Tuesday 17 December 2019

Mutiara Pesan Yang Tersirat Dari Bencana Di Mina

Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu  Mutiara Hikmah Dari Insiden Di Mina1 dengan beberapa perubahan dan tambahan.

Muqaddimah

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله صلى الله وسلم عليه و على آله و أصحابه أجمعين،
Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama-Nya yang husna dan sifat-sifat-Nya yang ulya, semoga mendapatkan ibadah haji dan amal shaleh kita semuanya.
Dan semoga Dia Ta’ala mengembalikan kita ke keluarga kita dalam keadaan telah diampuni dosa-dosa kita, diangkat derajat kita oleh-Nya, lantaran sesungguhnya Allah ‘Azza wa JallaMaha Luas Karunia-Nya.
Dia Tabaraka wa Ta’ala Maha Mendengar do’a hamba-hamba-Nya.
Para pembaca yang budiman, Anda semua telah mengetahui, apa yang terjadi beberapa waktu lalu (saat Idul Adha). Berupa insiden yang besar, petaka yang dahsyat dan bencana yang mengerikan, yang menorehkan kesedihan yang mendalam di jiwa-jiwa kita!
Hingga kebahagiaan kaum muslimin dalam merayakan hari raya Idul Adha pada hari ini diretakkan dengan kejutan bencana yang dahsyat dan luar biasa ini, yang menimpa sebagian kaum muslimin di kota yang diberkahi ini, pada hari yang agung ini, (bahkan) hari yang paling mulia ini.
Banyak ulama menyebutkan hari ini sebagai hari yang paling mulia sepanjang tahun. Berkaitan dengan insiden ini, saya mencoba untuk merenung sejenak, dengan mengambil beberapa pelajaran yang selayaknya kita hadirkan dalam hati kita dalam mensikapi insiden ini.

Beberapa pelajaran berharga yang sanggup dipetik

1. Senantiasa bersiap-siaplah menghadapi kematian, kematian sanggup tiba setiap ketika dan di setiap tempat!
Saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana ini, mereka sedang melaksanakan serangkaian peribadatan yang agung. Mereka mempunyai banyak urusan dan kepentingan dalam menjalani proses ibadah haji tersebut.
Pada hari ini, mereka berencana menyempurnakan lempar jamrah, menyembelih binatang (al-hadyu) hingga menyempurnakan ibadah haji kemudian pulang ke negerinya masing-masing.
Namun, mereka tidak mengetahui bahwa kematian telah menunggu mereka di tengah perjalanan, sebelum mereka menuntaskan ibadah haji mereka.
Subhaanallaah…! Langkah-langkah kaki yang mereka lakukan, tidak ada satupun diantara mereka yang mengetahui bahwa ternyata setelah beberapa langkah lagi, final hidup menjemput mereka! Beberapa ketika setelah langkah-langkah itu, mereka harus meninggalkan kehidupan mereka di dunia ini!
Dari sini lah, kita mengambil pelajaran yang sangat berharga, bahwa seharusnya kita mempersiapkan diri setiap ketika dalam menghadapi kematian, yang datangnya tidak disangka-sangka! Tidak ada satu pun diantara kita yang mengetahui kapan final hidup akan datang.
Wallahi, Anda tidak akan tahu dimanakah Anda akan meninggal dunia dan kapan Anda akan meninggal dunia.
Bisa jadi Anda meninggal dalam perjalanan, yang dalam perjalanan itu, Anda telah merencanakan banyak sekali macam aktivitas, namun ternyata, tidak ada penghalang antara dirimu dan final hidup kecuali beberapa menit saja, setelah Anda memulai perjalanan tersebut!
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kau mati kecuali dalam keadaan Muslim” (QS Ali ‘Imran : 102).
Maksudnya: jadilah Anda sebagai seorang hamba yang senantiasa ta’at kepada Allah Ta’ala hingga, jangan hingga final hidup menemui Anda, melainkan Anda sedang berada dalam keadaan yang baik dan husnul khatimah.
2. Kesenangan duniawi itu tidak langgeng!
Diantara pelajaran besar yang sanggup kita ambil dari insiden yang memilukan ini yaitu kehidupan dunia ini tidaklah satu warna, ada suka dan ada pula duka.
Perhatikanlah! Kegembiraan kaum muslimin pada hari ini, yaitu pada hari Idul Adha, merupakan kegembiraan yang sangat besar. Namun ditengah-tengah kegembiraan tersebut, mereka dikejutkan dengan insiden dahsyat yang mengejutkan dunia.
Sehingga dalam sekejap saja, kegembiraan yang sangat besar tersebut, bermetamorfosis sedih cita yang memilukan!
Dengan demikian, kehidupan dunia itu tidak berjalan mulus dengan satu warna dan kehidupan dunia itu tidaklah langgeng!
و ما مُلئ بيت فَرحة إلا و مُلئ تَرحة، و ما مُلئ حَبرة إلا و ملئ عَبرة
Tidaklah suatu rumah dipenuhi kegembiraan melainkan (suatu saat) akan dipenuhi dengan kesedihan,
(Demikian pula) tidaklah suatu rumah dipenuhi kegembiraan melainkan (suatu saat) akan dipenuhi mata yang berkaca-kaca (karena sedih).
Maka, janganlah seseorang tertipu dengan kesenangan duniawi dan perhiasannya, lantaran kesenangan duniawi tidak murni dan tercampur!
Satu-satunya kenikmatan dan kegembiraan yang murni dan tidak tercampur dengan kesedihan dan galau gulana sedikitpun yaitu kebahagiaan masuk Surga dan keberuntungan mendapatkan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Sikap berhati-hati, tidaklah bermanfa’at untuk menolak taqdir!
Hadits hasan yang dikeluarkan oleh Al-Hakim dan selainnya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا يُغْني حَذَرٌ مِنْ قَدَر
“Sikap berhati-hati, tidaklah bermanfa’at untuk menghindari (menolak) taqdir”
Jasa KSA sangat besar!
Betapa banyak usaha-usaha besar yang sudah dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi (KSA) dan fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan oleh KSA -baik sebelum, di tengah-tengah maupun setelah pelaksanaan ibadah haji- untuk melayani para jama’ah haji dari seluruh dunia dan untuk menjaga keselamatan serta keamanan mereka.
Wallahi, ini yaitu jasa-jasa yang besar KSA dalam penyelenggaraan haji, yang wajib kita syukuri.
Namun, taqdir tetaplah taqdir, tidak sanggup ditolak!
Walaupun usaha-usaha untuk melayani para jama’ah haji dari seluruh dunia dan untuk menjaga keselamatan serta keamanan mereka sudah demikian besarnya, namun sebagaimana sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas,
لا يُغْني حَذَرٌ مِنْ قَدَر
Sikap berhati-hati, tidaklah bermanfa’at untuk menghindari (menolak) taqdir.
Usaha insan apapun tidak akan berpengaruh, jikalau Allah tidak menghendaki perjuangan tersebut berpengaruh. Dan kadangkala Allah tidak menghendaki suatu perjuangan berpengaruh, lantaran adanya pesan yang tersirat Allah yang besar dibalik itu semua.
Sikap yang benar terhadap taqdir dan usaha
Sikap yang benar sebagai hamba Allah yaitu :
  1. Meyakini bahwa taqdir tetaplah taqdir, tidak sanggup ditolak.
  2. Namun, bukan berarti pasrah, tidak melaksanakan perjuangan dan tidak mengambil alasannya sama sekali! Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
    “Bersemangatlah untuk mendapatkan kasus yang bermanfaat bagi Anda. Mohonlah pada Allah, jangan Anda lemah” (HR. Muslim) .
  3. Akan tetapi, jikalau telah terjadi ketetapan Allah (taqdir) yang bertentangan dengan perjuangan manusia, maka tidaklah diingkari perjuangan yang selama ini sudah diambil dengan baik, tidak dilupakan, tidak dicela ataupun tidak diremehkannya.
Karena, tidak ada jaminan semua perjuangan yang dilakukan oleh manusia, niscaya berhasil sesuai dengan keinginannya.
Dan kiprah insan yaitu hanyalah berusaha dan bukan memutuskan hasilnya.
Sekali lagi, terkadang, Allah Ta’ala menghendaki sebagian perjuangan insan gagal kuat sesuai dengan harapan, walaupun perjuangan tersebut sudah demikian baiknya.
Sebagaimana Allah Ta’ala mentaqdirkan petaka besar terjadi dalam bencana di Mina tersebut, padahal usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi (KSA) selama ini demikian bagusnya.
Maka kewajiban kita semua yaitu bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla.
Hendaklah kita tetap mengingat keutamaan dan kebaikan pihak yang telah berjasa besar kepada kita dan menjauhkan diri kita dari melontarkan ucapan dusta, tuduhan yang tidak berdasar, apalagi ditambah melupakan jasa-jasa baik yang sudah diperbuat selama ini.
Dengan prinsip demikian, seseorang gampang bersyukur kepada Allah kemudian menghargai perjuangan pihak yang selama ini telah berjasa dan berterimakasih kepadanya serta tidak gampang melupakan jasa tersebut.
4. Kaum muslimin ibarat satu badan dan ibarat sebuah bangunan.
Dua pelajaran besar ini, selayaknya kita hadirkan dalam hati kita, ketika menghadapi insiden ini.
Berikut ini dua pelajaran tersebut:
Ibarat satu tubuh, seorang muslim ikut senang tatkala saudaranya senang dan ikut sedih tatkala saudaranya sedih.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum mukminin dalam hal cinta, kasih sayang dan bahu-membahu mereka, mirip satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya merasa sakit, maka seluruh anggota badan yang lainnya ikut mencicipi sakit juga, dengan tidak sanggup tidur dan demam”. (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad, lafazh ini yaitu lafazh Muslim).
Kebahagiaan seorang muslim yaitu kebahagiaan bagi kaum muslimin yang lainnya.
Kesedihan mereka yaitu kesedihan bagi kaum muslimin yang lainnya.
Oleh lantaran itu, bencana yang menimpa sebagian jama’ah haji ini, sesungguhnya petaka yang dirasakan pula oleh kaum muslimin secara keseluruhan.
Ibarat sebuah bangunan, seorang muslim saling sesungguhnya dengan saudaranya dalam kebaikan.
Faedah di atas, didapatkan dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.” Kemudian ia menjalin jari-jemarinya (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan insiden ini, mirip apa yang dilakukan oleh beberapa saudara-saudara kita yang berbaik hati dengan mengunjungi beberapa rumah sakit, daerah korban dirawat.
Mereka tidak pergi kesana, melainkan untuk menjenguk para korban, menghibur mereka dan membantu mereka.
Kalau untuk urusan mendo’akan, jangan ditanyakan! Karena setiap muslim yang baik tentunya semangat mendo’akan saudara-saudaranya yang tertimpa petaka besar mirip ini, dalam shalat-shalatnya, mengkhususkan do’a kepada Allah untuk mereka.
Bagi korban yang meninggal dunia, kita do’akan semoga mendapatkan rahmat dan ampunan Allah sehingga terbebas dari api Neraka.
Bagi korban yang sakit, kita do’akan semoga segera sembuh, sehingga sanggup beribadah kepada Allah dan beraktifitas yang bermanfa’at mirip semula.
Hal ini mengatakan bahwa ikatan hati mereka, satu sama lainnya, yaitu ikatan dogma dan tauhid, ikatan Laa ilaaha illallaah! Bukan ikatan fanatis kesukuan, sebangsa dan setanah air!
Allah Ta’ala berfirman,
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ}
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara”. (QS.Al-Hujuraat: 10).
5. Janganlah jadikan dunia sebagai sebesar-besar tujuan (perhatian) dan puncak ilmu Anda.
Diantara do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Janganlah Engkau jadikan dunia sebagai sebesar-besar tujuan (perhatian) dan puncak ilmu kami” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam do’a di atas terdapat dorongan bagi kita supaya :
  1. Memohon kepada Allah semoga tidak menimbulkan pencarian harta dan kedudukan sebagai sebesar-besar tujuan, perhatian ataupun sebesar-besar kesedihan kita. Akan tetapi, justru kita memohon kepada Allah semoga menimbulkan amal Akherat dan pahalanya sebagai sebesar-besar tujuan yang kita cari dan sebesar-besar perhatian kita, ataupun menjadi sebesar-besar kesedihan kita, jikalau amal tersebut terluput dari dari kita!
  2. Memohon kepada Allah agar tidak menjadikan kita sebagai orang yang hanya mengetahui dan hanya memikirkan kasus dunia saja.
Akan tetapi, justru kita memohon kepada Allah semoga menimbulkan kita sebagai hamba-Nya yang suka memikirkan perkara-perkara Akherat dan mengetahui ilmu-ilmu perihal Allah, hari Akhir dan ilmu perihal Syari’at-Nya.
Jika prinsip hidup kita mirip itu, maka ketika kita sewaktu-waktu meninggal dunia, di ketika sedang beraktifitas dalam keseharian kita, maka in sya Allah, kita akan mendapatkan husnul khatimah, lantaran kita telah berusaha senantiasa ingat Allah Ta’ala, dengan menimbulkan Dia Ta’ala sebagai sebesar-besar perhatian, tujuan dan ilmu kita!
Perhatikanlah, bagaimana saudara-saudara kita, para jama’ah haji yang menjadi korban bencana ini, mereka mempunyai banyak rencana, aktifitas, pikiran dan perhatian. Namun, belum sempat mereka menuntaskan semua planning dan aktifitas tersebut, tiba-tiba final hidup menjemput mereka. Semoga Allah mendapatkan mereka dan memasukkan mereka kedalam Surga-Nya.
6. Semoga Allah mendapatkan mereka sebagai syuhada`
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam bersabda :
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang-orang yang meninggal syahid itu ada lima macam: (1) Orang yang meninggal lantaran sakit tha’un, (2) orang yang meninggal lantaran sakit perut, (3) orang yang meninggal lantaran tenggelam, (4) orang yang meninggal lantaran tertimpa reruntuhan, dan (5) orang yang meninggal ketika berjihad di jalan Allah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah memandang bahwa kematian saudara-saudara kita para jama’ah haji yang meninggal dunia dalam insiden tersebut,termasuk dalam kategori mati syahid dari beberapa sisi kesyahidan, yaitu:
  1. Mereka sedang menunaikan haji. Sedangkan ibadah haji dalam sebuah hadits termasuk kedalam fi sabiilillah. Berarti mereka termasuk kedalam makna sabda Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam di atas :
    الشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
    Orang yang meninggal ketika berjihad di jalan Allah”.
  2. Mereka termasuk kedalam makna sabda Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam di atas :
    صَاحِبُ الْهَدْمِ
    Orang yang meninggal lantaran tertimpa reruntuhan” 2
  3. Mereka termasuk kedalam makna sabda Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam di atas :
    الْمَبْطُونُ
    “Orang yang meninggal lantaran sakit perut” 3

Penutup

Renungan ibrah dan pesan yang tersirat dalam insiden ini, jangan hanya sebatas untuk wawasan saja. Dan janganlah menimbulkan insiden ini sebagai materi dialog semata dan asal shareberita saja! Namun yang diperlukan yaitu kita sanggup mempunyai perilaku batin, verbal dan anggota badan yg benar dan bermanfa’at dalam menghadapi insiden ini.
Penyusun tutup goresan pena ini dengan nasehat yang indah dari Syaikh Ali Hasan hafizhahullah, beliau berucap: 
Upaya besar yang telah dilakukan Kerajaan Saudi Arabia dalam mensukseskan penyelenggaraan haji dan menjaga keselamatan jamaah haji, merupakan upaya positif yang tidak sanggup dipungkiri meskipun oleh orang-orang yang kerjaannya suka mengingkari !
Mega pengaturan jalan-jalan menuju Jamarat yang mengagumkan, baik saluran maupun jalan keluar, merupakan suatu hal yang diakui oleh siapa saja yang adil dalam menilai.
Meskipun demikian, ketetapan dan takdir Allah Ta’ala, tidak sanggup ditolak meskipun oleh pihak yang paling semangat (berupaya) dan pihak yang telah mengerahkan segenap daya upaya!
Dan tidaklah kita berucap kecuali ucapan yang diridhoi oleh Rabb kita. Tragedi Mina -pada hari ini, yang terjadi lantaran berdesakannya jamaah haji dan mengakibatkan korban meninggal serta ratusan yang terluka – tidaklah kita mengucapkan melainkan ucapan: Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah, dan Innaa Lillaahi wa Innaa ilaihi Raaji’uun
***
____
Catatan kaki
  1. Silahkan, versi lenkapnya sanggup di download di http://al-badr.net/detail/zCrc69YNB0gF Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu  Mutiara Hikmah Dari Insiden Di Mina
  2. Barangkali maksud ia yaitu terinjak-injak itu menyerupai tertimpa reruntuhan. Wallahu a’lam Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu  Mutiara Hikmah Dari Insiden Di Mina
  3. Barangkali maksud ia yaitu rasa sakit di pecahan perut ketika terinjak-injak. Wallahu a’lam Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu  Mutiara Hikmah Dari Insiden Di Mina

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post