Tuesday 26 November 2019

Sepuluh Bahasa Cinta Dalam Mendidik Anak (6)

Sepuluh Bahasa Cinta Dalam Mendidik Anak  Sepuluh Bahasa Cinta Dalam Mendidik Anak (6)


Cinta yang murni itu mempunyai tanda-tanda. Kasih sayang yang tuluspun menuntut adanya pernyataan dan perilaku sebagai bukti-buktinya. Tanda-tanda cinta dan bukti-bukti kasih sayang itu yaitu sebuah bahasa insan ketika mengungkapkan perasaan yang terpendam dalam hatinya. Nah, apa saja gejala dan bukti-bukti cinta dan kasih sayang yang lapang dada dari seorang ayah dan ibu kepada putra-putrinya? Berikut ini jawabannya.
  1. Cinta Allah Ta’ala
  2. Panggilan Cinta
  3. Sambutan Cinta
  4. Kata Cinta
  5. Sentuhan Cinta
  6. Dekapan Cinta
  7. Ciuman Cinta
  8. Candaan Cinta
  9. Penghargaan Cinta
  10. Pemberian Cinta
Perlu dipahami bahwa jumlah sepuluh disini bukanlah maksudnya sebagai pembatasan, namun hal ini sekedar untuk memberi teladan bentuk-bentuk cinta dan kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada anak-anak. Selanjutnya dibutuhkan para pembaca terpacu untuk mencari contoh-contoh lain dari suri teladan terbaik di dunia ini.

1. Cinta Allah Ta’ala Adalah Asal dari Seluruh Cinta yang Terpuji

Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan,

فأصل المحبة المحمودة التي أمر الله تعالى بها، وخلق خلقه لأجلها: هي محبته وحده لا شريك له المتضمنة لعبادته دون عبادة ما سواه، فإن العبادة تتضمن غاية الحب بغاية الذل، ولا يصلح ذلك إلا لله عز وجل وحده

“Dasar cinta terpuji yang Allah Ta’ala perintahkannya dan Allah ciptakan makhluk akhirnya yaitu menyayangi Allah semata, tiada sekutu baginya. Cinta Allah mengandung peribadahan kepada-Nya semata dan tidak menyembah selain-Nya, alasannya yaitu sebetulnya ibadah mengandung puncak cinta diiringi dengan puncak perendahan diri. Sikap ini dilarang dipersembahkan kecuali kepada Allah Azza wa Jalla semata” (Ighaatsatul Lahfan, hal. 457-458).

Kecintaan seseorang kepada Allah wajib ada di atas segala bentuk kecintaannya kepada selain-Nya, alasannya yaitu cinta Allah yaitu dasar dari agama Islam ini, dengan sempurnanya cinta ini pada hati seseorang, menjadi tepat pula keimanannya, dan sebaliknya, dengan berkurangnya kadar kecintaan seseorang kepada Allah, akan berkurang pula 
keimanannya.

Allah berfirman,

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Adapun orang-orang yang beriman lebih menyayangi kepada Allah” (QS. Al-Baqarah: 165).

Ibnul Qoyyim pun juga menjelaskan bahwa cintalah yang menggerakkan orang yang menyayangi sesuatu mencari sesuatu tersebut. Maka orang yang menyayangi Allah dengan benar dan baik, akan tergerak untuk mencari perkara yang dicintai oleh Allah pada setiap ucapan maupun perbuatannya. Lahirnya maupun batinnya akan beliau pantau terus supaya sesuai dengan kecintaan dan keridhaan Rabbnya. Inilah yang kita kenal pada klarifikasi sebelum ini dengan definisi ibadah.

Ayah dan Ibu, ajarkanlah kepada ananda cinta kepada Sang Penciptanya. Tanamkan kepada diri putra-putri Anda bagaimana menyayangi Allah dengan baik dan benar. Pahamkan mereka dengan penuh kasih sayang, bahwa menyayangi Allah itu harus dibuktikan dengan mencari segala sesuatu yang dicintai-Nya. Perkara yang dicintai oleh Allah terdapat dalam syari’at-Nya yang dibawa oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, mencintai Allah yang benar yaitu dengan mengikuti Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah, ‘Jika kau (benar-benar) menyayangi Allah, ikutilah aku, pasti Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’” (QS. Ali Imraan: 31).

Semoga dengan demikian putra-putri kita menjadi sadar bahwa tujuan hidup mereka yaitu menjadi bawah umur yang dicintai oleh Allah. Inilah letak kebahagiaan yang hakiki bagi kita sebagai orang renta ketika melihat putra-putri kita dicintai dan diridhai oleh Allah. Bagaimana kita tidak bahagia, tidak sejuk pandangan mata kita, dan tidak ridha hati kita sebagai orang tua? Bukankah apabila Allah ridha kepada seorang anak, maka tentulah setiap orang renta yang lurus fithrahnya akan ridha terhadapnya.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]
banner
Previous Post
Next Post