Mutiara Isti’Adazah Dalam Shalat (4)
Mutiara Isti’adazah dalam shalat (3)
Lafazh Kedua:
أعوذُ باللهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشيطانِ الرَّجِيمِ
A’uudzu billaahis Samii’il ‘Aliim minasy Syaithaanir rajiim.
“Aku memohon derma kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Mengabulkan doa, lagi Maha Mengetahui, dari setan yang terkutuk.”
Bacaan ini yang dipilih oleh Imam Ahmad, Al-A’masy, Al-Hasan bin Shalih, Nafi’ dan Ibnu ‘Umar. Bacaan ini terdapat dalam riwayat yang dikeluarkan Abdurrazaq dalam Mushannaf-nya (2554),
عَنْ جَعْفَرِ بْنِ سُلَيْمَانَ , عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ الرِّفَاعِيِّ , عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِيِّ , عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ , قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَاسْتَفْتَحَ صَلاتَهُ كَبَّرَ , ثُمَّ قَالَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ , تَبَارَكَ اسْمُكَ , وَتَعَالَى جَدُّكَ , وَلا إِلَهَ غَيْرُكَ , ثُمَّ يُهَلِّلُ ثَلاثًا وَيُكَبِّرُ ثَلاثًا , ثُمَّ يَقُولُ : أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “
Dari Ja’far bin Sulaiman, dari Ali bin Ali Ar Rifa’i dari Abul Mutawakkil An-Nahi dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika hendak shalat malam dia membuka shalatnya dengan bertakbir, kemudian mengucapkan subhaakallahumma wabihamdika wa tabaarakasmuka wa ta’aala jadduka wa laa ilaaha ghairaka, kemudian membaca tahlil 3x dan takbir 3x kemudian mengucapkan A’uudzubillaahis Samii’il ‘Aliimi minas syaithaanir rajiim” (Hadits ini shahih).
Penjelasan:
أَعُوذُ بِاَللَّهِ
“Saya berlindung kepada Allah”
Allah yaitu Yang Memiliki Hak untuk diibadahi
Makna “Allah” yaitu sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, yaitu
الله ذو الألوهية و العبودية على خلقه أجمعين
“Allah yaitu Yang Memiliki hak untuk disembah dan diibadahi atas seluruh makhluk-Nya”.
Dalam nama Allah terdapat sifat uluhiyyah, yaitu hak untuk diibadahi.
Sebagian ulama beropini bahwa nama Allah yang teragung yaitu Allah, di samping lantaran lebih bersahabat dengan dalil, juga lantaran nama Allah itu mempunyai banyak kekhususan, di antaranya yaitu nama Allah mengandung makna semua nama-nama Allah lainnya dan seluruh sifat-sifat-Nya, lantaran nama-nama Allah selainnya hakikatnya merinci dan menjelaskan kandungan sifat uluhiyyah yang terkandung dalam nama Allah, dan alasannya yaitu Allah Ta’ala disembah yaitu lantaran Dia mempunyai seluruh sifat-sifat yang paling sempurna.
Oleh lantaran itu, dalam sebagian hadits terdapat doa yang jika seseorang memohon kepada Allah dengan doa tersebut, maka Allah akan kabulkan, lantaran ia telah berdoa dengan menyebut nama Allah yang teragung.
Dan berdasarkan pendapat ulama yang paling mendekati kebenaran dan paling masyhur bahwa yang dimaksud dengan nama Allah yang teragung yaitu Allah.
Dari Buraidah dari ayahnya radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berdoa,
اللهمّ إنِّي أسألك بأنِّي أشهد أنَّك أنت الله لا إله إلا أنت الأحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفواً أحد
“Allahumma innii as-aluka, bi`annii asyhadu annaka antallahu, laa ilaaha illaa anta, Al-Ahadush Shamad, alladzii lam yalid wa lam yuulad, wa lam yakul lahu kufuwan ahad”
“Ya Allah, bahwasanya saya memohon kepada-Mu, dengan saya bersaksi bahwa Engkau yaitu Yang Berhak diibadahi, tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Esa lagi Maha Sempurna Sifat-Nya, tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, serta tidak ada satupun yang setara dengan-Nya”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
لقد سألت الله بالاسم الأعظم الذي إذا سئل به أعطى و إذا دُعي به أجاب
“Sungguh Anda telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya yang teragung yang apabila Dia dimintai dengan (menyebut) nama-Nya tersebut, Dia akan memberinya, serta apabila Dia dimohon dengan (menyebut) nama-Nya tersebut, Dia akan mengabulkannya.”
Maka, seseorang yang beristi’adzah dalam shalatnya dengan menyebut nama Allah pada kalimat,
أعوذُ باللهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشيطانِ الرَّجِيمِ
“A’uudzu billaahis Samii’il ‘Aliim minasy Syaithaanir rajiim”, sangatlah pantas untuk berharap dengan cita-cita yang sangat besar biar dikabulkan doanya dengan dilindungi oleh Allah dari kejahatan setan yang terkutuk, lantaran ia beristi’adzah dengan menyebut nama Allah.
[Bersambung]
***
Penulis: Ust.
Sumber : Muslim.or.id