Tuesday 26 November 2019

Raih Nilai Tertinggi, Tgk. Salman Menjadi Mahasiswa Aceh Pertama Yang Menggondol Master Ushul Fiqh Al-Azhar


Mahasiswa Aceh di Mesir berfoto bersama sehabis Munaqasyah Tgk. Salman Nurdin


Kmamesir.org. 14/12/2016. Aceh kembali dibentuk besar hati oleh salah satu anak bangsanya. Sebulan kemudian tepatnya Ahad (13/11) salah seorang putranya berhasil menuntaskan studi magister di Universitas Al-Azhar, Mesir. Dia Tgk. Salman Muhammad Nurdin, putra kelahiran Langsa tiga dekade silam. Dengan prestasi ini, Tgk. Salman yang merupakan peserta beasiswa LPSDM, menjadi orang Aceh pertama yang menggondol gelar Master takhassus Ushul Fiqh di Universitas tertua di dunia tersebut.

Sidang tesisnya berlangsung lebih kurang tiga jam dan dipimpin eksklusif oleh sang pembimbing, Prof. Dr. Mahmud Abdur Rahman Abdul Mun’im, guru besar dan ketua Jurusan Ushul Fiqh Universitas Al-Azhar. Hadir sebagai penguji Prof. Dr. Ahmad Mukhtar Mahmud Hasan dan Prof. Dr. Abdus Salam Abdul Fatah Abdul Adzim, keduanya merupakan guru besar Ushul Fiqh Universitas Al-Azhar. Sidang ini bertempat di ruang kuliah Fakultas Syariah wa al-Qanun, Darrasah Kairo.

Penelitian tesis Tgk. Salman yang berupa studi filologi kitab “Al-Qishtash Al-Maqbul Al-Kasyif lima’ani Mi’yari Al-‘Uqul fi ‘Ilmay Al-Jidal wa Al-‘Uqul” karangan Imam Hasan bin Izzuddin Al-Muayyid Al-Hasani berhasil mengantarkannya meraih nilai tertinggi (mumtaz). 

Dalam sidang tersebut, baik penguji pertama dan kedua memuji penelitian Tgk. Salman. Bahkan Profesor Ahmad Mukhtar, penguji pertama, sangat merekomendasikannya untuk melanjutkan studi ke jenjang doktoral. Sedangkan penguji kedua menyatakan bahwa nilai mumtaz sangat pantas diberikan kepada tesisnya.

“Selain metode dan usaha ilmiah yang telah ia lakukan, sang peneliti (Tgk. Salman) sangat berhak mendapat nilai mumtaz sebab ia tidak lupa jasa-jasa pertama orang tuanya. Dalam kata pengantarnya, ia berterima kasih kepada ibu bapaknya yang telah mengajarinya karakter hijaiyyah dan tata cara shalat yang baik. Al-Azhar sangat menghargai mereka yang berbakti dan menghormati kedua orang tua,” ucap Prof. Abdus Salam dalam sidang tersebut.

Penelitian Tgk. Salman sendiri terbilang unik, sebab manuskrip yang diteliti olehnya merupakan salah satu acuan utama ilmu Ushul Fiqh Syiah. Kajian terhadap cabang ilmu tersebut yang bermazhab Syiah masih sangat jarang dilakukan. Kebanyakan peneliti dan ulama hanya meneliti dan mengkritisi Syiah dari segi Aqidah, Hadis dan Fiqh saja. Padahal kajian semisal ini dirasa perlu untuk lebih mengetahui pemikiran Syiah apalagi aliran ini sedang gencar-gencarnya disebarkan di Indonesia. 

Tgk. Salman bersama pembimbing dan para pengujinya


Tgk. Salman memulai studi magisternya Sembilan tahun silam, tepatnya pada tahun 2007. Kala itu, pascasarjana Ushul Fiqh masih terlihat sulit bagi mahasiswa wafidin (asing) termasuk Indonesia. Namun Salman bertekad untuk mematahkan mitos sulit itu dan mendaftarkan dirinya untuk mengikuti studi magister dalam bidang takhassus tersebut. 

Senada dengan pepatah man jadda wajada, ia pun berhasil membawa pulang gelar master. Alhasil, sehabis itu banyak mahasiswa ingusan di bawahnya mengikuti langkah Tgk. Salman menempuh studi pascasarjana di jurusan tersebut.

“Dulu, studi pascasarjana Al-Azhar, khususnya Ushul Fiqh dikesankan mengerikan dan seram, namun saya bertekad menghilangkan kesan tersebut. Alhamdulillah kesan tersebut hilang, dan berbondong-bondong mahasiswa Indonesia mendaftar di S2 Al- Azhar,” dongeng Tgk. Salman kepada kmamesir.org sesaat sehabis sidang selesai.

“Saat itu, saya tidak takut rasib (gagal) sama sekali. Karena kesan susah tadi, sehingga jikalau saya rasib maka itu sudah biasa. Namun saya tetap berharap najah (lulus) dan berusaha sekuat tenaga tanpa menghiraukan kesan sulit yang telah digaungkan oleh orang-orang sebelum saya. Alhamdulillah dengan izin Allah, saya sanggup menuntaskan studi S2 saya di Al-Azhar,” tambahnya.

Kemudian ia juga berpesan di selesai wawancara kepada mahasiswa ingusan di bawahnya untuk tidak menghiraukan pendapat orang lain yang menjatuhkan, selalu mendengarkan kata hati dan tawakkal kepada Allah.

“Bang Salman sangat gigih dalam menuntaskan masternya. Dia tidak pernah patah semangat, nilai Mumtaz sangat cocok diberikan padanya,” ucap Tgk. Khairul Badri, sobat seperjuangan Tgk. Salman dan serumah di Matharea. (TR)




banner
Previous Post
Next Post