Monday, 20 January 2020

Resensi; Kitab Al Imta’ Syekh Hisyam Kamil

Kitab Al-Imta'





Oleh: Tgk. Husni Nazir, Lc.

Judul kitab                   : Al Imta’ bi Syarh Matn Abi Syuja’
Penulis                         : Syeikh Hisyam Kamil
Penerbit                       : Dar Al Manar
Tanggal terbit               : 2011
Cetakan                       : Pertama
Halaman                      : 463
Kategori                      : Fikih
Teks                             : Bahasa Arab             

Al Imta’ bi Syarh Matn Abi Syuja’

Secara bahasa al-imta’ bermakna sesuatu yang nikmat, dan bermanfaat. Ini sesuai dengan cita-cita pengarangnya Syeikh Hisyam Kamil, yang meniatkan kitab ini bisa bermanfaat dan dinikmati oleh para pemula yang ingin menekuni fikih dalam mazhab Imam Syafii rahimahullah.

Dari judul sanggup kita ketahui bahwa kitab ini merupakan syarah bagi kitab Matn Abi Syuja’, yang memiliki nama orisinil Matn Al-Ghayah wa Al-Taqrib.

Kitab Matn Abi Syuja’ karangan Al-Qadhi Abu Syuja’Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Ashfahaniy (wafat tahun 593 H), merupakan diantara kitab terbaik dalam fikih Syafii. Meski berukuran mini, namun di dalamnya tercakup seluruh pecahan fikih. Selain itu ia juga memiliki tertib pembahasan yang sangat indah.

Oleh sebab itu, kita mendapati para ulama sepanjang zaman tak mau jauh dari kitab ini. Sebagian mereka ada yang berusaha menimbulkan kitab ini lebih lengkap dengan meletakkan syarah, menyerupai kitab Kifayat Al-Akhyar karangan Imam Taqiyuddin Al-Dimasyqiy (wafat tahun 829 H), Fath Al-Qarib karangan Imam Syamsuddin Muhammad bin Qasin Al-Ghazzi (wafat tahun 918 H), Al-Iqna’ karangan Imam Muhammad Al-Syarbaini Al-Khathib (wafat tahun 977 H). Ada juga yang melengkapinya dengan dalil pada setiap aturan yang disebutkan oleh Abu Syuja’, menyerupai Kitab Al-Tahzib fi Adillat Ghayah Al-Taqrib karangan Dr. Mushtafa Dib Al-Bugha.

Kitab Imta’ yang sedang kita bahas ini merupakan salah satu diantara syarah Matn Abi Syuja’ tersebut. Namun kita bisa melihat perbedaan mencolok antara kitab Syeikh Hisyam Kamil ini dengan syarah lainnya, yaitu dari segi tahun penulisannya.

Tiga syarah di atas semuanya dikarang sebelum kurun ke 11 Hijriah. Tentunya padanan bahasa yang dipakai sesuai dengan kondisi bahasa Arab pada zaman tersebut, masih kental dan susah untuk dipahami dengan kadar bahasa Arab pas-pasan.

Sedangakan Imta’ yakni kitab karangan ulama Al Azhar yang hidup dizaman sekarang. Bahasa yang digunakanpun sudah dipermudah sedemikian rupa sehingga nikmat terasa bagi para pelajar. Syekh Hisyam juga menambahkan banyak taqsim, tanbih, dan masalah-masalah yang sangat urgen untuk diketahui.

Al-Imta’ sangat cocok diajarkan di pondok-pondok pesantren modern Aceh sebagai mata pelajaran fikih, dari pada berpegang pada buku panduan Departemen Agama. Bahkan lebih cocok dibandingkan dengan kitab semisal Kifayat Al Akhyar dan lainnya, dikarenakan bahasa para murid yang masih lemah.

Kitab ini cukup sebagai modal dasar untuk mengetahui hukum-hukum fikih, sebelum melanjutkan ke kitab-kitab selanjutnya. Disamping itu, kitab ini bisa dikejar melalui kurikulum aliyah dalam waktu tiga tahun.

Dalam pendahuluan kitabnya ia mengatakan, “Diantara karunia Allah yang paling besar kepadaku yakni dikala Allah menjadikanku salah seorang yang sempat meneguk ilmu di Al-Azhar Al-Syarif. Sehingga saya bisa mencicipi ilmu dan berkah dari Syekh Al-Azhar. Ketika kami masih dibangku ibtidaiyyah dan tsanawiyah kami telah diajarkan kitab Matn Abi Syuja’ dengan cara mengahafal sesudah kami memahaminya terlebih dahulu.

Aku berkeinginan untuk mensyarah kitab ini (Matn Abi Syuja’), yang gampang dipahami dan singkat. Sebagai kerikil pijakan untuk syarah-syarah lainnya, dan menjadi buku pegangan bagi para pemula dalam menuntut ilmu.”

Sekilas ihwal Syeikh Hisyam Kamil
Foto: Suara Al-Azhar

Syeikh Hisyam merupakan ulama Azhar yang bisa menggabungkan dua metode berguru sekaligus, pendidikan formal dan sistem talaqqi yang merupakan metode para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu.

Pendidikan formal strata satu ia tempuh di Universitas Al Azhar Fakultas Syariah Wal Qanun tahun 1995. Selanjutnya ia melanjutkan kegiatan megister di Fakultas Fikih Islam, Institut John Hever, Inggris dan  lulus pada tahun 2008. Gelar doktor juga ia peroleh dari jurusan dan universitas yang sama, tahun 2012.

Diruang talaqqi ia yakni murid kesayangan Syekh Ali Jum’ah, mantan mufti mesir, Syekh Mushthafa Isma’il Al Adawiy imam mesjid Al Azhar, Syekh Al Hushaini Yusuf, Syekh Murad An Naqsyabandiy dan para syekh Al Azhar lainnya.

Sebelum mengarang kitab ini, Syeikh Hisyam telah mensyarah kitab ini di hadapan para thullab sebanyak lima kali di Mesjid Al-Dhahir Baibars, dan sekali di mesjid Imam Husein, Kairo.

Pengakuan para syekh Al Azhar

Penulis pernah melihat dan mendengar sendiri legalisasi dari salah satu Ulama Azhar ihwal kesalehan Syekh Hisyam. Suatu hari dikala kami akan memulai pengajian rutin dengan Syekh Jamal Faruq (Ulama besar bidang tauhid dan aqidah) di mesjid Al Azhar, tiba-tiba Syeikh Hisyam masuk dengan membawa berkas fotokopy, yang kemudian kami tau adalah  syarah kitab Kharidah Al Bahiyah karangnya yang akan diserahkannya kepada penerbit.

Beliau tiba menghampiri Syeikh gamal dengan mengajukan kitabnya. “Ini Maulana (panggilan untuk para Syekh) kitab yang akan saya cetak, saya minta doa dari maulana semoga kitab ini bermanfaat dan berkah.”

Setelah menerima doa dan restu lantas Syekh Hisyam keluar meninggalkan pengajian. Syeikh Jamal mengatakan, “Dia orang saleh, setiap kali engkau melihat wajahnya niscaya akan merasa senang.”
banner
Previous Post
Next Post