Metode Al-Qur’An Dalam Memerintah Dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (6)
1, dan Dia mengampuni dosa yang dibawah kesyirikan tersebut bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An-Nisaa`: 48).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
(116) Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang di bawah kesyirikan tersebut bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka bekerjsama ia telah tersesat sejauh-jauhnya (QS. An-Nisaa`:116).
Kedua ayat ini mengatakan bahwa menyekutukan Allah (syirik besar) ialah masalah yang terlarang, sebab syirik disebut sebagai dosa yang besar dan Allah Ta’ala juga menyebutkan akhir jelek bagi pelakunya pada kedua ayat ini, yaitu tersesat sejauh-jauhnya dan tidak akan diampuni oleh Allah Ta’ala.
[Bersambung]
___