4. Adanya Pengingkaran dari Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Pemakai Jimat, Tanpa Menanyakan Apakah Pemakainya Berkeyakinan Bahwa Jimat Sekedar Sebagai Sebab Atau Tidak
Para Sahabat radhiyallahu ‘anhum adalah Sebaik-Baik Umat
Di dalam AlQur’an dan As-Sunnah banyak disebutkan keutamaan para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Diantara keutamaan para sahabat radhiyallahu ‘anhum adalah bahwa jalan mereka dalam beragama Islam menjadi standar kebenaran yang wajib diikuti, Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah terang kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk kawasan kembali” (QS. An-Nisaa’:115).
Dan orang-orang mukmin yang dimaksud pada ketika diturunkan ayat tersebut yaitu para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Di samping itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memuji sahabat radhiyallahu ‘anhum dengan bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik insan yaitu generasiku (generasi sahabat), lalu orang-orang yang mengiringinya (generasi tabi’in), lalu orang-orang yang mengiringinya (generasi tabi’ut tabi’in)” (Hadits mutawatir, riwayat Al-Bukhari dan lainnya).
Allah Ta’ala juga menjelaskan bahwa mereka yaitu umat terbaik,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kalian yaitu umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imraan: 110).
Mereka yaitu sebaik-baik umat dalam ilmu dan amal. Termasuk umat terbaik dalam menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Renungkanlah dengan Hati yang Jernih
Adakah santri-santri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (para sahabat) yang mempunyai pemahaman bahwa menggunakan jimat berupa benda-benda yang sepele itu boleh, asalkan ia berkeyakinan bahwa jimat itu sekedar sebagai sebab?
Ketahuilah bahwa muslim yang baik tentulah tidak merasa lebih tahu wacana agama ini
daripada para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Oleh lantaran itu, sungguh tidak sanggup diterima -baik secara syar’i maupun nalar sehat- kalau ada orang yang mengatakan kami tahu wacana aturan bolehnya jimat pada kondisi tertentu, namun para sahabat radhiyallahu ‘anhum tidak ada yang mengetahui aturan tersebut.
Sobat, pernahkah kita dapatkan riwayat valid yang menyampaikan bahwa para sahabat pernah menggunakan jimat berupa benda-benda yang sepele itu? Atau justru yang kita dapatkan yaitu riwayat wacana sahabat mengingkari pemakai jimat tersebut?
Tahukah anda sosok sahabat yang diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi seorang da’i ke negri Yaman, yaitu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu? Siapakah di antara kita yang berani mengaku lebih arif wacana aturan menggunakan jimat daripada Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu?
Demikian pula, siapakah diantara kita yang berani mengaku lebih arif wacana tauhid daripada sosok pakar tafsir di kalangan sahabat; Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu? Siapakah pula diantara kita yang berani mengaku lebih paham wacana syirik daripada sosok tabi’in mukhadhram Abdullah bin Ukaim? Lalu bagaimanakah perilaku ketiga sosok generasi yang paling mulia dari umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu terhadap jimat?
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
_____