Saturday, 8 February 2020

Mantan Pembenci Islam Sesudah 3 Tahun Lakukan Pencarian




Tiada yang tahu selesai kehidupan seorang hamba kecuali Allah Ta’ala. Amat gampang bagi-Nya untuk memperlihatkan hidayah kepada siapa yang Dia Kehendaki, dengan atau tanpa perjuangan seorang hamba. Akan tetapi, karena kepastian sunnatullah-Nya yang pasti, hidayah senantiasa mempunyai sebab-sebab yang sejatinya dapat diduplikasi.

Dalam cerita berikut, misalnya, dapat menyimpulkan bahwa perjuangan seorang hamba untuk mendatangi Allah Ta’ala benar-benar dimudahkan. Laki-laki yang sekarang berusia 40 tahun ini benar-benar besar hati dan tenang dalam Islam sesudah melaksanakan pencarian selama tiga tahun.

Nama aslinya Hanny Kristianto. Laki-laki ini merasa kesal dengan firman Allah Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat 102, “Jangan mati, kecuali dalam keadaan Muslim.” Baginya kala itu, agama yang paling benar bukanlah Islam, tapi Katolik Kerohanian yang ia ikuti.



Ketertarikannya untuk mencari tahu wacana Islam dimulai dikala ia bekerja di sebuah perusahaan di Kalimantan. Dengan gigih, pria kelahiran Bantul Yogyakarta ini menemukan Islam dengan caranya. Ia mengikuti maunya untuk mengobati keingintahuannya.

Maka pria yang sekarang mencar ilmu ke banyak ustadz ini memulai membaca terjemah al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia, dari awal hingga akhir. Dalam proses itu, beliau menemukan fakta mencengangkan bahwa tidak ada satu pun kesalahan di dalam al-Qur’an. Lebih menakjubkan lagi, al-Qur’an menjadi satu-satunya kitab yang dapat dihafal keseluruhannya, tanpa adanya kekeliruan pada para penghafal.

Selain itu, beliau juga rajin melaksanakan diskusi dengan teman dan ustadz-ustadz yang beliau temui. Dari mereka, ia jadinya memahami kesalahannya selama ini terkait perspektif jelek terkait Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Misalnya, wacana Nabi Muhammad dicitrakan doyan kawin dan suka berperang. “Akhirnya,” tutur keturunan Tionghoa ini, “saya menemukan, bahwa aku yang selama ini salah.”

Proses panjang itulah yang jadinya mengantarkan Hanny pada cahaya Islam. Dia mengikrarkan dua kalimat syahadat di Mojokerto pada 28 Februari 2013. Setelah itu, dan jadinya dapat menunaikan ibadah haji di Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah, beliau mencicipi hidup tanpa beban, penuh ketenangan, kebahagiaan hati, jiwa, dan pikiran.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Rujukan: Islam Digest Republika 24 Januari 2016
Sumber Gambar: Republika.co.id
banner
Previous Post
Next Post