Wednesday 27 November 2019

Sepuluh Bahasa Cinta Dalam Mendidik Anak (1)

Sepuluh Bahasa Cinta Dalam Mendidik Anak  Sepuluh Bahasa Cinta Dalam Mendidik Anak (1)


Jadilah Orang Tua Betulan, Bukan Kebetulan Kaprikornus Orang Tua

Setiap orang yang berpikir sehat tentunya setuju bahwa mendidik anak itu perlu ilmu. Jangankan mendidik anak, hanya sekedar masak nasi pun butuh ilmu kan?
Apalagi mendidik anak yang diposisikan dalam jalur ibadah ini dan dibutuhkan menghasilkan amal-amal jariyah. Benarlah kata Imam Al-Bukhari rahimahullah, al-’ilmu qoblal qaul wal ‘amal.
Apabila kita telah sama-sama tahu bahwa mendidik anak itu sangat butuh ilmu, marilah kita bandingkan antara dua aktifitas keseharian kita, yaitu mendidik anak dan bekerja.
Banyak orang yang sangat antusias mempersiapkan diri untuk menjadi pegawai atau profesi tertentu yang menjadi cita-citanya sejak duduk di SD. Tidak hanya sekedar acara utama KBM di kelas, namun juga belajar khusus dan kursus pun dijalani untuk sebuah persiapan itu, bahkan hingga kuliah gelar S3 bukan?
Hal itu berarti untuk urusan pekerjaan bagi banyak orang harus benar-benar menjadi ‘profesionalis betulan’ dan bukan ‘kebetulan profesional’ kan?
Namun…
Untuk urusan menjadi orang tua, sang pendidik anak, apakah banyak orang mempersiapkan diri menyerupai persiapan mereka untuk menjadi profesionalis? Bukankah urusan pekerjaan itu pada umumnya ada jam kerja yang terbatas beberapa jam saja? Adapun kiprah menjadi orang renta dan mendidik anak tak terbatasi dengan ‘jam kerja’ bukan?
Tapi…
Lihatlah kenyataannya antara dua urusan tersebut, sungguh jauh berbeda. Banyak lho, lelaki yang menyandang gelar ‘bapak’, hanya sebab istrinya melahirkan anak. Dan gak kalah banyaknya, perempuan yang dijuluki ibu, hanya sebab gres saja melahirkan sang jabang bayi.
Yang pria yaitu bapak ‘kebetulan’ , nah yang perempuan yaitu ibu ‘tak diprogram’. Kalau urusan pekerjaan, hingga harus melaksanakan standarisasi dan sertifikasi, namun bila urusan menjadi orang renta sang pendidik anak, cukuplah belajar sambil eksklusif magang ataulearning by doing.
Ini menyerupai dengan prinsip muda foya-foya, renta kaya raya, dan mati masuk surga! Urusan mendidik anak, bukan asal punya uang sehingga dapat memasukkan sang anak ke sekolah unggulan. Boleh jadi, sekolahnya yang unggulan, namun lulusannya dapat saja bukan insan unggulan. Terlalu banyak perkara yang tidak dapat dibeli dengan uang.
Ustadzuna Abdullah Zaen, MA hafizhahullah mengatakan, “Uang memang dapat membeli kawasan tidur yang mewah, tetapi bukan tidur yang lelap. Uang dapat membeli rumah yang lapang, tetapi bukan kelapangan hati untuk tinggal di dalamnya. Uang juga dapat membeli pesawat televisi yang sangat besar untuk menghibur anak, tetapi bukan kebesaran jiwa untuk memberi pemberian ketika mereka terempas. Betapa banyak belum dewasa yang ringkih jiwanya, padahal mereka tinggal di rumah-rumah yang kokoh bangunannya. Mereka mendapat apa saja dari orangtuanya, kecuali perhatian, ketulusan dan kasih sayang” (Dinukil dan diolah dari : http://tunasilmu.com/jurus-jitu-mendidik-anak/).
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post