![]() |
Sumber Foto Google |
Oleh : Abdul Hamid M. Jamil
Penulis yakni Mahasiswa Al-Azhar, Alumni Dayah Ummul Ayman Samalanga.
Ketika perang Badar Qubra (pagi 17 Ramadhan) jumlah pasukan Islam hanya 300 orang, sedangkan jumlah tentara kafir Quraisy 1000 orang, tapi kemenangan berpihak kepada kaum Muslimin.
Kemenangan perang Badar yang merupakan perang pertama dalam dunia Islam itu terwujud alasannya yakni persatuan dan semangat jihad pasukan Islam yang berani mati. Sebelum berperang, Rasulullah Saw berembuk dengan para sahabat. Baginda Nabi penasaran pendapat mereka mengenai perang dahsyat ini.
Walhasil semua sobat menjawab, 'Kami ke sini untuk membantu agama-Mu (Islam) wahai Muhammad, maka apapun yang terjadi kami siap' betapa bahagia dan gembiranya Rasulullah mendengar pendapat sahabatnya itu. Rasulullah meyakinkan pasukannya, dia berkata sambil menunjuk-nunjuk dengan tangannya yang mulia, 'Di kawasan ini mati si fulan, di sini tergelak badan si fulan bin si fulan...'.
Kemudian Rasulullah berdoa pada Allah sepanjang malam, semoga umat Islam menang dalam peperangan besok pagi. Abu Bakar terharu melihat Rasulullah yang sangat khusuk berdoa sehingga surban Nabi jatuh dari kepalanya.
Ketika peperangan di mulai, baginda Nabi mengambil segenggam bubuk (tapi ada ulama yang beropini yang diambil Rasul itu pasir) kemudian melemparkannya ke arah kafir Quraisy seraya berkata, 'Buruklah wajah-wajah itu'.
Pada ketika peperangan sedang berkecamuk, Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, 'Wahai Abu Bakar tunjangan Allah telah tiba, lihatlah Jibril (Malaikat Jibril) sedang menghela tali kekang kudanya.'
Tak usang kemudian gejala kemenangan sudah nampak di depan mata. Akhirnya 70 orang pembesar Quraisy terbunuh, badan mereka tergeletak persis di kawasan yang sudah diramal oleh Nabi sebelum perang tadi, sementara 70 pembesar Quraisy lainnya berhasil ditawan. Pasukan Islam hanya syahid 14 orang.
Masih adakah yang berkata sesudah membaca kisah agung ini bahwa umat Islam itu penakut? Hanya orang kafirlah yang lari terbirit-birit dari medan perang tatkala pasukan Islam memainkan pedang-pedangnya
Pasca Kekalahan
Setelah mendapatkan kekalahan telak dalam perang Badar Qubra ternyata kaum kafir Quraisy kembali mengatur siasat perang untuk memerangi kaum Muslimin bahkan ingin meluluhlattakkan Daulah Islamiah di Madinah.
Kala itu mereka berhasil mengumpulkan 3000 orang pasukan, dan turut juga membawa kaum perempuan yang bertujuan untuk mencaci maki pasukannya jikalau mundur dari saf perang nanti.
Tatkala gosip itu hingga kepada Rasulullah, dia berembuk dengan para sahabat. Baginda Nabi bertanya, 'Apakah kita membisu di Madinah saja menunggu kedatangan mereka, atau kita keluar dari kota Madinah melawan mereka?'
Sebagian sobat menjawab, 'Kita keluar dari Madinah saja Ya Rasul'. Sementara Abdullah Bin Ubai Bin Salul (gembong munafik) menungkas, dia menyarankan supaya Rasulullah tetap di Madinah saja. Tapi Nabi menentukan untuk keluar dari Madinah.
Di tengah perjalanan keluar dari kota Madinah baginda Nabi bersama tentaranya yang berjumlah 1000 orang, tiba-tiba kaum munafik itu membelot dari pasukan Rasulullah. Mereka yang membelot ketika itu sebanyak 300 orang. Dengan demikian, tinggallah pasukan Islam 700 orang melawan tentara Quraisy yang dipimpin oleh Khalid Bin Walid dengan jumlah 3000 pasukan.
Singkat cerita. Sebelum perang dimulai Rasulullah telah mengatur siasat perang yang begitu apik. Beliau menempatkan pasukan pemanah di atas gunung Uhud, supaya mereka pribadi sanggup membungkam pasukan musuh ketika menyerbu pasukan Islam nanti. Rasul berpesan pada mereka, 'Jangan meninggalkan bukit ini sebelum kemenangan benar-benar kita raih'.
Tak usang sesudah gendungan perang dibunyikan perang telah berkobar. Tak usang kemudian, pasukan Islam kembali meraih kemenangan. Khalid Bin Walid telah memukul mundur pasukannya.
Melihat pasukan musuh sudah lari dan meninggalkan aneka macam macam harta benda, pasukan pemanah yang ditugaskan di bukit Uhud tiba-tiba meninggalkan Uhud, mereka terpana dengan harta ghanimah (rampasan perang).
Khalid Bin Walid yang kala itu telah meninggalkan medan perang melihat pasukan pemanah di bukit Uhud sudah turun, dia kembali menyeru pasukannya untuk menyerang pasukan Islam.
Walhasil, kemenangan yang sebelumnya hampir berpihak kepada pasukan Islam berubah jadi kekalahan. Hari itulah Hamzah Bin Abdul Muthalib dan Jakfar Ibn Thalib meninggal. Rasulullah juga mendapatkan serangan kafir Quraisy, hingga kepala dan pipi dia berlumuran darah. Kala itu Saidah Fatimah tiba membersihkan darah di wajah baginda Nabi.
Setelah tamat perang dan kemenangan diraih kafir Quraisy, Khalid menarik pasukannya. Sementara manyat-manyat pasukan Islam dikuburkan Rasulullah dalam satu tempat. Beliau bertanya, 'Siapakah dari mereka yang syahid ini yang paling banyak hafalan Alqurannya?' kemudian dia menguburkan sobat yang banyak hafalan Quran secara berurutan sebagai bentuk kemulian.
Setelah memukul mundur pasukannya, ternyata Khalid Bin Walid tidak kembali ke Mekkah. Mereka berhenti di tengah perjalanan, kemudian berembuk dengan tentaranya untuk pergi ke Madinah menghancurkan Daulah Islamiah.
Rasulullah Saw dan bala tentara yang gres saja hingga di Kota Madinah kembali mengajak pasukannya untuk balik ke bukit Uhud menyerang kaum kafir Quraisy.
Padahal luka Rasulullah jawaban serangan kafir Quraisy belum sembuh. Sahabat dia yang tertusuk panah pun belum membersihkan lukanya.
Singkat cerita. Berangkatlah Rasulullah dan tentara menyerang kafir Quraisy yang kembali ke Mekkah itu. Di tengah perjalanan baginda Nabi menciptakan kobaran api yang cukup besar di tengah padang sahara. Sementara Khalib bin Walid bersama pasukannya masih berembuk mencari wangsit yang sempurna untuk menghancurkan Daulah Islamiah di Madinah.
Salah seorang dari pasukan Quraisy itu melihat kobaran api yang menyala-nyala dari kejahuan. Lalu dia memberi tau kawan-kawannya. Dia berkata, 'Aku melihat Muhammad sedang menuju ke sini untuk menyerang kita dengan pasukan yang cukup banyak.'
Mendengar gosip itu, Khalid Bin Walid dan pasukannya lari terbirit-birit menuju Mekkah. Niat mereka untuk pergi ke Madinah terpaksa dikurungkan.
Lihatlah! Meskipun kemengan perang Uhud diraih kafir Quraisy, tapi semangat jihad pasukan Islam sama sekali tak lentur. Hanya dengan melihat kobaran api saja mereka sudah lari.
Karena itu, tidak ada satu hal yang paling ditakuti musuh Islam selain berkobarnya semangat jihad pada diri umat Islam.
Hanya mati yang sanggup menghentikan orang-orang yang dibakar dengan semangat jihad!
Kemuliaan Rasulullah Saw.
Beberapa ketika sesudah insiden Uhud berlalu, Rasulullah Saw dan para sobat kembali menghadapi peperangan Dzatur Riqa' dan Bani Mustaliq.
Khusus pada perang Bani Mustaliq setiap peneliti tsirah baginda Nabi niscaya menemukan sebuah kisah yang sangat menarik.
Ketika perang Bani Mustaliq selesai, Rasulullah menarik pasukannya pulang. Tatkala hingga pada sebuah kawasan yang dikira cukup kondusif untuk beristirahat, baginda Nabi menyuruh tentaranya untuk beristirahat.
Di kawasan itu tumbuh bermacam-macam pohon-pohonan. Para sobat membiarkan baginda Nabi berteduh dibawah naungan sebuah pohon besar, sementara mereka berpencer di bawah pohon-pohon kecil di kawasan tersebut.
Nabi hingga tertidur di bawah pohon itu. Tiba-tiba datanglah seorang kafir Quraisy dengan pedang di tangannya yang siap hunus. Abdullah Ibn Jabbar dalam bukunya 'Al-Khulasah' menyebutkan bahwa nama kafir Quraisy itu Du'tsur.
Setelah membangunkan Nabi, Du'tsur berujar, 'Siapa yang akan menolongmu hari ini dariku wahai Muhammad!' 'Allah' jawab Nabi.
Tak usang sesudah itu, badan Du'tsur yang gagah perkasa bergetar secara tiba-tiba. Pedang yang begitu dekat digenggam jatuh di hadapan Nabi. Kemudian Nabi mengambil pedang itu, kemudian bertanya, 'Siapa yang akan menghalangimu dariku hari ini wahai Du'tsur?' dengan penuh rasa takut yahudi itu menjawab, 'Tidak ada yang sanggup menolongku Muhammad, kecuali jikalau engkau bersedia memaafkan aku'.
Setelah itu Rasulullah Saw membiarkan yahudi itu pergi.
Saya rasa mahkluk terpelajar niscaya tak sanggup menyembunyikan keagungan adat Muhammad sesudah membaca kisah di atas.