Wednesday, 4 December 2019

Metode Al-Qur’An Dalam Memerintah Dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (7)

an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman  Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (7)


Allāh Ta’ālā berfirman,
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
(153) Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) ialah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kau mengikuti jalan-jalan (yang lain), lantaran jalan-jalan itu mencerai beraikan kau dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allāh semoga kau bertakwa  (QS. Al-An’aam: 153).
Dalam ayat ini, Allāh Ta’ālā melarang kita mengikuti jalan-jalan selain jalan-Nya kemudian Allāh Ta’ālā menyebutkan akibat jelek mengikuti jalan-jalan selain jalan-Nya tersebut, yaitu jalan-jalan selain Allāh memisahkan seorang hamba dari jalan-Nya.
Diharapkan seorang yang beriman pada Allāh akan terdorong berpengaruh menghindari keburukan yang tidak boleh dalam Al-Qur`ān Al-Karīm, lantaran ia khawatir akhir jelek yang dibenci oleh Allāh Ta’ālā mengenainya.

Penyebutan Kenikmatan

Terkadang di dalam Al-Qur`ān, Allāh Ta’ālā menyeru orang-orang beriman untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan cara menyebutkan nikmat-Nya yang beraneka ragam dan anugerah-Nya yang banyak, sehingga mereka terdorong untuk bersyukur atas nikmat tersebut. Wujud rasa syukur itu ialah dengan cara menunaikan hak-hak keimanan dengan melaksanakan keta’atan kepada Sang Pemberi nikmat. Contohnya ialah firman Allāh Ta’ālā dalam surat An-Nahl: 18,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيم
(18) Dan bila kau menghitung-hitung nikmat Allāh, pasti kau tak sanggup memilih jumlahnya. Sesungguhnya Allāh benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. An-Nahl:18).
Dalam ayat yang agung ini terdapat penyebutan nikmat Allāh Ta’ālā yang sangat banyak dan setelahnya dijelaskan wacana sifat Allāh Ta’ālā Yang Maha Pengampun yang menuntut seorang hamba untuk bertaubat dan kembali mena’ati-Nya. Ini ialah bentuk syukur kepada-Nya.
Imam Ahli Tafsir Ath-Thabari rahimahullah berkata, Sesungguhnya Allāh benar-benar Maha Pengampun atas keteledoran kalian dalam mensyukuri sebagian nikmat tersebut bila kalian bertaubat dan kembali menta’ati-Nya dan mengikuti keridhoan-Nya. Dia pun Maha Menyayangi diri kalian (sehingga tidak) mengazab kalian dengan alasannya ialah keteledoran tersebut, sesudah kalian kembali dan bertaubat kepada-Nya .
Allāh Ta’ālā berfirman,
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
(81) Dan Allāh mengakibatkan bagimu daerah bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kau dalam peperangan. Demikianlah Allāh menyempurnakan nikmat-Nya atasmu semoga kau berserah diri (kepada-Nya) (QS. An-Nahl:81).
Ayat yang agung ini mengatakan penyebutan nikmat Allāh Ta’ālā dan disebutkan pula bahwa penyempurnaan nikmat-Nya tersebut dimaksudkan semoga hamba-Nya mengikhlaskan keta’atan untuk-Nya semata. Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa makna berserah diri kepada-Nya ialah Anda mengikhlaskan keta’atan untuk-Nya semata.
[Bersambung]
***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post