Suatu waktu, ada yang mengetuk pintu rumah Fatimah Ra. Ternyata yang bertamu yakni orang bau tanah dengan pakaian compang-camping. Sepertinya ia gres melaksanakan perjalanan jauh yang telah menciptakan segala yang dimilikinya yang semakin menua dimakan umur.
Lalu, Fatimah menanyakan keperluan orang bau tanah itu bertamu. Orang tersebut menceritakan nahwa ia telah bertemu Rasulullah Saw. mengadukan keadaannya yang kelaparan dan kehabisan bekal untuk pulang kerumah. Dan atas saran beliau, ia menemui Fatimah untuk minta bantuan.
Mendengar penuturan orang bau tanah itu, Fatimah pun bingung. Sebab, dirinya juga tidak memiliki persediaan makanan ataupun uang untuk diberikan kepada orang bau tanah itu. Untuk hari itu saja, ia belum makan, alasannya yakni memang tak ada sesuatu yang bisa dimakan. Pikir Fatimah, apabila ia mengusirnya, tentu saja orang bau tanah itu akan semakin bertambah kesengsaraannya.
Tak beberapa kemudian, Fatimah gres ingat bahwa beberapa hari yang lalu, ia pernah dihadiahi sebuah kalung oleh putri Hamzah bin Abdul Muthalib. Tanpa merasa berat sedikitpun, demi menolong orang bau tanah itu, ia menunjukkan satu-satunya harta berharga yang dimilikinya.
"Juallah kalung ini Insya Allah, engkau sanggup memenuhi semua kebutuhan dan bisa pulang kerumahmu," kata Fatimah.
Setelah mendapatkan pemberian Fatimah, pria bau tanah itu pergi ke masjid. Saat itu, Rasulullah Saw. masih duduk bersama para sahabat. Kemudian, ia memberitahukan pemberian Fatimah kepada Rasulullah Saw. sambil berkata,
"Wahai Rasulullah, putrimu Fatimah telah menunjukkan klung ini kepadaku untuk dijual demi memenuhi segala kebutuhanku."
Mendengar perkataan orang itu, kedua mata Rasulullah Saw. terlihat lembap dan terisak-isak. Beliau tahu perihal kalung itu yang sangat disenangi oleh putrinya itu, namun direlakan untuk diberikan demi membantu orang yang tidak mampu. Melihat hal itu, seorang sahabat yang berjulukan Amar bin Yasir minta izin kepada dia untuk membelinya. Setelah itu diizinkan, kemudian ia menanyakan harga kalung tersebut.