Monday, 4 November 2019

Hikmah Lahirnya Islam Di Semenanjung Arab (Bag. 2)

Google
Oleh: Muhammad Syukran*

Melalui citra kondisi bangsa Arab dan bangsa lain di sekitarnya sebelum Islam, kita sanggup dengan gampang mengungkap hikmah Ilahiyah yang tersembunyi di balik ketetapan Allah Swt. menentukan Semenanjung Arab, bukan wilayah yang lain, sebagai tempat kelahiran Rasulullah Saw. sekaligus pengangkatan dia sebagai utusan-Nya. Allah Swt. menyebabkan bangsa Arab sebagai bangsa pertama yang mendapatkan dakwah agung ini. Dari kalangan merekalah yang pertama dititahkan Allah Swt. untuk menebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru bumi biar semua insan menyembah Allah Swt.

Banyak orang berpendapat, pemeluk agama sesat dan pemuja peradaban yang rusak akan sulit diobati alasannya yaitu mereka memandang baik kerusakan yang menjangkiti diri mereka, bahkan membanggakannya. Adapun mereka yang berada dalam fase pencarian akan lebih gampang mendapatkan kebodohan lantaran tidak akan membanggakan tamadun atau peradaban yang mereka sendiri belum mencapainya. Kelompok yang kedua ini tentu lebih gampang untuk diobati dan diarahkan. Ini tentu bukan pesan yang tersirat Ilahiyah yang kita maksud lantaran analisis menyerupai ini hanya pantas dilakukan oleh mereka yang mempunyai kemampuan terbatas dan jengah bersusah-payah.

Kalau saja Allah Swt. berkehendak menyebabkan Islam lahir di tempat lain, menyerupai Persia, Romawi, atau India, pastilah Dia menyiapkan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan dakwah di sana, sebagaimana yang Dia siapkan di Semenanjung Arab. Demikian itu tidaklah sulit bagi Allah Swt. lantaran Dialah Zat Yang Maha Menciptakan segala sesuatu.

Hikmah terpilihnya Semenanjung Arab ini senada dengan pesan yang tersirat terpilihnya Rasulullah yang ummiy alias tidak sanggup membaca dan menulis. Bagi Allah, demikian itu bisa jadi biar insan tidak mewaspadai misi kenabian yang diemban Nabi Muhammad Saw. Selain itu, Allah Swt. mengunci mati semua pintu keraguan terhadap keabsahan dakwah Rasulullah Saw.

Hal lain yang turut menyempurnakan hikmah Ilahiyah yang sedang kita bicarakan ini ialah lingkungan tempat tinggal rasul yang buta abjad itu memang seharusnya lingkungan yang juga “buta huruf”, berbeda dengan semua bangsa yang ada di sekitarnya. Maksudnya, bangsa Arab kala itu yaitu bangsa yang belum “terkontaminasi” peradaban yang ada di sekelilingnya. Pikiran mereka belum dicemari banyak sekali macam filsafat yang tidak terang ujung-pangkalnya.

Hikmah Ilahiyah lainnya yaitu menyingkirkan keraguan dari dada semua manusia. Tidaklah gampang untuk dipercaya, andaikata nabi yang diutus Allah Swt. dari kalangan cerdik yang menguasai kitab-kitab kuno, sejarah bangsa-bangsa purba, dan peradaban sekitarnya. Di samping itu, Allah Swt. juga ingin menyingkirkan keraguan manusia, seandainya dakwah Islam lahir di tengah bangsa berperadaban tinggi dan mempunyai pemikiran filsafat yang sudah terbangun, semisal Persia, Yunani, atau Romawi. Jika itu terjadi, niscaya akan muncul banyak “setan” yang menyangkal kenabian Muhammad Saw. Mereka akan menuduhnya sebagai upaya eksperimental-kebudayaan atau sebagai salah satu pemikiran filsafat belaka.

Berkenaan dengan hikmah Ilahiyah ini, Al-Quran secara gamblang menyatakan, “Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta abjad dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Jumu’ah: 2).

Memang sudah kehendak Allah untuk menentukan utusan yang buta huruf. Adalah kehendak-Nya menentukan tempat kelahiran rasul pilihan-Nya di tengah bangsa yang sebagian besar masyarakatnya buta huruf. Tujuannya biar mukjizat kenabian dan syariat Islam sanggup menyala terang di dalam dada setiap insan, tanpa harus dikotori banyak sekali paham dan pedoman karsa kreatif manusia. Hal ini menunjukkan, batapa besar rahmat Allah Swt. bagi hamba-hamba-Nya.

Selain itu, masih ada beberapa pesan yang tersirat yang sanggup disimpulkan Syekh Said Ramadhan Al-Buthi dalam kitabnya Fiqh Sirah menyerupai poin-poin berikut ini:

1. Sebagaimana diketahui bersama, Allah Swt. mejadikan Baitullah sebagai “tempat berkumpul dan tempat yang kondusif bagi manusia”. Selain itu, menjadikannya sebagai “rumah pertama yang dibangun untuk manusia”, sebagai tempat penyelenggaraan ibadah dan mendirikan syiar agama. Di lembah itu pulalah Allah Swt. jauh sebelumnya telah mengukuhkan dakwah bapak para nabi, Ibrahim As. Dengan segala bentuk keistimewaan itu, tempat yang penuh berkah ini memang layak menjadi “buaian” bagi dakwah Islam yang merupakan kelanjutan millah Ibrahim, menjadi tempat kelahiran dan diutusnya nabi terakhir yang masih keturunan pribadi dari Nabi Ibrahim As.

2. Jika ditinjau dari letak geografis Semenanjung Arab yang dipilih Allah Swt. sebagai tempat kelahiran dakwah agung ini, menyerupai yang telah kami sebutkan di muka, tempat ini memang terletak sempurna di tengah-tengah banyak sekali bangsa yang ada di sekelilingnya.

3. Letak Semenanjung Arab yang strategis ini ikut mendukung penyebaran dakwah Islam ke tengah bangsa-bangsa itu menjadi jauh lebih gampang dilakukan. Jika memperhatikan perjalannan dakwah Islam di tempat kelahirannya dan pada masa kepemimpinan para Khulafa’ Ar-Rasyidun, Anda niscaya sanggup melihat terang kebenaran pendapat ini.

4. Allah Swt. telah berkehendak menyebabkan bahasa Arab sebagai bahasa dakwah Islam. Selain itu, Allah Swt. juga menyebabkan bahasa Arab sebagai alat pertama untuk “menerjemahkan” firman Allah yang kemudian disampaikan kepada kita.

5. Kalau saja mau meneliti karakter banyak sekali macam bahasa yang ada di dunia, kita niscaya sanggup mengetahui bahwa bahasa Arab sedemikian istimewa dibandingkan bahasa-bahasa yang lain. Oleh lantaran itu, pantaslah ia dijadikan bahasa utama umat Islam yang tinggal di seluruh penjuru dunia.

Bulan Rabiul Awal yaitu bulan keberkahan di mana Nabi Muhammad Saw. diutus bagi seluruh alam dan bukan untuk bangsa Arab saja. Maka sudah sepantasnya kita selaku umatnya memperbanyak shalawat, lantaran syafaat dia senantiasa mengalir bagi tiap bibir yang suka bershalawat padanya. Semoga di bulan Maulid ini rasa cinta terhadap Baginda Nabi Saw. terus terpupuk hingga hati ini berat untuk melupakannya walau untuk sesaat saja.



[1]Lihat Al-Milal wa An-Nihal, karya Imam Asy-Syahristani, 2/86-87. 
[2]Mâdzâ Khasira Al-'Âlam bi Inhithâ Al-Muslimîn, h.28. 
[3]Al-Ummah Al-'Arabiyyah fi Ma'rakah Taḥqîq Al-Dzât, h.147.

*Penulis yaitu mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Mesir.
banner
Previous Post
Next Post