
KIAT KEENAM:
“Istiqomah tidak terwujud kecuali dengan nrimo alasannya Allah dan dengan dukungan Allah, serta sesuai dengan perintah Allah”
Keistiqomahan seorang hamba tidaklah terwujud kecuali dengan tiga perkara, yaitu:
- Dengan nrimo alasannya Allah (Lillah), maksudnya: seorang hamba dalam beristiqomah meniti jalan Allah Tabaraka wa Ta’ala yang lurus dan melaksanakan agama Islam ini haruslah nrimo alasannya Allah Tabaraka wa Ta’ala, dalam rangka melaksanakan perintah Allah Tabaraka wa Ta’ala, mengharap perjumpaan dengan-Nya, pahala-Nya dan ridho-Nya.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah: 5).
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
“Maka istiqomahlah (dengan mengikhlaskan ibadah) kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya” (QS. Fushshilat: 6).
Faidah:
Seorang hamba yang nrimo alasannya Allah dalam beristiqomah dan meniti jalan Allah Tabaraka wa Ta’ala yang lurus, maka terhindar dari riya’ dan seluruh bentuk kesyirikan.
- Dengan dukungan Allah (Billah), maksudnya: seorang hamba dalam merealisasikan istiqomah dalam niat, ucapan maupun perbuatan serta biar tetap terjaga keistiqomahannya haruslah memohon dukungan kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala semata.
Sesungguhnya hal ini ialah pengamalan firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya” (QS. Hud: 123).
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah, dan hanya kepada Engkau-lah kami meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah: 5).
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بالله
“Semangatlah mendapat masalah yang bermanfaat bagimu dan memohonlah dukungan kepada Allah.”
Faidah:
Seorang hamba dalam beribadah dan menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala dengan memohon dukungan kepada Allah Ta’ala berarti telah menggabungkan dua masalah yang termulia dan teragung, yaitu:
Pertama, beribadah kepada Allah Ta’ala yang merupakan tujuan termulia bagi seorang hamba.
Kedua, memohon dukungan kepada Allah Ta’ala dan bertawakal kepada-Nya semata yang merupakan sarana yang teragung.
Dengan memohon dukungan kepada Allah Ta’ala dalam beribadah kepada-Nya, maka seorang muslim akan terjaga dari ‘ujub, membangga-banggakan amalannya dan merendahkan saudaranya.
- Sesuai dengan perintah Allah (‘Ala amrillah), maksudnya: hati dan anggota badan lahiriyah dalam berucap dan berbuat dan dalam beristiqomah haruslah sesuai dengan syariat Allah dan sesuai dengan Ash-Shirooth Al-Mustaqiim.
Sebagaimana tafsir Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu terhadap firman Allah:
ثُمَّ اسْتَقَامُوا
“…kemudian mereka istiqomah…”, beliau berkata:
أي استَقاموا في أداءِ الفَرائض
“Maksudnya: istiqomah dalam menunaikan kewajiban”.
Al-Hasan rahimahullah mengatakan:
استقاموا على أمْر الله فعَملُوا بطاعتِه، واجتَنبوا معصيتَه
“Mereka istiqomah di atas perintah Allah sehingga mereka mengamalkan amalan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi maksiat kepada-Nya”.
Dan maksud dari “perintah Allah” di dalam ucapan Al-Hasan rahimahullah tersebut ialah syariat-Nya (agama Islam) yang Dia utus Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dengannya.
Faidah:
Tatkala seorang hamba meniti Ash-Shirooth Al-Mustaqiim sesuai dengan perintah Allah, maka akan terhindar dari kebid’ahan dan terhindar dari melaksanakan ibadah dengan tata cara selain aliran Islam.
(Bersambung)
Penulis: Ust.
Sumber : Muslim.or.id