Tuesday, 19 November 2019

Sumber Referensi Dalam Menafsirkan Al-Qur`An (2)

Karim ditafsirkan dengan Sabda Rasulullah Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (2)  Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (1)

Rujukan Kedua: Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (As-Sunnah)

Al-Qur`an Al-Karim ditafsirkan dengan Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (As-Sunnah), alasannya yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan Allah Ta’ala yang memberikan firman Allah Ta’ala kepada umatnya, sehingga beliaulah insan yang paling mengetahui perihal maksud Allah Ta’ala dalam firman-Nya.

Beberapa Contoh Penafsiran Al-Qur`an dengan Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di antaranya:

  1. Firman Allah Ta’ala

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka abadi di dalamnya” (QS.Yunus : 26).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menafsirkan tambahannya dalam ayat yang mulia di atas dengan melihat wajah Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Syuhaib bin Sinan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إذا دخل أهل الجنة الجنة قال يقول الله تبارك وتعالى تريدون شيئا أزيدكم فيقولون ألم تبيض وجوهنا ألم تدخلنا الجنة وتنجنا من النار قال فيكشف الحجاب فما أعطوا شيئا أحب إليهم من النظر إلى ربهم عز وجل

“Apabila penduduk nirwana masuk kedalam surga, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu untuk Aku tambahkan kepada kalian.’ Maka mereka pun menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami?’ Bukankah Engkau telah memasukkan kami kedalam surga, dan Engkau telah menyelamatkan kami dari neraka?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu Allah menyingkap tabir, maka tidaklah mereka diberi suatu anugerah yang lebih mereka cintai daripada melihat Rabb mereka Azza wa Jalla.’ Dalam jalur riwayat lain, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat yang agung ini,

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ

“ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah)” ([QS.Yunus: 26] HR. Imam Muslim: 181).
  1. Firman Allah Ta’ala,

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kau sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kau menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang orang selain mereka yang kau tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kau nafkahkan di jalan Allah, pasti akan dibalasi dengan cukup kepadamu, dan kau tidak akan dianiaya (dirugikan)” (QS.Al-Anfal: 60),  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menafsirkan kekuatan dalam ayat ini dengan lemparan (anak panah). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu mengatakan,

“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sedangkan dia berada di atas mimbar,
{وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ} ألا إن القوة الرمي ألا إن القوة الرمي ألا إن القوة الرمي

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kau sanggupi” (QS.Al-Anfal: 60), ketahuilah bersama-sama kekuatan itu yaitu lontaran (anak panah). Ketahuilah bersama-sama kekuatan itu yaitu lontaran (anak panah). Ketahuilah bersama-sama kekuatan itu yaitu lontaran (anak panah)” (HR. Imam Muslim: 1917).

Dari tafsir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa kekuatan perang untuk berjihad di jalan Allah Ta’ala itu yaitu lontaran senjata perang, dan ini sesuai dengan perkembangan zaman. Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lontaran itu dengan memakai busur dan anak panah, adapun zaman sekarang, lontaran itu dengan senapan, rudal, dan senjata yang semisalnya. Demikianlah klarifikasi Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Riyadhush Shalihin.

[Bersambung]

Anda sedang membaca: “Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an”, baca lebih lanjut dari artikel berseri ini:

  1. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (1)
  2. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (2)
  3. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (3)
  4. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (4)
  5. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (5)
***

Penulis: Ust. 
Sumber Muslim.or.id
banner