Google Image |
Oleh: M. Khadapi Pagan
Jika kita mengkaji ihwal kemunduran umat Islam, kita akan mendapati bahwa faktor penyebab kemajuan Islam dimasa lalu telah hilang. Fakta membuktikan bagaimana negara-negara Muslim diperebutkan oleh barat ibarat lalat menghinggapi makanan. Mereka merongrong negara Muslim dengan tujuan mengambil keuntungan eksklusif dan memuaskan nafsu serakah mereka demi menguasai ladang minyak negara muslim. Kita sebut saja ibarat Libya, Irak, Suriah, dan negara muslim lainnya.
Disisi lain, negara Muslim tidak sadar akan tipu budi anyir barat. Mereka terlena dengan kehidupan mereka. Terlena dengan segala kenikmatan dunia sehingga tertutup mata hati mereka. Tiada lagi rasa persaudaraan untuk saling menolong sesama kaum Muslimin.
Tak ayal kita lihat bagaimana umat Islam di belahan bumi satu dengan yang lain seakan acuh tak hirau akan penderitaan yang dialami oleh saudaranya seiman. Sebut saja penderitaan rakyat Palestina di bawah jajahan israel, Irak yang diserang Amerika bersama konco-konconya, Afghanistan, Suriah, Libya, dan masih banyak lagi.
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. bahwa suatu ketika umat Islam akan ibarat masakan yang dikerubungi lalat. Bukan alasannya jumlahnya yang sedikit, tapi alasannya hilangnya rasa simpati antar sesama umat islam dan rasa takut mereka terhadap orang-orang kafir.
Pembaca yang budiman!
Seandainya Allah Swt. menjanjikan kejayaan bagi orang beriman hanya dengan label "mukmin”, pantaslah kita mempertanyakan dimanakah letak kekuatan orangorang mukmin dalam firman Allah, "Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, rasulNya dan bagi orangorang mukmin." (Al-Munafiqun:8)
Seandainya firman Allah Swt., “Dan merupakan hak Kami untuk menolong orangorang beriman.” (Ar-Rum:17) berarti Allah Swt. akan menolong mereka hanya karena mengumumkan diri mereka sebagai kaum Muslimin.
Pantaslah kita heran dengan ketertinggalan umat di zaman modern ini. Padahal Allah Swt. Dengan tegas telah menjanjikan pertolongan-Nya. Sebagian mereka berkata, "Mana komitmen Allah, dimana keadilan Allah, dimana proteksi Allah? Kenapa bangsa barat yang notabenenya yaitu kuffar dan ingkar kepada Allah bisa maju?" Sebagian yang lain berkata, "Kenapa kaum Muslimin sanggup dijajah bangsa kafir? Kenapa mereka maju dan kita tertinggal? Apakah Allah tidak sayang kepada kaum Muslimin?” dan masih banyak lagi keluhan-keluhan semacam ini.
Akan tetapi, perlu kita ketahui tolong-menolong nash-nash yang terdapat di dalam Al-Quran bukan itu saja. Allah Swt. tidak pernah ingkar janji. Allah Swt. tidak pernah berdusta. Begitu juga dengan Al-Quran, tidak pernah berubah. Yang berubah hanyalah umat Islam itu sendiri. Yang berdusta pun adalah umat Islam sendiri. Bukankah Allah Swt. telah memberi peringatan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." ( Ar-Ra'd).
Nah, kalau umat Islam memperbaiki diri, justru mengherankan kalau Allah tidak mengubah keadaan kita yang tengah mengalami kemunduran. Padahal sebelumnya mereka mulia dan jaya dengan ilmu pengetahuan. Jika ini tidak mengubah keadaan mereka berati bertentangan dengan keadilan Allah Swt. Padahal Allah Swt. Maha Adil.
Tapi pernahkah kita memikirkan, bagaimana mungkin suatu kaum ditolong Allah tanpa berbuat apa-apa. Tak mungkin mereka dilimpahkan aneka kebaikan dan kemajuan ibarat yang dilimpahkan kepada peradaban Islam terdahulu, jika mereka hanya berpangku tangan saja. Tentunya hal-hal ibarat ini bertentangan dengan kebijaksaanaan Allah yang Maha Mulia.
Coba anda pikirkan, bagaimana meraih suatu kemuliaan tanpa kerja keras? Bagaimana sanggup memanen tanpa membajak sebelumnya? Bagaimana keberhasilan akan tiba hanya dengan menengadahkan tangan tanpa berusaha? Kita sering berandai andai dan mengeluhkan segala sesuatu seakan akan yang salah itu Allah, dan yang benar hanya kita. Seakan yang tidak adil itu Allah, dan banyak lagi keluhan nafsu lainnya.
Tak pelak, itulah salah satu delusi yang menipu umat islam di era modern ini. Hal ini pula yang menghalangi mereka untuk bergerak dan melaksanakan sesuatu. Mereka lupa bahwa itu yaitu salah satu hal yang bertentangan dengan aturan alam yang Allah tetapkan. Dengan delusi itu tiada bedanya antara hak dan batil, antara yang mengadakan dan yang meniadakan, antara malas dan kerja keras, antara mengeluh dan berusaha.
Seandainya Allah Swt. menyokong seseorang tanpa harus berbuat apa-apa, tentulah Allah sudah menyokong utusan-Nya, Nabi Muhammad Saw, tanpa harus bersusah payah, tanpa dia harus berjuang dan bertaruh nyawa, tanpa dia harus mengikuti aturan alam guna mencapai tujuan.
Coba kita bayangkan, ada sekelompok orang yang berkewajiban menunaikan 100% kepada Allah, tetapi mereka hanya menunaikan 5% lantas meminta haknya kepada Allah. Apakah mereka sudah dianggap menunaikan kewajiban? Pantaskah mereka berharap supaya Aĺlah memberi mereka balasan seperti umat Islam terdahulu hingga era pertengahan? Sementara umat Islam di zaman itu telah menunaikan 100%, atau paling tidak 90% dari kewajiban mereka kepada Allah.
Pembaca yang budiman!
Kemunduran yang dialami oleh umat Islam kini bukan alasannya Allah tidak mau menolong kita. Bukan alasannya Allah tidak adil. Bukan juga karena kita berlabel "mukmin " kemudian kita dapat memenangkan segalannya. Tapi alasannya setiap dari kita di tuntut untuk merubah diri kita masing-masing. Segala sesuatu itu haruslah mengikuti sunnatullah (hukum alam), alasannya tidak akan maju suatu kaum kalau mereka hanya bermalas malasan dan tak mau merubah diri mereka sendiri. Hanya ini yg sanggup penulis bagikan semoga ini sanggup menjadi renungan bagi kita.