Tuesday, 18 February 2020

Khutbah Jum’At; Rasulullah Penghulu Seluruh Nabi Dan Rasul


Bersama Syeikh: Jamal Faruq Ad Daqqaq

Fajar Rabiul Awwal telah terbit menyapa umat Islam. Ia merupakan bulan yang telah Allah pilih untuk lahir padanya pemimpin seluruh umat manusia, bahkan pemimpin seluruh makhluk, yaitu Rasulullah Muhammad Saw, Said Al Maujud.

Rasululah Saw. tidak hanya diutus untuk umatnya saja, Beliau merupakan epilog para nabi dan Rasul dengan membawa risalah penyempurna bagi risalah-risalah sebelumnya.
Pada permulaan surat Ibrahim, Allah SWT membuka surat tersebut dengan firmannya:

 الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Artinya: Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) supaya Engkau mengeluarkan insan dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji. (Ibrahim: 1)

Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa risalah yang dibawa oleh Saiduna Muhammad Saw. yaitu risalah ‘Ammah (umum), risalah bagi insan seluruhnya, bukan umatnya saja.
Tetapi mari kita lihat bagaimana Allah mengkhitab Saidana Musa as, masih dalam surat yang sama, hanya berselang tiga ayat, Allah mengatakan:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ

Artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa gejala (kekuasaan) Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.”(Ibrahim:5)

Ayat ini mengisyratkan bahwa risalah yang dibawa oleh nabi Musa as. khusus bagi umatnya saja, hal ini sanggup kita pahami dari firman Allah An Akhrij qaumaka (keluarkanlah kaummu).  Berbeda halnya dengan Rasulullah, Allah berfirman Litukhrijannas (agar engkau mengeluarkan manusia).

Tidak ada keraguan, bahwa para nabi dan rasul terdahulu masing-masing membawa risalah yang sama, yaitu risalah at tauhid. Akan tetapi Rasulullah Saw. diberi keistimewaan untuk menjadi epilog sekalian nabi, dengan membawa risalah penyempurna bagi risalah- risalah yang telah lalu.

Risalah yang Allah turunkan sebelum Al Quran, dan para nabi yang diutus merupakan persiapan untuk menyambut Rasulullah Saw.

Ingatkah kita akan komitmen yang Allah ambil atas para nabi yang termaktub di dalam surat Ali Imran.

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, “Manakala Aku memperlihatkan kitab dan pesan yang tersirat kepadamu kemudian tiba kepada kau seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, pasti kau akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman, “Apakah kau baiklah dan mendapatkan perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, “Kalau begitu bersaksilah kau (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu.”(Ali ‘Imran:81)

Dalam Ayat yang lain Allah juga menandakan bagaimana kelebihan Nabi Muhammad Saw. atas para nabi yang lainnya, yaitu dalam surat Ad Dhuha. Allah berfirman:

وَالضُّحَى. وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى

Artinnya: Demi waktu duha(ketika matahari naik sepenggalah). Dan demi malam apabila telah sunyi .

Imam Ar Razi pernah ditanyakan “Kenapa Allah hanya bersumpah dengan waktu duha yang merupakan salah satu waktu diantara waktu siang hari, sedangkan Allah ta’ala bersumpah dengan seluruh waktu malam?

Imam Ar Razi menjawab : “Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa waktu duha kelebihannya seimbang dengan waktu malam seluruhnya, sebagaimana Rasulullah Saw. jikalau dibandingkan dengan seluruh para nabi dan rasul.

Oleh alasannya yaitu Rasulullah diutus sebagai panghulu seluruh nabi dan rasul, Rasul bagi seluruh ummat, dan pembawa risalah yang menyempurnakan risalah- risalah sebelumnya, maka Allah kumpulkan seluruh kelebihan dan keagungan seluruh nabi dan rasul pada Rasulullah Saw.

Dalam diri Rasulullah bersemanyam kekuatan nabi Nuh, ketulusan hati Ibrahim dan kasih sayangnya, mukjizat nabi musa sebagai kalimullah dan ketegasannya, ketampanan yusuf, kehikmatan Sulaiman  dan kebijaksanaan ‘Isa ‘alaihimussalam.

وليس على الله بمستنكر أن يجمع العالم في واحد.

Dan tidak ada yang menghalangi jikalau Allah berkehendak untuk mengumpulkan segala kebaikan dunia pada seseorang.

Menjelang fajar hari lahirnya Rasulullah Saw.

Saat-saat sebelum Rasulullah lahir, para Sejarah telah mencatat kejadian- kejadian asing yang terjadi untuk menyambut Kelahiran Rasulullah Saw. Kejadian- kejadian tersebut diistilahkan dengan Al Irhashath.

Diantaranya yaitu kejadian al fil, ketika raja Abrahah mencoba menghancurkan Ka’bah. Sebelum masuk ke kota Mekah, pasukan tersebut diserang burung- burung yangmelempari mereka dengan batu- kerikil kecil sehingga mereka musnah.

Peristiwa tersebut termaktub didalam Al Alquran bahkan Allah menamakan surah tersebut dengan surah al fil, Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

Artinya: Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?(Al Fil: 1)

Jika diperhatikan, maka ayat ini sangatlah ajaib, alasannya yaitu Allah ta’ala tidak mengakibatkan umat islam sebagai khitabnya, tetapi hanya mengkhitab Rasulullah, seolah- olah Allah berfirman “Wahai Muhammad bersama-sama kami melaksanakan itu hanya sanya untuk memuliakanmu dan risalah yang ada bersamamu.”

Tafakkur

Hari ini kita telah memasuki hari pertama dibulan Rabiul Awwal. Bulan yang sangat mulia ini tidak seharunya kita lewatkan begitu saja tanpa mengambil pelajaran apapun.

Hari lahir Rasulullah merupakan hari yang paling mulia secara ithlaq, melebihi kemuliaan hari Arafah, hari Jum’at, bahkan malam al qadr. Karena, kalaulah hari ini tidak ada maka tidak ada yang namanya kemulian, tidak ada syariah, tidak ada Al Quran, bahkan tidak ada yang namanya Islam. Semunya itu tergantung kepada lahirnya Rasulullah.

Oleh alasannya yaitu itu ketika seluruh umat Islam diseluruh pelosok dunia memperingati maulid nabi Saw, itu tak lain dan tak bukan melainkan tanda cinta mereka kepada nabi terpilih Muhammad Saw.

Telah disebutkan didalam kitab yang paling shahih sehabis Al Quran, yaitu kitab Shahih imam Bukhari, wacana cerita Tsuwaibah, seorang budak wanita Abu lahab, paman Rasulullah Saw.

Ketika mengetahui Rasulullah Saw. telah lahir, Tsuwaibah bergegas memberitahukan Abu lahab, bahwa keponakannya Muhammad telah lahir. Berita tersebut menciptakan Abu Lahab senang tak terkira. Lalu Abu Lahab memerdekakan budak tersebut, untuk memuliakan hari lahirnya Rasulullah Saw.

Abu lahab merupakan satu- satunya kerabat Rasulullah yang disebutkan namanya dalam Al Quran, Allah telah menyatakan bahwa ia merupakan salah satu penduduk neraka alasannya yaitu memusuhi Rasulullah Saw.

Namun demikian Allah SWT. tidak menyia-nyiakan amal baik manusia. Allah tidak menyia-nyiakan kebahagiaan Abu lahab ketika lahir Rasulullah, Allah tidak menyia-nyiakan fahala dikala ia memerdekakan Tsuwaibah.

Ketika Abu lahab meninggal, Abbas ibn Abdul Mutthalib bermimpi bertemu dengannya. Abbas bertanya, “ Apa yang Allah berikan kepadamu?”. Abu lahab menjawab, “Aku ditempatkan oleh Allah didalam neraka selama-lamanya. Hanya saja diringankan bagiku (siksaan) setiap malam senin dan dituangkan diantara dua jariku air sebesar ini (sambil mengisyaratkan dengan ujung jarinya) alasannya yaitu saya memerdekakan Tsuwaibah ketika memberitahukan saya isu kelahiran Muhammad Saw.

Al Imam Ibn Nashiruddin Ad Dimasyq mengatakan, jikalau ini yaitu akhir bagi orang kafir yang senang hatinya dengan kelahiran Rasulullah, kemudian bagaimanakah akhir yang akan Allah berikan kepada umat yang senang dengan kelahiran Rasulullah yang meninggal dalam keadaan Islam.”

Wahai umat islam! Wahai umat yang meyakini bahwa tiada dewa selain Allah, dan bahwa islam yaitu agama yang haq, serta Muhammad Saw. sebagai rasulullah! Setelah mendengarkan cerita Tsuwaibah dan Abu lahab, adakah terngiang dalam benak kita untuk berdebat wacana aturan merayakan Maulid Rasulullah Saw?

Telah diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah tiba ke Madinah, Rasulullah mendapati para yahudi berpuasa pada hari ‘Asyurak. Rasulullah bertanya, “Kenapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Hari ini yaitu hari diselamatkannya Musa oleh Allah dari kejaran fir’un.” Rasulullah bersabda “Kami lebih berhak untuk mengenang Musa.” Lalu Rasulullahpun berpuasa dan menyuruh para sahabat untuk berpuasa pula.

Wahai umat Islam, jikalau ini yaitu hari diselamatkannya Musa dari Fir’un, kemudian bagaimana dengan hari ketika diselamatkan seluruh umat insan dari kegelapan menuju kepada cahaya hidayah, yaitu hari lahirnya Rasulullah Saw.

Tanbih

Bagi mereka yang mengingkari perayaan Maulid Nabi Saw, mereka perlu tau bahwa para ulama- ulama besar Islam, mulai dari Masyriq hingga Maghrib, telah berfatwa membolehkan Maulid Nabi Saw. Diantara mereka yaitu Ibn Hajar Al ‘Asqalani, imam As Suyuthi, imam An Nawawi, Ibn Katsir, Ibn ‘Abidin, Ibn Rajab Al Hanbali, Al Hafidh Az Zahabi bahkan Syeikh Ibn Taimiyah dalam kitabnya Iqtidhak As Shirath Al Mustaqim juga juga membolehkan maulid Rasulullah Saw.

Kemudian, cobalah kita lihat apa yang biasa umat Islam lakukan ketika merayakan Maulid nabi, adakah mereka berpesta dengan khamar ataupun bermaksiat?

Yang mereka lakukan Justru berkumpul untuk sama-sama mengingat Rasulullah, sama-sama kembali menyiram hub Rasulillah (cinta kepada Rasulullah) sehabis empat belas masa berpisah dengannya, membaca zikir, kebanggaan kepada Rasulullah, membaca Al Alquran dan saling menasehati dalam kebaikan dan taat. Kesemua perkara tersebut yaitu perkara yang tidak diragukan lagi masyr’uk(dianjurkan) dalam Islam. Dan dalam sebuah kaidah dikatakan “Sesuatu yang terbentuk dari hal-hal yang masyruk, maka hukumnya yaitu masyr’uk.
Semoga Allah mengakibatkan kita diantara orang-orang yang menyadari akan aibnya masing-masing, dan memperlihatkan kita kepada jalan yang lurus dalam mengetahui yang hak dan batil.
Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘ala Habibina Al Mushtafa Muhammad Shallahu ‘Alaihu wasallam.(HN)

*Ringkasan Khutbah Jum’at 3 januari 2014, di mesjid madinah al buust al Islamiyah, Abbasiah, Kairo. Bersama Syeikh Jamal Faruq Ad Daqqaq, guru besar Akidah wal falsafat, Universitas Al Azhar,Kairo.

banner
Previous Post
Next Post