Wednesday 2 October 2019

Ngemis, Kok Punya Toyota Vios?

Oleh: Muhammad Dany*
(Image: Huffpost.com)

Sudah dengar belum ihwal pengemis yang baru-baru ini viral naik kendaraan beroda empat Toyota Vios di kota Lhoksemawe? Katanya sih ia sempat mengamuk ketika direkam warga. Bahkan beredar kabar kalau ia sudah ditangkap, alasannya yakni pada ketika itu ia sering ada di daerah biasa mengemis. 

Hampir setiap tahunnya terutama pada bulan ramadhan, sebagian masyarakat mengeluh karena pengemis dan gelandangan semakin bertambah terutama di daerah yang ramai pengunjungnya. Maka tidak heran mereka sering disebut sampah masyarakat. jikalau ditilik lebih jauh, bukankah bekerja ibarat di warung makan ataupun di barber shop lebih mulia daripada mengemis? banyak gajinya, dan bahkan bisa mencapai 150.000 perharinya. Apa mungkin mereka menentukan untuk mengemis dikarenakan honor melebihi dari itu semua.

Apalagi jikalau masuk bulan ramadhan yang identik dengan bulan bersedekah. Katanya bersedekah di bulan ini akan digandakan jawaban menjadi 700 kali lipatlebih banyak dibandingkan bulan lainnya. Pastilah hal ini memancing adrenalin para pengemis semakin optimis untuk mengemis.

Biasanya shalat tarawih pada minggu-minggu pertama masjid mempunyai penuh dan menurun beriringan simpulan ramadhan hingga tinggal satu shaf. Berbeda halnya dengan pengemis yang saban hari cendrung meningkat. Namun pertanyaannya, apakah ini yang tarawih jadi ngemis? apalagi ketika menjelang berbuka atau sahur tiba, pernah juga dikarenakan banyaknya sedekah yang diberikan, mereka mendapat 4-6 nasi kotak yang tidak habis di makan dalam semalam, disimpan untuk besok  bisa basi, sehingga menentukan memperlihatkan ke pengemis lainnya.

Trus apakah kita mempunyai kewajiban untuk memberi uang kepada pengemis? Bukankah Allah swt telah berfirman pada surat Al-ma’arij : "orang-orang yang didalam hartanya disiapkan bab tertentu, bagi yang meminta dan yang tidak meminta." 

Siapakah sih pengemis itu? Apakah benar bahwa ia sampah masyarakat? Mereka itu memang sering disebutkan begitu oleh kelompok sosial. Hal ini dikarenakan  menjadikan pemandangan yang tak indah dipandang mata.

Indonesia yakni Negara yang kaya, tanah air dan kerikil jadi tanaman. Tentu tidak diragukan lagi negeri yang tanahnya sering disebut-sebut sebagai tanah nirwana yakni negeri yang kaya, pengemis saja bisa beli kendaraan beroda empat Toyota Vios. Apalagi karyawan restoran, barber, tentu BMW lah minimal. Lebih lebih lagi pejabat, lamborgini  pastilah bisa dimiliki. Tapi justru hal ini yang sangat diharap-harapkan tidak berjalan ibarat mestinya. Bahkan hingga kini tidak ada karyawan warung makan ataupun barber shop yang mempunyai mobil, jangankan BMW, avanza saja tidak punya. Begitu pula pejabat jangan kan beli lamborgini, beli Toyota vios aja masih ada yang second bahkan kredit. 

Tidak heran apabila di kota-kota besar ibarat Banda aceh, Jakarta, juga kota lainnya, melarang rakyatnya untuk menyumbang kepada pengemis. Larangan ini tidak bermaksud melarang seorang berinfak baik. Melainkan untuk mengurangi pengemis di kota-kota besar. Sehingga mereka sanggup beralih ke profesi lain. Yang anehnya lagi, ketika ditangkap mereka berjanji tidak mau berhenti mengemis kecuali diberi honor 3.500.000 per-bulanny. Bayangkan, berarti selama ini honor mereka melebihi itu? Makara jangan kaget kalau pengemis semakin hari semakin bertambah. 

“Barang siapa meminta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seakan-akan ia memakan bara api”(HR.Ahmad). Hadis ini tentu sangat menyindir pengemis abad modern ini. Hadis yang seharusnya menjadi pedoman umat muslim kini digunakan diberbagai Negara non-muslim ibarat jepang, finlandia, dan Eropa. Seharusnya sumber aturan sehabis Al-Qur’an ini harus diamalkan sebagaimana mestinya. Selain berdosa hal ini juga menghilangkan gambaran orang miskin lainnya yang benar-benar membutuhkan bantuan. 

Banyak orang tidak bersabar atas kefakirannya. Tak kalah banyak pula orang tidak bersyukur atas kekayaannya, itulah sifat insan “sesengguhnya insan itu yakni ciptaan yang suka mengeluh, apabila ditimpa petaka mereka mengeluh, apabila diberi kebaikkan ia sombong” (Al-maarij: 19-21).

Ayat ini sungguh telah terbukti pada kedua orang fakir di masa Rasulullah, dialah Tsa’labah dan Qarun yang awalnya ta’at. standar kefakirannya adalah, ketika selesai shalat berjama’ah Tsa’labah pribadi segera pulang tanpa berzikir bersama, sebagaimana sahabat lainnya. Bahkan sempat menciptakan nabi penasaran. Setelah ditanyakan, ternyata Tsa’labah hanya mempunyai sehelai sarung yang harus dibagikan bersama sang istri ketika beribadah.

Dengan kondisi tersebut Tsa’labah meminta kepada Rasulullah biar didoakan sehingga dipermudahkan rezeki untuknya. Namun rasulullah menolak permintaannya. Tsa’labah pun terus mendesak keinginannya itu hingga alhasil diiyakan oleh Rasulullah. Namun pada alhasil Tsa'labah ingkar atas janji-janji manisnya itu. Sama ibarat sebagian pemimpin kita sebelum menjabat kesepakatan ini kesepakatan itu ketika sudah terpilih lupa akan kesepakatan janjinya dulu. 

Seorang tsa’labah seharusnya menjadi pelajaran bagi kita selaku umat simpulan zaman. Seorang Tsa’labah yang populer sangat alim saja sanggup termakan dengan kekayaan, apalah kita umat kiamat yang bahkan ketika miskin shalat ditinggalkan, Kebohongan dilakukan dan  berharap ketika kaya sanggup bersyukur? Sekali-kali tidak.

“Celaka engkau Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya.”(al-Thabrani).

Hadis ini harus kita ingat selama-lamanya, Sudah seharusnya kita harus bersyukur atas apa yang kita miliki. “Lihatlah orang yang mendapat nikmat lebih sedikit dan janganlah memandang orang yang mendapat nikmat dari pada kamu, maka itu lebih baik untuk memudahkan dalam mensyukuri nikmat Allah.”(HR.muslim). 

*Penulis yakni mahasiswa Daurah Muthawasit Tsani, Fakultas Syariah wa Al-Qanun, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.






banner
Previous Post
Next Post