Faihaq Ridhallah, salah satu anggota cilik Keluarga Mahasiswa Aceh di Mesir. Putra pertama dari pasangan Tgk. Aiyub Bardan, MA dan Tgk. Hajar Safwani ini lahir di Kairo pada 9 Januari 2006, ketika kedua orang tuanya menuntut ilmu di negeri para anbiya.
Tahun 2009 di umur yang masih sangat belia, Bang Fay –demikian ia kerap disapa- pulang ke kampung halaman, Aceh tercinta. Bertepatan sehabis Tgk. Aiyub menuntaskan studi Magister pada jurusan Bahasa Arab. Usia 4 tahun Fayhaq terdaftar sebagai anak didik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al Hidayah- Meusara Agung Keutapang Aceh Besar.
Tahun 2011, Fayhaq melanjutkan studinya kejenjang Taman Kanak-Kanak Pertiwi di Geuceu Menara Banda Aceh. Dipilihnya Banda Aceh alasannya yaitu kebetulan Tgk. Aiyub menjadi dosen UIN Ar Raniry.
Akhir tahun 2011, Fayhaq bersama keluarganya meninggalkan Indonesia menuju kota kelahirannya di Kairo. Berhubung keberangkatannya sudah melewati tahun aliran baru, ia kembali di daftarkan pada aneka macam Taman Kanak-kanak di Mesir, diantaranya: Hadhanah New Baby Mutsallats, Taman Kanak-kanak ABA dan terakhir di Sekolah Raudhatul Hafidz-Hay Tsamin.
Barulah tahun 2012 Fayhaq mengikuti test masuk di Orman Language School, dan berkat izin Allah SWT ia dinyatakan lulus. Saat ini ia masih duduk di kelas II SD dan selalu menjadi terbaik di kelas, dengan nilai rata rata 100.
Kesehariannya, Fayhaq sama ibarat anak biasa, ia berangkat ke sekolah dari jam 07.00 CLT dan gres pulang ke rumah pada jam 14.30 CLT. Ia masuk sekolah setiap hari kecuali hari Jum'at dan Sabtu alasannya yaitu kedua hari tersebut merupakan hari libur bagi sekolahnya.
Sementara di hari libur, Fayhaq bersama adiknya Farhan, mengisi waktu luang untuk menghafal Al-Qur'an di Madrasah Tahfidz Qur'an Ma'sharawi yang terletak di hay Tsamin. Di hari libur lainnya, biasanya ia mengisi dengan bercengkrama bersama keluarga, bermain scooter atau bermain bola sembari menikmati indahnya alam di taman. Hadiqah Dauliyah dan Hadiqah Thifl yaitu taman andalannya bang Fay.
Di hari libur yang lain, Jum'at misalnya, Bang Fay dan adeknya Farhan gres menggeluti aktivitas yang menjadi kesenangannya, yaitu mempelajari tata cara menulis Arab yang indah dan berkaidah (kaligrafi), yang diajari pribadi oleh mahasiswa Aceh Tgk. Mukhlis Ilyas, Lc. dan Tgk. Khairul Rafiqi, Lc.
Ilmu dan hafalan Al-Qur'an diperoleh Fayhaq dari seorang guru yang berjulukan syeikh Syu’aib Muhammad di Markaz Qur'an Ahmad Isa Ma'sharawi hay-Tsamin. Sampai kini, bang Fay sudah menghafal dua juz (juz 29 dan 30).
Proses berguru mengajar di Markaz Qur'an Al Ma'sharawi ini sangat menarik, untuk bawah umur yang belum bisa membaca Al Qur'an, diajarkan dua metode: pertama; Syeikh membacakan Surah yang akan dihafal, kemudian anak mengikutinya. Kedua; semoga si anak sanggup cepat membaca dan menulis Al Qur'an, diajarkanlah metode Nurul Bayan. Sementara bagi anak yang sudah bisa membaca Al Qur'an, disamping mendengar bacaaan syeikhnya, si anak juga menulis apa yang sedang ia hafalkan, cara ini bertujuan semoga hafalan si anak lebih melekat.
Di usianya yang ke tujuh ini, Fayhaq sudah mengharumkan nama Indonesia khususnya Aceh. Ia menjadi penerima tunggal dari Asia pada Musabaqah Tahfiz Qur’an yang diselenggarakan oleh Syaikh Ahmad Isa Al-Ma’sharawi.
Diputaran yang pertama ia berhasil masuk dalam sepuluh besar, kemudian pada putaran selanjutnya iapun bisa mempertahankan prestasinya sehingga tersisa 6 penerima dari 5 negara. Mereka yaitu Fayhaq Ridhallah (Indonesia), fathimah (Uzbekistan), Anas (Mesir), Maryam (Britania), Sulaiman (Prancis), Hasanah (Britania). Keenam penerima ini akan dinilai kembali berdasarkan jumlah share dan like melalui akun Facebook syeikh Ahmad Isa Ma’sharawy. Share dan like akan memperoleh nilai 60 %, sedangkan 40 % akan diperoleh berdasarkan evaluasi dewan juri.
Harapan orang renta Fayhaq dalam keikutsertaaanya pada Musabaqah ini, tidak lain semoga bang Fay bisa memetik dan mempunyai pengalaman dan pelajaran yang sangat berarti. Ayah dan Ummi Fayhaq sangat bahagia dengan minat anaknya pada Al- Quran, hampir tiap selesai shalat maghrib, mereke berdua menyimak hafalan Fayhaq dan Farhan.
Menang dan kalah dalam sebuah perlombaan itu sudah niscaya ada. Selaku orang tua, mereka selalu memberi masukan ke Bang Fayhaq, bahwa dalam perlombaan ini jangan pernah meniatkan untuk mengejar juara, tetapi niatkan untuk sanggup mempertahankan apa yang sudah dihafalkan, alasannya yaitu Qur'an itu pondasi kehidupan. (Mukhlis Ilyas, Lc.)