Penjelasan Kasyfus Syubuhat (3) : Kandungan Kitab
1.
5. Kandungan kitab ini
Berikut ini penyusun akan menuliskan kandungan kitab ini secara keseluruhan dalam bentuk global, dengan maksud mengatakan citra awal perihal apa kandungan kitab yang sangat bermanfaat ini. Sehingga diperlukan nantinya sanggup membantu para pembaca memahami matan dan syarah (penjelasan) kitab ini, khususnya bagi saudara-saudaraku yang mendapatkan kesempatan emas dari Rabb kita Azza wa Jalla untuk mempelajari kitab ini lebih lanjut.
Penjelasan yang penyusun akan paparkan di sini diolah dari beberapa kitab, di antaranya:
- Kitab At-Taudhihat Al-kasyifat ‘ala Kasyfisy Syubuhat, karya Syaikh Muhammad bin Abdullah Al-Habdan.
- Kitab Kasyfusy Syubuhat bi thariqah muyassaroh, Ahmad bin Abbas.
- Syarhu Kasyfisy Syubuhat, karya Syaikh Shaleh Alusy Syaikh.
- Matan Kasyfusy Syubuhat yang diterbitkan oleh Wizarotusy Syu`un Al-Islamiyyah wal Auqof wad Da’wah wal Irsyad (Kementrian Urusan Islam, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan) KSA.
Tiga pecahan besar
Secara umum, kitab ini terbagi menjadi tiga pecahan besar, yaitu:
- At-Tamhid (Pembukaan)
- Maudhu’ul kitab (Pembahasan inti kitab ini)
- Al-Khatimah (Penutup)
Adapun perincian ketiga pecahan besar kitab ini ialah sebagai berikut,
1. At-Tamhid (Pembukaan)
Bagian pembukaan ini memuat sebanyak empat belas halaman, dimulai dari ucapan penulis rahimahullah dalam matan Kasyfusy Syubuhat, hal. 1 :
بسم الله الرحمن الرحيم
“Dengan menyebut setiap nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Sampai ucapan dia pada hal. 14:
قال بعض المفسرين : هذه الآية عامة في كل حجة يأتي بها أهل الباطل إلى يوم القيامة
“Berkata sebagian Ahli Tafsir, “Ayat ini umum meliputi setiap hujah (alasan) yang dibawa oleh hebat batil (musyrikin dan yang semisal mereka, pent.) hingga hari Kiamat.”
Fungsi Pembukaan
Pembukaan di sini kedudukannya sebagai pengantar, persiapan dan dasar untuk hingga kepada pembahasan utama, berupa syubuhat dan bantahannya. Pembukaan ini berisikan dalil-dalil dasar dan kaidah-kaidah asasi untuk membantah orang-orang musyrik. Isi dari pendahuluan di sini terdiri dari dua belas hal yang sangat vital, terdiri dari kaidah, prinsip, ataupun perkara yang mendasar. Hal ini sangatlah bermanfaat sebagai bekal membentengi diri bagi Ahli Tauhid dari syubhat.
Kaidah-kaidah atau perkara dasar yang terdapat di dalam pecahan pembukaan
Berikut ini kaidah-kaidah atau perkara dasar yang sangat penting tersebut.
- Definisi Tauhid
- Definisi Ibadah
- Bersikap melampui batas terhadap orang salih (ghuluw) ialah alasannya ialah kesyirikan, bahkan kesyirikan pertama kali terjadi disebabkan ghuluw ini.
- Kaum musyrikin di zaman kita lebih sesat dari musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari tinjauan tertentu.
- Syirik besar ialah dosa yang tidak diampuni oleh Allah dan membatalkan keislaman seorang hamba. Adapun kaidah atau perkara dasar yang ke-6 s/d 11 memuat ciri khas musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:
- Mereka mengimani Tauhidur Rububiyyah, namun hal itu tidaklah memasukkan mereka kedalam agama Islam.
- Mereka mengenal Allah ‘Azza wa Jalla dan melaksanakan peribadatan kepada-Nya, namun sayangnya, mereka mencampurinya dengan kesyirikan terhadap Allah.
- Mereka mengetahui makna kalimat Tauhid Laa ilaaha illallahu.
- Mereka menolak Tauhidul Uluhiyyah dan mengingkari kalimat Tauhid.
- Sesembahan mereka beraneka ragam dan bukan hanya patung.
- Mereka meyakini bahwa malaikat, nabi dan wali Allah mempunyai kedudukan khusus di sisi Allah, sehingga mereka jadikan mediator antara mereka dengan Allah dalam beribadah dan ini ialah kesyirikan. Mereka tidaklah menyembah malaikat, nabi dan wali Allah kecuali untuk tujuan meminta syafa’at kepada mereka dan mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) dan ini ialah kesyirikan juga. Bagian pembukaan ini ditutup dengan satu kaidah yang agung, sekaligus sebagai kaidah ke-12, yaitu:
- Tidaklah kaum musyrikin membawa hujah dan syubhat yang batil kecuali di dalam Al-Qur`an niscaya ada koreksi dan klarifikasi perihal kesalahan tersebut.
Maksud dan inti dari pecahan pembukaan ini:
Di antara inti dan maksud terbesar dari pecahan pembukaan ini ialah penulis hendak mengantarkan pembaca kepada kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kaum musyrikin di zaman kita, bahkan dari tinjauan tertentu, kaum musyrikin di zaman kita lebih sesat dari kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka dari itu, sehabis mendapatkan klarifikasi yang tertera di pecahan pembukaan ini, kalau kaum musyrikin di zaman kita benar-benar menginginkan kebenaran, mereka akan mendapatkan Islam, agama Tauhid ini. Namun, kalau mereka menolak Tauhid, maka mereka akan berusaha mencari-cari pembenaran kesyirikan mereka dengan mengutarakan alasan dan syubhat guna membedakan antara diri mereka dengan kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam rangka menghindar dari tuduhan bahwa diri mereka telah melaksanakan kesyirikan. Oleh lantaran itulah, pecahan selanjutnya ialah pecahan inti kitab ini, yaitu menyebutkan syubhat kaum musyrikin yang tidak terima dan protes ketika diri mereka dikatakan telah melaksanakan kesyirikan, diikuti dengan koreksi.
2. Maudhu’ul kitab (Pembahasan inti kitab ini)
Bagian “Pembahasan inti” kitab ini terdiri dari 39 halaman, dimulai dari ucapan penulis rahimahullah dalam matan Kasyfusy Syubuhat, hal. 15:
و أنا أذكر لك أشياء مما ذكر الله في كتابه جوابا…
“Dan saya akan menyebutkan kepadamu beberapa perkara yang Allah sebutkan dalam Kitab-Nya sebagai jawaban…”
sampai ucapan penulis pada hal. 53:
فأين هذا من استغاثة العبادة و الشرك ولو كانوا يفقهون؟
“Betapa jauh perbedaan antara hal ini dengan istighatsah ibadah (yang dipersembahkan kepada selain Allah, pent.) dan kesyirikan, kalau mereka benar-benar orang-orang yang mengerti?”
Pembahasan inti kitab ini berisikan “syubhat dan koreksinya”, sedangkan penulis dalam membahasnya menempuh dua metode:
- Koreksi global (Ijmali). Koreksi jenis ini berfungsi sebagai bekal bagi Ahli Tauhid, khususnya Ahli Tauhid yang tidak bisa membantah syubhat dengan mendalam dan detail, dalam upaya membentengi dirinya dari serangan syubhat, dengan berpegang teguh kepada dalil-dalil yang muhkamat (jelas maknanya). Jadi, koreksi global ini fungsinya lebih kepada fungsi pertahanan aqidah.
- Koreksi rinci (Tafshili). Koreksi jenis ini berfungsi sebagai koreksi yang menghancurkan dan mengikis syubhat dari akarnya. Oleh lantaran itu, koreksi jenis ini ialah koreksi yang biasanya disampaikan oleh para ulama rahimahumullah.
Perlu diketahui, bahwa di dalam kitab Kasyfusy Syubuhat ini terdapat empat belas koreksi rinci kepada kaum musyrikin yang membuatkan syubhat-syubhat mereka. Di antara keempat belas koreksi rinci tersebut, terdapat tiga syubhat terbesar dibandingkan syubhat-syubhat yang selanjutnya, disertai pula koreksinya. Syubhat-syubhat tersebut ialah alasan yang dianggap paling besar lengan berkuasa oleh kaum musyrikin sebagai legitimasi kesyirikan mereka. Jika seorang Ahli Tauhid telah bisa mengoreksi syubhat terbesar kaum musyrikin tersebut, maka mengoreksi syubhat-syubhat selanjutnya menjadi lebih mudah, biidznillah.
Syubhat paling besar berdasarkan kaum musyrikin dan koreksi rincinya
- Pemahaman mereka yang salah perihal meminta syafa’at, sehingga menjadikan mereka terjatuh dalam kesyirikan. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah terhadap ayat Al-Qur`an perihal larangan beribadah kepada selain Allah atau ayat perihal sifat kaum musyrikin bahwa mereka beribadah kepada selain Allah. Penulis meluruskannya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal karakteristik peribadatan yang dilakukan oleh kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penulis meluruskannya dengan satu koreksi.
Sebelas syubhat selebihnya dan koreksi rincinya
- Pemahaman mereka yang salah perihal ibadah, sehingga mereka terjatuh dalam kesyirikan. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
- Kerancuan mereka dalam memahami Syafa’at Syar’iyyah dan syafa’at syirik, termasuk kesalahan memahami syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penulis meluruskannya dengan tiga koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal do’a, sehingga mereka terjatuh kedalam kesyirikan dengan memohon proteksi kepada orang-orang shalih. Penulis meluruskannya dengan satu koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal cakupan syirik. Penulis meluruskannya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal cakupan kekafiran. Dan penulis membantahnya dengan empat koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal kedudukan wali di sisi Allah. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal perkara yang membatalkan keislaman seorang hamba. Penulis membantahnya dengan sembilan koreksi, mengingat demikian bahayanya fitnah syubhat yang satu ini.
- Pemahaman mereka yang salah perihal cerita para sobat Nabi Muhammad dan Nabi Musa ‘alaihimash shalatu was salam. Penulis membantahnya dengan tiga koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal definisi orang yang beragama Islam. Penulis membantahnya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal istighatsah. Penulis membantahnya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah perihal cerita malaikat Jibril ‘alaihis salam ketika mengatakan tunjangan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pada ketika dia menghadapi musibah. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
3. Al-Khatimah (Penutup)
Bagian epilog ini dimuat sebanyak empat halaman, dimulai dari ucapan penulis rahimahullah dalam matan Kasyfusy Syubuhat, hal. 54:
و لنختم الكلام إن شاء الله تعالى بمسألة عظيمة
“Insyaallah Ta’ala, kami tutup risalah ini dengan suatu persoalan besar.”
Sampai ucapan dia pada hal. 57:
و صلى الله على نبينا محمد و آله وصحبه و سلم
“Semoga kebanggaan Allah di sisi malaikat muqorrabin (sholawat) serta keselamatan tercurahkan bagi Nabi kita Muhammad, pengikut beliau, dan para sobat beliau.”
Kandungan Penutup
Pada pecahan epilog kitab Kasyfusy Syubuhat ini, walaupun sudah diawali dengan kalimat “Insyaallah Ta’ala, kita tutup risalah ini…”, namun kalau kita melihat petikan selanjutnya dari kalimat matan ini, yaitu:
لا خلاف أن التوحيد لابد أن يكون بالقلب و اللسان و العمل
“Tidak ada perselisihan pendapat (diantara ulama, pent.) bahwa Tauhid wajiblah diwujudkan dengan hati, lisan, dan amal”, dan ucapan penulis selanjutnya yang memperlihatkan adanya syubhat yang perlu dibantah,
و نحن نفهم هذا و نشهد أنه الحق ولكنا لا نقدر أن نفعله
“…dan kami memahami hal ini, kami pun juga mempersaksikan bergotong-royong hal ini ialah sebuah kebenaran, namun kami tidak bisa melakukannya…”.
Kalimat-kalimat tersebut ialah sebuah aba-aba dari penulis rahimahullah kepada sebuah kaidah yang berfungsi sebagai koreksi terhadap syubhat besar dalam persoalan ini.
Alasan dikhususkannya pembahasan kaidah dan syubhat tersebut secara tersendiri di pecahan penutup
Jika kita mengamati ucapan penulis rahimahullah di baris-baris awal alinea pertama di pecahan epilog ini, maka kita bisa menyimpulkan bahwa alasan dikhususkannya pembahasan kaidah dan syubhat tersebut secara tersendiri adalah:
- Karena besar dan pentingnya kaidah ini. Hal ini nampak dari ucapan penulis rahimahullah:ولكن نفرد لها الكلام لعظم شأنها
“Namun, kami khususkan persoalan (kaedah) ini menjadi pembahasan tersendiri lantaran besar (penting)nya persoalan ini.” - Karena banyaknya kesalahan yang terjadi dalam persoalan ini, dengan adanya syubhat yang membahayakan aqidah kaum muslimin di zaman penulis rahimahullah. Hal ini nampak dari ucapan penulis rahimahullah : لكثرة الغلط فيها
“Namun, lantaran banyaknya kesalahan (yang terjadi) dalam persoalan ini.”
Fungsi pecahan Penutup
Dengan klarifikasi di atas, maka kita sanggup simpulkan bahwa fungsi dituliskannya pecahan epilog oleh penulis rahimahullah adalah sebagai peringatan atas pelanggaran terhadap Tauhid yang banyak terjadi dalam persoalan ini, sekaligus seruan untuk bertauhid dengan baik dan benar. Karena di dalam epilog ini, penulis menjelaskan wajibnya mengamalkan Tauhid, baik secara batin dan lahir, sehingga hal ini menjadi koreksi yang terperinci bagi orang yang mengetahui Tauhid namun meninggalkannya dengan alasan-alasan yang mengada-ada. Demikian pula, di pecahan epilog ini terdapat bantahan bagi murji`ah yang menyatkan bahwa kepercayaan hanya terdiri dari keyakinan dan ucapan, tanpa disertai perbuatan.
Perbedaan antara syubhat yang disebutkan pada pecahan epilog ini dengan syubhat-syubhat sebelumnya
Dalam Syarhu Kasyfisy Syubuhat, Syaikh Sholeh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa perbedaan antara syubhat yang disebutkan pada pecahan epilog ini dengan syubhat-syubhat sebelumnya adalah:
*) Bahwa syubhat-syubhat yang disebutkan sebelum epilog ini, lebih terkait dengan syubhat yang sifatnya meracuni pengetahuan Tauhid seorang hamba. Adapun syubhat yang disebutkan pada bagian penutup ini, lebih terkait dengan syubhat yang meracuni pengamalan Tauhid seorang hamba.
Dengan demikian, seseorang yang mempelajari kitab Kasyfusy Syubuhat ini diperlukan bisa terbentengi aqidahnya dari syubhat yang menyerang ilmu dan amalnya di dalam mentauhidkan Allah Ta’ala.
Bertawakal dan berdo’alah hanya kepada Allah semata!
Sebagai epilog resensi kitab Kasyfusy Syubuhat ini, penyusun hendak mengingatkan, bergotong-royong keselamatan diri kita dalam beragama Islam ialah lantaran Allah berkenan memberi hidayah kepada kita, sehingga kita bisa selamat dari aneka macam macam kegelapan syubhat. Ingatlah pula, bahwa semua kebaikan yang ada pada kita, tentulah terjadinya dengan izin Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kau mengeluarkan insan dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” ((QS. Ibraahiim: 1).
Oleh lantaran itu, mari kita sandarkan hati kita kepada Allah, bertawakal, dan berdo’a hanya kepada Allah semata, sembari berusaha keras untuk menuntut ilmu Syar’i dan mengamalkannya dengan cara yang telah dicontohkan oleh para pendahulu kita dari kalangan orang-orang salih, yaitu para sobat nabi, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang menempuh jalan yang sama dengan mereka. Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menguhkan Tauhid di hati kita dan menjaga hati kita dari efek jelek setiap syubhat. Innahu Waliyyu dzalika wal Qoodir ‘alaihi.
***
____
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id