Setiap insan mempunyai bentuk sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain, bahkan sekalipun mereka yang kembar identik, namun sidik jarinya tidaklah sama. Keunikan sidik jari ini berperan penting dalam proses mengidentifikasi data diri seseorang. Seiring perkembangan jaman diketahui juga bahwa ada sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui potensi dan talenta anak melalui sidik jarinya.
Bagaimana Islam memandang hal tersebut?
Sebelumnya orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna dan arti khusus, namun dalam Al-Qur'an Allah merujuk kepada sidik jari yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu dan mengarahkan kepada kita arti penting sidik jari yang gres bisa dipahami jaman sekarang.
Pada masa ke-7 Masehi Al-qur'an telah menyebutkan bahwa sidik jari menjadi tanda pengenal manusia. Dalam Al-Qur'an disebutkan "Mudah bagi Allah untuk menghidupkan insan sehabis kematiannya".
Pernyataan sidik jari insan secara khusus ditekankan dalam sebuah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya :
" Apakah insan menerka bahwa kami tidak akan menumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Ya, bahkan Kami bisa menyusun (kemnali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (QS. Al-Qiyamah : 3-4).
Disebutkannya "Ujung jari" atau sidik jari ini tentu mempunyai makna khusus, terlebih dikatakan hal ini oleh pencipta alam semesta. Setelah dikaji selama bertahun tahun serta didukung dengan teknologi barulah diketahui wacana pentingnya bab badan yang satu ini, layaknya barang yang mempunyai kode unik manusiapun diberikan kode unik mirip sistim barcode sebagaimana yang digunakan pada era kini ini.
Seiring berkembangnya jaman, selain tesikologi dikenal pula metode lain untuk mengetes potensi anak, ialah metode sebuah pengukuran dengan pemindaian sidik jari anak untuk mengetahui daya bekerja otak yang paling lebih banyak didominasi dalam kaitannya dengan potensi bakat, motivasi, karakter, dan gaya mencar ilmu anak. Proses analisis sidik jari ini dianggap sanggup memperlihatkan isyarat bagi orang renta dalam teladan pengasuhan yang tepat, serta mendeteksi hingga sejauh mana daya tahan seorang anak terhadap stress. Dikatakan pula bahwa hasil dari analisis sidik jari ini bersifat objektif tanpa dipengaruhi unsur kondisi fisik sehat atau sakit, dan unsur sikologis mirip sedih, senang, atau tertekan. Dengan metode ini diperlukan orang renta juga bisa menemukan potensi kekurangan atau kelemahan pada anak, sehingga sanggup ditentukan solusi yang tepat dan baik supaya anak bisa berprestasi dan produktif, termasuk mengenali gaya mencar ilmu yang tepat bagi anak sesuai dengan bakatnya.
Ilmu yang digunakan untuk menganalisis berdasarkan sidik jari ini disebut dermatogen, inilah ilmu yang memperlajari teladan bulatan kulit atau sidik jari serta hubungannya dengan genetika badan manusia. Dalam beberapat penelitian para andal dibidang dermatogen dan kedokteran anatomi badan menemukan faktor bahwa sidik jari bersifat genetis, menyerupai sebuah kode khusus dalam diri insan yang tidak bisa dihapus atau diubah kode inipun sudah muncul saat janin berusia 13 hingga 24 minggu. Dalam ilmu ini dikatakan bahwa setiap jari bekerjasama dengan bab penggalan otak, contohnya ibu jari bekerjasama dengan otak bab depan yang juga berasosiasi dengan daypikir perencanaan dan juga dari bab cara berucap.
Namun dasar-dasar tersebut mendapat penolakan dari bidang ilmu neurologi atau ilmu yang mengkaji saraf manusia, alasannya semua bab yang ada diotak terhubung dengan semua bab jari ketimbang mengendalikan tiap jari dengan satu otak, bab masing-masing seleksi alam akan menentukan mengendalikannya cukup dengan satu dua bagian, menggunakan semua bab tidak efesien secara energi, alasannya ialah berarti energi diberikan kepada semua otak yang terhubung pada setiap jari.
Lalu bagaimana Islam memandang sidik jari bahkan anak dalam pengarahan dari orang tua?
Sebagai muslim bila kita beranjak dari teori minat dan talenta yang tidak berdasarkan islam tentu akan terjadi kesalahan, Allah ta'ala berfirman,
"..(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah membuat insan berdasarkan fitrah (tersebut)itu. Tidak ada perubahan pada firman Allah, (itulah) agama yang lurus.." (QS. Ar-Ruum : 30).
Fitrah anak harus terjaga dari ketergelinciran dan penyimpangan, dan Islam memandang keluarga bertanggung jawab atas fitrah anak, segala penyimpangan yang menimpah fitra tersebut berdasarkan pandangan Islam berpangkal dari kedua orang renta atau pendidik yang mewakilinya, pendapat itu didasarkan pada pandangan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci lahir batin dan sehat fitrahnya, lebih jauh setiap anak harus berminat untuk mempelajari hal-hal yang wajib diketahui hukumnya sebagai seorang muslim sang anak wajib tau kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim dan minta untuk selalu mendapat nilai amal tertinggi sebagai seorang muslim.
Demikian, supaya isu ini bisa memperlihatkan manfaat dalam mendidik anak anak kita dan supaya belum dewasa kita tumbuh besar menjadi belum dewasa soleh dan solehah. Aamiin.