Sobat, kalimat di atas sempat nggak terlintas dalam hati Anda? Sebagai seorang muslim yang baik, tentu tidaklah berani menjawab pertanyaan di atas jikalau tidak menurut ilmu, alasannya ialah ia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Allah ‘Azza wa Jallaberfirman,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kau mengikuti apa yang kau tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Al-Israa`: 36).
Nah, untuk dapat memahami balasan dari pertanyaan di atas, simaklah ayat-ayat Al-Qur`an yang agung berikut ini. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Yang Banyak Memberi rezeki Yang memiliki Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (Surah Adz-Dzaariyaat:58).
وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Berilah kami rezeki, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama” (Al-Maa`idah:114).
وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan sesungguhnya Allah ialah sebaik-baik pemberi rezeki” (Al-Hajj: 58).
وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki” (Al-Jumu’ah: 11).
(Fiqhul Asmaa`il Husnaa, hal. 103).
Setiap makhluk yang berjalan di muka bumi diberi rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).
Allah memberitahukan di dalam ayat ini bahwa Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini. Sangat terang sekali beberapa firman Allah di atas. Tidak ada satu pun di antara hamba-hamba-Nya yang beriman yang mewaspadai firman Allah Ta’ala di atas.
Hanya saja, Allah Ta’ala melapangkan rezeki bagi sebagian hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya bagi sebagian yang lainnya, untuk suatu hikmah yang Allah ketahuinya.
Hal itu merupakan budi dari-Nya dan sesuai dengan ilmu-Nya wacana apa yang bermanfaat dan yang layak bagi hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ
“Dan Allah melebihkan sebahagian kalian dari sebagian yang lain dalam hal rezeki” (An-Nahl: 71).
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-‘Ankabuut: 62).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menafsirkan firman Allah di dalam surat Al-‘Ankabuut ayat 62 di atas,
الحمد لله، الذي خلق العالم العلوي والسفلي، وقام بتدبيرهم ورزقهم، وبسط الرزق على من يشاء، وضيقه على من يشاء، حكمة منه، ولعلمه بما يصلح عباده وما ينبغي لهم
“Segala puji hanya bagi Allah, yang telah membuat alam atas dan bawah serta mengatur mereka dan memberi rezeki mereka, melapangkan rezeki bagi hamba yang Allah kehendaki dan menyempitkan rezeki hamba yang Allah kehendaki, hal itu merupakan budi dari-Nya dan sesuai dengan ilmu-Nya wacana apa yang bermanfa’at dan yang layak bagi hamba-hamba-Nya” (Tafsir As-Sa’di, hal. 746 ).
Terkadang memang sebagian orang ada yang mati kelaparan dan bersama-sama ini tidaklah bertentangan dengan nama Allah Ar-Razzaaq (Yang Banyak Memberi rezeki).
Allah tetap dikatakan Dzat Yang Maha Memberi rezeki dan Allah telah menunjukkan kepada orang tersebut jatah rezekinya secara penuh dan sudah menyempurnakan ajalnya. Allah menunjukkan rezeki kepada orang itu semua dari apa yang telah Allah takdirkan untuknya, sehingga saat Allah mencabut nyawanya, ia dalam keadaan telah memperoleh rezekinya secara penuh, tidak terkurangi sedikitpun.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai insan bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, alasannya ialah tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut hingga kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram” (HR. Ibnu Majah, dan Syaikh Al-Albani menshahihkannya).
Ya memang Allah telah memilih rezeki orang yang mati kelaparan tersebut lebih sedikit dari sebagian orang yang lain, namun ada hikmah dibaliknya yang Allah ketahui. Dan Allah Maha Mengetahui wacana apa saja yang cocok bagi setiap hamba-Nya dan Maha Mengetahui siapa saja yang cocok mendapat rezeki banyak dan siapa saja yang cocok mendapat rezeki sedikit.
Nasehat bagi yang mendapat rezeki yang sedikit
- Segala kenikmatan dan kesempitan yang Allah berikan hanyalah sebagai cobaan semata, bukan sebagai penghormatan atau penghinaan. Dengan cobaan itu, akan tampak orang yang bersyukur dengan orang yang bersabar, atau kebalikannya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman,فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ(15) “Adapun insan apabila Tuhannya mengujinya kemudian beliau dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka beliau akan berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku’”.وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ(16) “Adapun bila Tuhannya mengujinya kemudian membatasi rezekinya maka beliau berkata, ‘Tuhanku menghinakanku'”.
كَلَّا
(17) “Sekali-kali tidak (demikian)” (Al-Fajr:15-17).Maksudnya bahwa hakikat persoalannya tidaklah sebagaimana yang diperkirakan oleh manusia. - Sesungguhnya barangsiapa yang bersabar dengan sedikitnya rezeki di dunia dan bersabar atas keterluputan mendapat rezeki yang banyak di dunia, maka Allah akan menggantinya dengan kenikmatan yang sangat besar di Surga dan ia akan melupakan petaka yang dirasakannya sewaktu di dunia. Bahkan satu kali celupan saja di Surga, akan menyebabkan sirnanya seluruh lelah-letih dan derita sewaktu di dunia, meski ia ialah orang yang paling menderita sewaktu di dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطَُّلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ“Kemudian didatangkan orang yang paling sengsara hidupnya di dunia dari penduduk Surga, kemudian ia dicelupkan satu kali celupan ke dalam Surga. Kemudian ditanya, ‘Wahai keturunan Adam, apakah engkau pernah melihat penderitaan sebelumnya sedikit saja? Apakah angkau pernah mencicipi kesengsaraan sedikit saja?’ Orang itu berkata, ‘Tidak demi Allah, wahai Tuhanku, saya tidak pernah melihat penderitaan dan tidak mencicipi kesengsaraan sama sekali sebelumnya’”. (HR. Muslim).
Semoga bermanfaat.
***
Referensi:
- Tafsir As-Sa’di.
- Fatwa Islamweb.net, no. 14649
- http://ar.Islamway.net/fatwa/7042/
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id