Malam itu Abid menunggu dengan sabar makanannya, tapi tak kunjung tiba, sampai ia sudah tak bisa lagi menahan rasa lapar. Kesabarannya pun sudah habis, ia sudah tidak berpengaruh lagi, hasilnya ia turun dari gunung dan pergi menuju rumah penyembah api yang berada di kaki gunung untuk meminta roti kepadanya, penyembah api memperlihatkan kepadanya 3 potong roti kemudian ia pergi menuju daerah ibadahnya.
Anjing penjaga rumah penyembah api berlari mengikutinya dan menghentikannya. Sang Abid melemparkan sepotong roti kepadanya sehingga ia kembali dan Abid bisa meneruskan perjalannya, anjing menghabiskan roti dan kembali menghentikan sang Abid, Abid pun melemparkan roti keduanya kepadanya dan dikala ingin pergi, namun anjing tidak melepaskannya dan tidak membiarkan Abid meneruskan perjalanannya. Sang Abid dengan murka melemparkan roti ketiganya kepadanya dan berkata: “Hai hewan kenapa kau tidak punya rasa malu! Tuanmu memperlihatkan roti ini kepadaku, namun kau tidak membiarkanku membawanya?”
Dengan izin Tuhan yang Maha Besar, anjing itu pun bisa berbicara dan berkata, “Saya bukannya tidak punya rasa malu, saya ialah anjing yang bertahun-tahun tinggal dirumah seseorang, dikala ia memperlihatkan makan kepada saya, saya tinggal bersamanya, dikala ia tidak memperlihatkan kuliner kepada saya, saya tetap berada disampingnya, suatu dikala ia mengusirku dari rumahnya, saya duduk menunggu di luar pintunya sampai shubuh, tapi justru sebaliknya kau yang tidak punya rasa malu, Tuhanmu selalu mengirimi kau kuliner setiap malam dan apapun yang kau minta Dia memberikannya, hanya satu malam saja kuliner tidak datang, kau sudah melupakan-Nya dan memutuskan korelasi dengan-Nya dan tiba kepada penyembah api untuk memenuhi hajatmu dan meminta roti kepadanya.”
Setelah mendengar perkataan ini ia sangat terkejut dan menyesal dan kembali ke daerah ibadahnya kemudian bertobat.