Baku tembak dahsyat terjadi sepanjang Minggu (15/12/2013) malam di ibu kota Sudah Selatan, Juba mewarnai meningkatnya suhu politik di negeri yang gres saja merdeka itu.
Situasi politik di Sudan Selatan meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Awal bulan ini para pemimpin partai berkuasa Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM), secara publik menentang Presiden Salva Kiir dan menudingnya bersikap layaknya diktator.
Menteri isu Michael Makuei Lueth menolak berkomentar soal problem ini namun menegaskan Presiden Kiir masih berkuasa.
"Presiden akan memberikan pidato dalam waktu cepat. Saya tak dapat menyampaikan banyak hal sampai ia berbicara," ujar Lueth.
Seorang diplomat di kota Juba menyampaikan situasi di kota itu sedikit membingungkan, namun kondisi kembali hening pada Senin (16/12/2013) pagi sesudah militer dikerahkan dan ditempatkan di lokasi-lokasi strategis.
Sementara itu, kedutaan besar AS dan Inggris di Juba memperingatkan warganya di negeri itu biar berhati-hati dan menghindari acara yang tak diperlukan.
Seorang sumber pemerintah mengatakan, baku tembak pecah tak usang sesudah Minggu tengah malam. Baku tembak itu terjadi antara faksi yang berseberangan di dalam angkatan bersenjata.
Sementara itu, kedutaan besar AS dan Inggris di Juba memperingatkan warganya di negeri itu biar berhati-hati dan menghindari acara yang tak diperlukan.
Seorang sumber pemerintah mengatakan, baku tembak pecah tak usang sesudah Minggu tengah malam. Baku tembak itu terjadi antara faksi yang berseberangan di dalam angkatan bersenjata.
Sudan Selatan merdeka pada 2011 sesudah dalam referendum rakyat menentukan berpisah dengan Sudan dan membentuk sebuah negeri baru.
Sejak kemerdekaan, Presiden Kiir berjuang untuk mengurangi korupsi, memberantas pemberontakan dan menuntaskan konflik di negeri kaya minyak namun miskin itu.
SPLM dipimpin politisi kuat Riek Machar, bekas pemimpin perang saudara Sudah 1983-2005. Dia dipecat dari jabatannya sebagai wakil presiden pada Juli lalu. (kompas)