Wednesday, 11 December 2019

Pernah Diruqyah Atau Melaksanakan Kay, Bisakah Masuk Nirwana Tanpa Hisab Tanpa Azab?

 Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?1, masih sanggup mendapat keutamaan yang terdapat dalam hadits tersebut? Tolong dijelaskan kepada kami problem ini dengan terperinci.
Jawaban
Berobat dengan kay bukanlah termasuk dosa yang tertuntut untuk ditaubati. Namun, kay termasuk salah satu bentuk pengobatan yang diperbolehkan. Sedangkan meninggalkannya ialah lebih utama. Adapun klarifikasi perihal diperbolehkannya berobat dengan kay, maka silahkan baca aliran nomor 28323.
Orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan kay, maka berpeluang mendapat komitmen yang disebutkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berupa masuk nirwana tanpa hisab.
Telah disebutkan dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, dari hadits Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa 70 ribu orang dari umat ia masuk nirwana tanpa hisab tanpa azab. Beliau ‘alaihish shalatu wa sallam menjelaskan ciri-ciri mereka adalah tidak meminta diruqyah2, tidak melaksanakan tathayyur3 serta mereka bertawakkal4 hanya kepada Rabb mereka. Dalam riwayat lain ia menjelaskan bahwa mreka tidak melaksanakan kay.
Orang yang terlanjur berobat dengan kay dalam keadaan tidak mengetahui keutamaan meninggalkan kay kemudian suatu hari ia mengetahui keutamaan meninggalkan kay, kemudian bertekad berpengaruh untuk meninggalkannya, maka kami berharap ia tidak terhalangi dari mendapat komitmen masuk nirwana tanpa hisab tanpa azab, dan (ketauhilah) karunia Allah itu luas. Hal ini sanggup diperkuat dengan adanya kabar dari ‘Imran bin Hushain radhiyallaahu ‘anhu yang mendapat kemuliaan setelah meninggalkan kay. Al-Kirmani menjelaskan dalam kitab ia Syarah Shahih Imam Al-Bukhari
bahwa Imran bin Hushain Al-Khuzaa’i Al-Bashri dahulu disalami oleh para malaikat, sampai (suatu saat) ia berobat dengan kay, sehingga para malaikat tidak menyalaminya. Setelah insiden tersebut, beliaupun meninggalkan kay, kemudian para malaikat pun kembali menyalaminya.
Jika seorang yang bertaubat dari dosa saja menyerupai orang yang tidak  berdosa, maka bagaimana lagi dengan orang yang pada asalnya tidak berdosa dan ia hanyalah sebatas melaksanakan sesuatu yang hukumnya makruh atau melaksanakan sesuatu yang menyelisihi kasus yang lebih utama? Maka, kami berharap bagi orang yang meninggalkan kay lantaran Allah (sesudah terlanjur melakukannya), masih tercakup kedalam (orang yang mendapatkan) karunia Allah dan ia termasuk kedalam 70 ribu orang yang disebutkan di dalam hadits tersebut.
Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad pernah ditanya, disela-sela klarifikasi kitab Jami’ut Tirmidzi,
من سبق أن استرقى أو اكتوى ثم تاب هل يدخل في السبعين ألفًا؟
“Orang yang terlanjur pernah meminta ruqyah atau berobat dengan kay, kemudian bertaubat, apakah ia masih sanggup termasuk kedalam 70.000 orang tersebut?”
Lalu ia menjawab:
هو على خير
“Ia berada di atas kebaikan.”
Wallahu ta’ala a’lam dan untuk menambah faedah, silahkan lihat dua aliran berikut ini, nomer: 15012 dan 35000.
Syaikh Abdul Karim Al-Khudhair rahimahullah, salah seorang anggota Haiah Kibar Al-‘Ulama KSA, pernah ditanya dengan sebuah pertanyaan, “Apakah bertaubat dari melaksanakan sesuatu yang menyelisihi sifat-sifat dari 70 ribu orang tersebut dan menyelisihi keutamaan-keutamaan yang lainnya, sanggup mengembalikan seseorang untuk kembali berpeluang mendapat keutamaan-keutamaan itu dengan izin Allah?”
Beliau menjawab,
نعم بالتوبة قد يكون وضعه أفضل بكثير مما لو لم يفعل هذه النقائص؛ فالذي يتوب من الذنب تبدل سيئاته حسنات؛ ويشهد لهذا ما صنعه عمران بن حصين من كونه يسلم عليه، ثم اكتوى فانقطع التسليم، ثم ندم فعاد إليه التسليم.
“Benar, dengan bertaubat (menyesal dan tidak mau mengulangi lagi, pent.) sanggup menimbulkan seseorang mendapat kedudukan yang lebih utama dibandingkan seandainya ia tidak melaksanakan perbuatan-perbuatan yang mengurangi keutaman tersebut. Orang yang bertaubat (dengan sempurna) dari dosa (saja) sanggup berganti keburukan-keburukannya dengan kebaikan-kebaikan.
Dan hal ini dibuktikan dengan apa yang dilakukan oleh  ‘Imran bin Hushoin,  beliau ialah orang yang pernah disalami malaikat. Lalu beliaupun melaksanakan kay, sampai (para malaikat) pun sempat berhenti dari menyalami beliau.
Kemudian ia menyesal (sehingga meninggalkan kay tersebut,pent.), maka pada hasilnya (para malaikat)pun menyalami ia kembali.”

Fatwa perihal melaksanakan kay5

Syaikh Bin Baz menjelaskan kapan meninggalkan kay dikatakan lebih utama dan menjelaskan perihal ciri khas dari 70 ribu orang yang masuk nirwana tanpa hisab dan tanpa azab. Beliau menjelaskan bahwa sebagian sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan kay. Akan tetapi, meninggalkan kay lebih utama kalau memang gampang mendapat obat lain. Kay ialah pilihan pengobatan terakhir. Namun jikalau sulit mendapat obat lain, maka boleh melaksanakan kay. Hal itu tidak menghalangi pelakunyanya dari masuk kedalam 70 ribu  orang yang masuk nirwana tanpa hisab dan tanpa azab. Hal ini karena 70 ribu orang tersebut adalah orang-orang yang konsisten di atas agama Allah dan meninggalkan apa yang Allah haramkan serta menunaikan apa yang Allah wajibkan
Beliau juga menjelaskan mengapa meninggalkan kay lebih utama. Meninggalkan kay lebih baik jikalau terdapat obat lain. Hal ini karena kay menjadikan sejenis siksaan yang diakibatkan imbas panas.

Boleh melaksanakan kay jikalau butuh

Syaikh Bin Baz rahimahullah menerangkan bolehnya melaksanakan kay jikalau dibutuhkan. Beliau menjelaskan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mereka itu ialah orang-orang yang tidak meminta diruqyah dan tidak melaksanakan kay. Hadits tersebut tidak mengatakan haramnya meminta diruqyah dan melaksanakan kay, namun hanya sebatas mengatakan bahwa meninggalkan kedua hal tersebut lebih utama.
Tidak mengapa melaksanakan kay jikalau butuh dan (hukumnya) tidak makruh dalam keadaan tersebut.

Kesimpulan

  1. Meminta ruqyah dan melaksanakan kay hukumnya ialah makruh jikalau tidak adanya kebutuhan, yaitu pada ketika gampang mendapat pengobatan lainnya.
  2. Dengan demikian, meminta ruqyah dan melaksanakan kay hukumnya ialah boleh dan tidak makruh jikalau adanya kebutuhan, yaitu: pada ketika sulit mendapat pengobatan yang lainnya.
  3. Meminta ruqyah dan melaksanakan kay jikalau ada kebutuhan menyerupai di atas, maka tidaklah mengeluarkan pelakunya dari golongan 70.000 orang yang masuk Surga tanpa hisab dan tanpa azab, asalkan terpenuhi kriteria istiqomah di atas agama Allah, melaksanakan kewajiban dan meninggalkan kasus yang Allah haramkan (bersih dari dosa)6.
___
  1. Kay ialah menempelkan besi panas atau sejenisnya pada luka  Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?
  2. Ruqyah ialah pengobatan dengan pembacaan ayat-ayat Quran atau do’a-do’a ataupun lafadz-lafadz tertentu  Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?
  3. Tathayyur ialah semua hal yang menimbulkan seseorang membatalkan perbuatannya lantaran takut malapetaka atau meneruskan perbuatannya lantaran optimis akan beruntung setelah ia melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada bukti ilmiah bahwa sesuatu tersebut sanggup mendatangkan malapetaka atau keberuntungan. (Mutiara Faidah, hal. 142)  Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?
  4. Tawakal ialah bersandarnya hati kepada Allah dengan menyerahkan segala urusan kepada-Nya dalam mendapat manfaat atau menolak bahaya/kerugian, diiringi dengan percaya kepada-Nya dan mengambil alasannya ialah yang diizinkan dalam Syari’at Islam  Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?
  5. Sumber: http://www.binbaz.org.sa/node/10393,  http://www.binbaz.org.sa/node/4097http://www.binbaz.org.sa/mat/9464http://www.binbaz.org.sa/node/10403 Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?
  6. Baca artkel berjudul : “Bagaimana cara masuk Surga tanpa hisab dan tanpa azab? Inilah jawabannya!”  Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?

***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner

Related Posts: