekali”.

Pendapat Ibnu Taimiah Terhadap Hadits ini:
قال الطبرانى روى هذا الحديث شعبة عن أبى جعفر واسمه عمر بن يزيد وهو ثقة تفرد به عثمان بن عمر عن شعبة قال أبو عبد الله المقدسى والحديث صحيح

قلت والطبرانى ذكر تفرده بمبلغ علمه ولم تبلغه رواية روح بن عبادة عن شعبة وذلك إسناد صحيح يبين أنه لم ينفرد به عثمان بن عمر

Ath-Thabrani berkata: “Yang meriwayatkan hadits ini ialah Syu’bah dari Abu Ja’far, namanya Umar bin Yazid, ia seorang periwayat yang Tsiqah (terpercaya), hanya Utsman bin Umar yang meriwayatkan dari Syu’bah. Abu Abdillah al-Maqdisi berkata: “Ini hadits shahih”.

Saya (Ibnu Taimiah) katakan: ath-Thabrani menyebutkan hanya Utsman bin Umar yang meriwayatkan, itu pengetahuan ath-Thabrani, alasannya ialah riwayat Rauh bin ‘Ubadah dari Syu’bah tidak hingga kepada ath-Thabrani. Itu sanad yang shahih yang menjelaskan bahwa Utsman bin Umar tidak meriwayatkan sendirian.

(Sumber: Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah, at-Tawassul wa al-Wasilah, juz.1, hal.273).
ابن أبى الدنيا فى كتاب مجابى الدعاء قال حدثنا أبو هاشم سمعت كثير بن محمد ابن كثير بن رفاعة يقول جاء رجل الى عبد الملك بن سعيد بن أبجر فجس بطنه فقال بك داء لا يبرأ قال ما هو قال الدبيلة قال فتحول الرجل فقال الله الله الله ربى لا أشرك به شيئا اللهم إنى أتوجه اليك بنبيك محمد نبى الرحمة تسليما يا محمد إنى أتوجه بك الى ربك وربى يرحمنى مما بى قال فجس بطنه فقال قد برئت ما بك علة

 قلت فهذا الدعاء ونحوه قد روى أنه دعا به السلف

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunia dalam kitab Mujabi ad-Du’a’, ia berkata: Abu Hasyim meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Saya mendengar Katsir bin Muhammad bin Katsir bin Rifa’ah berkata: Seorang pria tiba kepada Abdul Malik bin Sa’id bin Abjar, ia meraba perut pria itu. Abdul Malik bin Sa’id bin Abjar berkata: “Engkau mengalami penyakit yang tidak sanggup disembuhkan”. Orang itu bertanya: “Apakah namanya?”. Ia menjawab: “Dubailah (Bisul besar yang ada di dalam perut, biasanya orang yang terkena penyakit ini berakhir dengan kematian)”. Lalu pria itu berpaling seraya mengucapkan: “Allah Allah Allah Tuhanku, saya tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun. Ya Allah, saya menghadap kepada-Mu berkat nabi-Mu Muhammad nabi pembawa rahmat dan keselamatan, wahai Muhammad bahu-membahu saya menghadap denganmu kepada Tuhanmu dan Tuhanku supaya ia merahmati saya dan apa yang menimpaku”. Abdul Malik bin Sa’id bin Abjar kembali meraba perut pria itu, ia berkata: “Engkau telah sembuh, tidak ada penyakit pada dirimu”.

Komentar Ibnu Taimiah:

Doa menyerupai ini dan sejenisnya ialah doa yang biasa diucapkan kalangan Salaf.

(Sumber: Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: juz.1, hal.264).

Imam Ahmad bin Hanbal Memperbolehkan Ber-tawassul Dengan Nabi Muhammad Saw:
قال أحمد في منسكه الذي كتبه للمروزي صاحبه إنه يتوسل بالنبي صلى الله عليه و سلم في دعائه ولكن غير أحمد قال : إن هذا إقسام على الله به ولا يقسم على الله بمخلوق وأحمد في إحدى الروايتين قد جوز القسم به فلذلك جوز التوسل به

Imam Ahmad bin Hanbal berkata dalam al-Mansak yang ditulis oleh al-Marwazi sahabatnya, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal bertawassul dengan nabi Muhammad Saw dalam doanya, akan tetapi selain Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Sesungguhnya ini bersumpah kepada Allah demi nabi Muhammad Saw, dihentikan bersumpah kepada Allah demi makhluk”. Dalam salah satu riwayat dari Imam Ahmad disebutkan bahwa Imam Ahmad membolehkan sumpah demi Nabi Muhammad Saw, dengan demikian berarti Imam Ahmad membolehkan tawassul dengan Nabi Muhammad Saw.
(Sumber: al-Fatawa al-Kubra, Ibnu Taimiah, juz.2, hal.422).
banner

Related Posts: