4 Tingkatan Orang Yang Bertaubat Menurut Imam Al-Ghazali - Melanjutkan postingan sebelumnya yang berjudul pengertian taubat dan cara bertaubat, berikut ini merupakan pendapat dari Imam Al-Ghazali ihwal adanya empat tingkatan orang yang bertaubat atau meminta ampunan kepada Allah swt. Dan pribadi saja berikut ini penjelasannya :
4 Tingkatan Orang Yang Bertaubat Menurut Imam Al-Ghazali
1. Tingkatan orang yang bertaubat berdasarkan Imam Al-Ghazali yang pertama, yakni orang yang bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya atau disebut dengan taubat nasuha yaitu semua perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya sudah tidak pernah dilakukan lagi selama hidupnya, atau berhenti secara konkret melaksanakan perbuatan dosa tersebut. Kecuali kesalahan-kesalahan kecil yang tidak sengaja dilakukan. Perbuatan dosa-dosa kecil yang tidak disengaja tersebut sudah wajar, sebab gotong royong insan tak luput dari kesalahan. Taubat tingkat pertama ini disebut dengan taubat nasuha. Orang yang semacam ini mempunyai jiwa yang damai sehingga disebut dengan nafsul mutmainnah.
2. Tingkatan orang yang bertaubat berdasarkan Imam Al-Ghazali yang kedua yakni orang yang betaubat dan meninggalkan semua dosa-dosa besar ibarat minum khamr, zina, fitnah, syirik dll dan tidak mengulanginya lagi, akan tetapi terkadang masih juga melaksanakan perbuatan dosa. Untuk menghindari perbuatan dosa tersebut ia selalu mawas diri dan berjaga-jaga biar tidak berbuat dosa lagi. Jiwa yang selalu memperingatkan dirinya dinamakan nafsu lawwamah. Alah swt berfirman dalam Qur'an Surat An-Najm surat yang ke 53 ayat 32 yang artinya :
53:32. (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu ketika Dia menimbulkan kau dari tanah dan ketika kau masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kau menyampaikan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui ihwal orang yang bertakwa.
3. Tingkatan orang yang bertaubat berdasarkan Imam Al-Ghazali yang ketiga yakni orang yang bertaubat disertai dengan niat untuk tidak mengulagi perbuatan dosa tersebut. Akan tetapi, beliau tidak berdaya atau tidak sanggup melawan hawa nafsunya yang lebih besar untuk berbuat dosa. Sehingga ia berbuat dosa lagi. Setiap kali ia berbuat dosa, maka ia akan pribadi bertaubat, tapi suatu ketika sebab ia tidak sanggup menahan hawa nafsunya maka ia akan berbuat dosa lagi. Orang yang ibarat ini mempunyai jiwa yang disebut dengan nafsu musawalah. Allah swt berfirman dalam Q.S. At-Taubah surat yang ke-9 ayat 102 :
9:102. Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah mendapatkan tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
4. Tingkatan orang yang bertaubat berdasarkan Imam Al-Ghazali yang ke-empat yakni orang yang bertabuat, tetapi kemudian ia melaksanakan perbuatan dosa dan tidak ada rasa bersalah atau penyesalan dalam hatinya. Orang yang semacam ini mempunyai jiwa yang dikuasai oleh nafsu yang jahat, sehingga disebut dengan nafsu amarah.