Friday, 29 November 2019

Kang Abik Ungkap Abnormalitas Dalam Film Dikala Cinta Bertasbih

Kang Abik berdialog bersama Masisir di gedung ACC, Kairo.



Kmamesir.org. 23/11/2016. Rabu (23/11) Kedutaan Besar Republik Indonesia Kairo bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Perfilman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia beserta Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, menggelar pemutaran film Ketika Cinta Bertasbih. Acara ini juga dilengkapi dengan obrolan interaktif bersama Kang Abik, sapaan bersahabat penulis buku populer Habiburrahman El-Shirazy. Acara yang diselenggarakan di Fustat Hall Azhar Conference Center ini hanyalah sebagian dari program besar Festival Film Indonesia di Mesir yang sudah dimulai semenjak Senin, 21 November lalu. 

Acara dimulai dengan pemutaran Film Ketika Cinta Bertasbih, dilanjutkan dengan obrolan interaktif Bersama Kang Abik. Para penerima bukan hanya tiba dari mahasiswa, kalangan dan komunitas kekeluargaan tempat Indonesia di Mesir, beberapa kelompok mahasiswa dari Malaysia juga terlihat hadir menyaksikan pemutaran Film fenomenal ini.

Film ini sendiri diangkat dari novel best seller Kang Abik yang berjudul sama. Mengikuti jejak fenomena Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih sukses diangkat menjadi film pada tahun 2009. Film yang mengambil latar langsun di Mesir ini bahkan menjadi film tersukses sepanjang tahun 2009, dengan jumlah penonton 3 juta orang.

Dalam obrolan interaktif, penulis buku mega best seller Ayat-Ayat Cinta ini mengungkapkan hal yang ajaib dari film Ketika Cinta Bertasbih. “Apa yang ajaib dari film Ketika Cinta Bertasbih ini?” Kata Kang Abik menantang moderator dan peserta. Pertanyaan Kang Abik ini sontak mengundang tawa Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir). Bagi mereka, ada satu adegan yang memang tergolong ajaib dan mengundang tawa bagi mereka yang sudah tahu seluk beluk kota Kairo. 

“Pasti ketika Azzam pulang, terus bawa taksi lewat Piramida,” ujarnya. Para penerima dan Masisir kembali tertawa. Saat itu Azzam—tokoh utama dalam film ini—pulang berbelanja dari tempat Hussein dan melewati Piramida. Saat itu Kang Abik mengakui sempat berdebat dengan Bapak Chaerul Umam, bahwa dulu hingga kini mahasiswa Al-Azhar tidak pernah pulang melewati Piramida yang terletak di ujung kota Kairo dan merupakan objek wisata yang hanya dapat dinikmati sehabis membeli tiket seharga puluhan pond Mesir. 

“Tapi nggak menyesal juga, ketika itu (syuting film) saya berdebat banget dengan Pak Chaerul Umam. Pak Chaerul melihatnya berbeda, film ini akan ditonton seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana mungkin kita menampilkan Kairo tanpa Piramida, itu yang tahu hanya Anda dari Al-Azhar,” ungkap Kang Abik. Kang Abik mengakui banyak trik-trik yang dipakai sutradara dalam pembuatan film ini, bahkan terkadang berbeda dengan realita, hal tersebut biasa supaya film terkesan lebih menarik.(FJ)


banner
Previous Post
Next Post