Sawad bin Ghaziyyah RA yaitu salah seorang Ahlul Badar, dan termasuk dari sedikit sahabat yang menemui syahidnya di medan Perang Badar itu. Pada hari berlangsungnya pertempuran ketika sedang persiapan pasukan, Nabi SAW mengatur barisan dan meluruskannya, menyerupai ketika meluruskan shaf-shaf shalat. Saat datang di daerah Sawad, dia melihat jikalau posisinya semoga bergeser, tidak lurus dengan anggota pasukan lainnya. Beliau memukul perut Sawad dengan anak panah sambil bersabda, "Luruskan barisanmu, wahai Sawad…!!"
Tetapi tanpa diduga oleh siapapun, tiba-tiba Sawad berkata, "Wahai Rasulullah, engkau telah menyakitiku, maka berilah kesempatan kepadaku untuk membalasmu (meng-qishash-mu)..!!"
Para sahabat terkejut, dan sebagian besar murka dengan ucapan Sawad ini, apalagi Umar bin Khaththab. Nabi SAW sendiri bekerjsama terkejut dengan sikapnya itu, tetapi dia menenangkan mereka. Sambil menyerahkan anak panah yang digunakan memukul, dia bersabda, "Kalau begitu, balaslah wahai Sawad…!!"
Sambil mendapatkan anak panah dari tangan Nabi SAW, Sawad berkata, "Wahai Rasulullah, engkau memukulku di perut yang tidak tertutup kain, alasannya yaitu itu hendaklah engkau singkapkan baju engkau..!!"
Para sahabat makin murka dengan perilaku dan kemauan Sawad yang tidak sepatutnya ini. Tetapi Nabi SAW tetap menenangkan mereka dan memenuhi undangan Sawad. Setelah dia menyingkapkan baju beliau, Sawad segera melemparkan anak panah tersebut dan memeluk perut Nabi SAW dengan dekat sambil menangis bahagia,sekaligus meminta maaf kepada beliau. Sekali lagi Nabi SAW dibentuk terkejut dengan tindakan Sawad yang tidak tersangka-sangka ini. Beliau berkata, "Apa-apaan engkau ini, Sawad….??"
Sawad berkata, "Inilah yang saya inginkan, ya Rasulullah, telah usang saya berharap kulitku yang hina ini bisa bersentuhan dengan kulit engkau yang mulia, dan saya bersyukur bisa melakukannya, semoga ini menjadi saat-saat terakhir dalam hidupku bersama engkau….!!"
Nabi SAW tersenyum mendengar tanggapan Sawad ini, alasannya yaitu apa yang dilakukannya yaitu ekspresi kecintaannya kepada Nabi SAW. Segera saja dia mendoakan kebaikan dan ampunan bagi Sawad.
Ketika pertempuran mulai berkobar, Sawad segera menghambur ke barisan kaum musyrikin yang jumlahnya jauh lebih besar, yakni lebih dari tiga kali lipat banyaknya. Dengan semangat jihad yang begitu menggelora dan harapan untuk mencapai syahid di jalan Allah, ia menyerang musuh tanpa sedikitpun rasa takut.
Luka tikaman dan sayatan senjata tidak pribadi menghentikan langkahnya untuk menghadang serangan kaum musyrikin. Sawad gres berhenti berjuang ketika kakinya tidak lagi bisa menyangga tubuhnya, tangannya tak lagi bisa menggerakkan pedang akhir terlalu banyaknya luka-luka dan darah yang mengucur dari tubuhnya.
Namun demikian mulutnya tampak tersenyum ketika tubuhnya roboh ke tanah, alasannya yaitu ruhnya pribadi disambut para malaikat yang pribadi mengantarnya ke hadirat Allah.