Thursday 5 March 2020

Pengaruh Pemikiran Modern Terhadap Penulisan Sirah


Pada kala ke 19 M. dalam tradisi penulisan sejarah muncul aneka macam macam aliran. Di antaranya ialah “aliran individualis”. Aliran individualis dalam penulisan sejarah berarti menulis sejarah memakai tendensi pribadi. Aliran ini menerima perhatian banyak sejarawan untuk diterapkan dalam penulisan sejarah, hatta dalam penulisan sirah Rasulullah pun dipakai aliran individualis ini.

Menurut mereka tidak mengapa sejarawan memasukkan tendensi pribadi, ideologi, keyakinan agama, atau pandangan politik dalam menginterpretasi aneka macam insiden sejarah. Bahkan penganut “aliran individualis” ini berpendapat, interpretasi subjektif menyerupai itu justru wajib dilakukan setiap sejarawan. Artinya sejarawan itu tidak hanya sebagai penutur atau pengumpul catatan wacana insiden sejarah, tapi penilai terhadap sejarah yang ditemukan.

Di era keilmuan menyerupai sekarang, aliran individualis ini semakin banyak pengikutnya. Ini merupakan satu kondisi yang patut disesalkan. Karena pada kenyataannya, aliran inilah yang akan mengoyak-ngoyak fakta sejarah yang telah usang berada dalam kuil suci dan kokoh di sepanjang peradaban manusia.

Aliran individualis akan mengotori fakta sejarah dengan khayalan, ambisi subjektif, dan fanatisme individu. Jika aliran ini kita biarkan begitu saja, maka akan banyak fakta sejarah yang rusak dan tereduksi. Tokoh-tokoh mulia dalam sejarah akan dinistakan, dan orang-orang yang ikhlas akan didhalimi oleh aliran sesat ini.

Lalu, apakah aliran individualis ini sanggup mempengaruhi penulisan sirah? Literatur sejarah menyebutkan, aliran gres ini ternyata sudah dijadikan dasar oleh sebagian orang dalam aneka macam macam studi historis terhadap sirah Rasulullah SAW. Nah, bagaimana intinya aliran ini sanggup muncul dan bagaimana perkembangannya?

Berbicara wacana sejarah munculnya aliran individualis tidak sanggup dipisahkan dengan penduduk Inggris yang mendiami negeri Mesir pada kala ke-19. Kita mengetahui bahwa ketika itu Mesir menjadi wajah terdepan bagi dunia Islam, baik dalam bidang pemikiran maupun intelektualitas. Umat Islam kala itu selalu berkiblat kepada Mesir sebagaimana menghadap kiblat tatkala melaksanakan shalat.

Dunia Islam yang terus menggeliat telah menciptakan penjajah Inggris tak tenang. Meskipun dataran Mesir yang begitu subur sudah dikuasai oleh penjajah Inggris, namun mereka yang berdomisili di Mesir tak pernah merasa kondusif ketika itu. Islam di Mesir makin terus bergelora di bawah nangungan Al-Azhar sebagai kiblat ilmu agama.

Oleh alasannya Al-Azhar mempunyai efek besar terhadap Islam di Mesir ketika itu, kolonialis Inggris mempunyai dua opsi untuk meruntuhkan Al-Azhar. Pertama, tetapkan hubungan Al-Azhar dengan ummat Islam, dan yang kedua, melaksanakan infiltrasi dan penyusupan ke dalam sentra kepemimpinan Al-Azhar. Harapan mereka Al-Azhar ini harus dipimpin oleh orang-orang yang se-ide dengan penjajah. Yang pada karenanya nanti akan memberi kenyamanan bagi bangsa Inggris yang sedang berdomisili di Mesir.

Ternyata Inggris lebih menentukan opsi ke dua. Opsi ini memang pilihan yang mungkin sanggup diambil alasannya lebih gampang dan luput dari perhatian ummat Islam. Salah satu jalan yang mereka tempuh untuk melaksanakan ilfiltrasi terhadap kepemimpinan Al-Azhar ketika itu ialah menyerang titik lemah umat Islam, baik yang ada di Mesir maupun di luar Mesir.

Titik lemah dimaksud ialah perasaan kalah yang diindap umat Islam ketika menyaksikan barat mengalami banyak kemajuan di bidang pemikiran, keilmuan dan peradaban. Lewat ilfiltrasi halus inilah kemudian  pemikiran penjajah disusupkan ke dalam dada sebagian pemikir Islam di Mesir. Sehingga mereka menyakini bahwa barat tidak akan terbebas dari belunggu dan maju sedemikian rupa melainkan setelah menundukkan agama di bawah ilmu pengetahuan.

Oleh alasannya itu, bila dunia Islam ingin menerima kebebasan menyerupai barat, tidak ada cara lain bagi mereka kecuali dengan mengikuti jalan yang ditempuh barat. Dari sinilah mereka memahami Islam menyerupai barat memahami Kristen. Kesemuaan itu tidak akan terwujud, kecuali aliran Islam dibebaskan dari semua unsur ngaib yang tidak sanggup dipahami atau ditakar oleh ilmu pengetahuan modern.

Dalam waktu singkat bisikan penjajah Inggris itu pun diamini oleh orang-orang yang pandangannya silau dengan kemajuan yang ada di Eropa ketika itu. Sementara keyakinan yang ada di dalam dada mereka telah musnah alasannya pengetahuan modern telah membutakan nalar pikiran mereka. Mereka inilah yang kemudian menyerukan kebebasan umat Islam dari hal ngaib yang tidak masuk nalar dan tidak sanggup dibuktikan sejarah empiris dengan ilmu modern.

Selanjutnya mereka mengampanyekan sebuah gerakan penting yang disebut dengan reformasi agama. Gerakan ini mengejewantahkan dari aneka macam hal, mulai dari peninjauan kembali penulisan sirah Nabi dan pemahamannya hingga penggunaan metode gres dalam melihat sirah Rasulullah. Yang kemudian mereka menyingkirkan semua masalah a'di alami yang dianggap tidak masuk nalar dan tidak sanggup diterima oleh pengetahuan modern.

Tidak usang kemudian muncullah buku-buku mereka wacana sirah Rasulullah yang tidak lagi memakai riwayat, sanad, dan prinsip periwayatan hadist sebagai alat pengukur kebenaran. Semua itu mereka tukar dengan metode individualis menurut hasrat eksklusif dan aneka macam metodologi hina yang dibangun atas tendensi dan aliran yang dianut oleh sipenulis.

Dengan aliran individualis tersebut mereka menyingkirkan aneka macam macam hal yang mereka anggap tidak masuk akal, menyerupai mukjizat, dan insiden luar biasa lainnya yang dialami Rasulullah SAW. Mereka hanya mencitrakan Rasulullah sebagai sosok pemimpin jenius, hebat, heroik. Tapi hal-hal yang berkaitan dengan kenabian, wahyu dan misi kerasulan yang menjadi inti utama dalam membentuk kepribadian Muhammad mereka buang.

Dr Muhammad Saied Ramadhan Buthi dalam fiqih sirahnya menyebutkan, sebagai pola karya mereka ialah buku Hayat Muhammad  yang ditulis oleh Husen Haikal.  Buku ini ialah pola paling kasatmata wacana penulisan sirah Nabi dengan memakai aliran individualis. Dengan gembira Husen Haikal berkata:"Saya tidak memakai apa yang ditulis oleh ulama-ulama dalam kitab sirah dan hadist, alasannya saya lebih menentukan untuk melaksanakan penelitian sirah ini menurut metode ilmiah."

Contoh lain ialah goresan pena artikel yang dirilis oleh Muhammad Farid Wajdi dalam jurnal Nur Al-Islam dengan judul:  Al-Sirah Al-Muhammadyyah Tahta Adh-Dhau' Al-'Ilm Wa Al-Falsafah. Di dalam  artikel tersebut terdapat kalimat yang berbunyi: "Para pembaca rupanya sanggup memaklumi bahwa dalam penulisan sirah ini, kami tidak akan menganggap insiden luar biasa sebagai mukjizat selama insiden itu masih sanggup dianggap sebagai sesuatu yang biasa meskipun sedikit rumit."

Kita sering menemukan bahwa mereka memuji kepribadian Nabi Muhammad SAW., mereka mengagungkan abjad dia yang luhur. Tapi semua itu ditulis tanpa mengingatkan pembaca akan tugas kenabian atau wahyu di dalam kehidupan Rasulullah. Mereka sama sekali tidak menulis sanad riwayat yang sebetulnya cukup vital untuk menyakini sebuah insiden yang benar-benar terjadi.

Pada karenanya hampir semua insiden luar biasa yang dipaparkan secara mutawatir dalam kitab-kitab hadist bahkan disampaikan pula di dalam Al-Quran mereka menakwilkannya dengan suka hati. Sebagai contoh, mereka menakwilkan serangan burung ababil ke atas Raja Abrahah ketika mengahancurkan ka'bah sebagai wabah cacar. Menakwilkan insiden isra' sebagai perjalanan roh Muhammad ke alam mimpi. Padahal ke dua insiden ini secara eksplisit disebutkan dalam Alquran.

Begitulah metode sesat yang biasanya secara khusus dipakai untuk mereinterpretasi sirah Nabi dan secara umum diterapkan dalam penulisan ulang sejarah Islam. Motode ini merupakan racun berbahaya yang sudah memanipulasi fakta sejarah, tapi di sebagian orang Islam tidak menyadarinya. Namun, di kalangan kaum munafik dan para pengkhianat, metode ini dengan gembira terus dikampanyekan.

Mereka juga tidak menyadari dibalik metode yang mereka terapkan dengan menyingkirkan perkara-perkara mistik yang tidak masuk nalar akan menghancurkan agama yang sedang mereka anut. Karena wahyu dewa yang menjadi mata air agama Islam pada tingkat tertentu sanggup dianggap juga satu hal tidak masuk nalar alasannya berasal dari Tuhan yang gaib.

Cepat atau lambat mereka akan dengan berani menolak wahyu Allah, alasannya surga, neraka, hari kebangkitan, dan aneka macam hal a'di alami lainnya mereka anggap tidak masuk nalar alasannya tidak sanggup diterima oleh ilmu pengetahuan modern. Semoga aliran individualis ini akan lenyap dengan kekuasaan Allah dan kita doakan kepada penganut aliran ini dari umat Islam terbuka hatinya untuk mendapatkan kebenaran. Semoga!


Oleh: Abdul hamid M Djamil
banner
Previous Post
Next Post