
Buku ini terdiri dari delapan Bab. Bab pertama menguraikan wacana definisi ilmu, aturan mencari ilmu, ilmu wajib ‘ain, wajib kifayah, sunat, dan haram. Dalam cuilan ini juga diceritakan wacana kelebihan orang-orang yang mencari ilmu. Pada cuilan kedua penulis menguraikan wacana modal penuntut ilmu menyerupai petuah dari Imam Syafi'I Rahimahullah. Bab ketiga wacana niat menuntut ilmu dan Bab keempat menentukan kawasan menuntut ilmu serta guru yang tepat.
Pada cuilan kelima penulis menguraikan wacana cara mengoptimalkan waktu. cuilan keenam wacana how to preserve the knowladge? Tentang mendekap ilmu dan apa sajakah penyakit bagi hafalan. Sedangkan cuilan tujuh menunjukan wacana kriteria orang berakal dan cuilan kedelapan wacana mendakwahkan ilmu yang telah diperoleh.
Ada yang menarik dalam buku ini, Abdul Hamid mengajak penuntut ilmu supaya mengamalkan petuah-petuah dari para ulama besar menyerupai Imam Nawawi, Al-Ghazali, Imam Syafi'i, Syekh Mutawalli Sya'rawi, dan orang-orang yang sukses lainnya. “Salah satu yang paling penting dibetulkan oleh penuntut ilmu ialah niat. Niat harus lurus alasannya ialah Allah, bukan alasannya ialah ingin terkenal, dianggap alim, atau ingin menerima kerja, jangan hingga ria” (halaman: 95).
Waled Nu (Tgk. H. Nuruzzahri), ulama kharismatik Aceh dan juga pimpinan Dayah Ummul Ayman Samalanga mengomentari bahwa buku ini sarat dengan petunjuk dan hikmah. Layak dibaca dan dimiliki oleh penuntut ilmu dan pendakwah. Sementara Prof. Dr. Muslim Ibrahim, MA, mantan ketua MPU Aceh berkata; Menimba ilmu satu hal yang sangat berat, tetapi penulis dalam buku ini bisa membuka jalan gres yang sangat memudahkan pelajar.