Sunday, 15 December 2019

Makhluk Senantiasa Mencari Khaliq

 
Google Image

Oleh: Alvin Nur Hazafat, Lc.*

Sejak dulu, insan selalu berada di dalam konflik pemikiran. Mencari sesuatu yang berada di dalam fitrahnya, yaitu wacana penciptanya dan alam, apa diam-diam yang ada dibalik alam ini, apa diam-diam kehidupan, apa hikmahnya, apa tujuannya, ke mana perginya berjuta-juta insan yang hidup sebelum kita dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dan berapa banyak yang hingga kini masih selalu mencoba mencari diam-diam kehidupan ini.

Pencarian ini sejatinya yakni fitrah manusia, sebab insan butuh untuk mengetahui siapa penciptanya, untuk mendekatkan diri kepada-Nya, ibarat anak kecil yang butuh kedekatan pada ibunya.

Mari kita perhatikan, dulunya kita hanyalah belum dewasa dan kemudian kita menjadi pemuda, panjang atau tidaknya umur kita semua akan mati dan insan tidak bisa menghentikan takdir tersebut, insan tidak bisa menghentikan diri selalu menjadi pemuda, insan tidak bisa menghentikan diri dari kematian, di balik sana ada kekuatan yang tidak bisa kita hentikan.

Manusia mencari-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, yang telah memperlihatkan ke-Esaannya, yang telah menandakan tanpa-Nya maka alam dan kehidupan ini tidak ada, sebab Dia yakni daerah jiwa insan bermuara dan daerah hati berlindung.

Oleh sebab itu, insan akan merasa hening dari segala kesedihan dan kegelisahan jikalau mendekatkan diri kepada-Nya, memohon donasi dengan merendahkan diri dan berdoa, sebab doa yakni penghubung antara makhluk dan Sang Khaliq.

Selemah-lemah insan yakni yang tidak berdoa kepada-Nya, sebab ia tidak bisa untuk berpikir wacana tujuan dari penciptaannya, bagaimana tidak? Sedangkan Allah Ta’ala tidak menginginkan sesuatu dari hamba-Nya melainkan untuk menyembah-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Tidaklah saya membuat jin dan insan melainkan untuk menyembah-Ku”.

Manusia tidak menyembah-Nya kecuali sudah mengenal-Nya, dan tidak mengenal-Nya kecuali selalu mengingat dan berzikir kepada-Nya.

Sungguh Allah Ta’ala sudah memperlihatkan kita fasilitas untuk berzikir kepada-Nya dengan banyaknya nama-Nya yang agung, sebagaimana firman-Nya, “Hanya milik Allah asmaaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya (asmaaul husna),” dan Rasulullah shalla Allahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barangsiapa yang menghitungnya akan masuk surga,” menghitungnya berarti menghafalnya, memahaminya dan menyeru dengannya.

Apakah ada hal lain yang lebih Allah sukai dari berzikir (mengingat) kepada-Nya, sedangkan Allah berfirman, “Ingatlah (berzikirlah) kepada-Ku maka Aku akan mengingatmu!?” Maka barang siapa yang berzikir kepada Allah ia kan mendapati Allah dan barang siapa yang mendapati Allah ia akan mendapat segalanya.

Semoga Allah menimbulkan kita di antara hamba-Nya yang “apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah kepercayaan mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.

Diterjemahkan dari kitab “Fi Malakutillah Ma’a Asmaa-illah” karangan Syeikh Abd Al-Maqshud Muhammad Salim


*Penulis yakni alumni Universitas Al-Azhar, Jurusan Tafsir
banner

Related Posts: