Wednesday, 4 March 2020

Apakah Nabi Menggunakan Cincin ?

Nabi Pakai Cincin




Dalam kitab Syarah Shahih Muslim karya Imam an-Nawawi disebutkan:

قَوْله فِي حَدِيث طَلْحَة بْن يَحْيَى وَسُلَيْمَان بْن بِلَال ( عَنْ يُونُس عَنْ اِبْن شِهَاب عَنْ أَنَس رَضِيَ اللَّه عَنْهُ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبِسَ خَاتَم فِضَّة فِي يَمِينه ). وَفِي حَدِيث حَمَّاد بْن سَلَمَة عَنْ ثَابِت عَنْ أَنَس : ( كَانَ خَاتَم النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذِهِ ، وَأَشَارَ إِلَى الْخِنْصَر مِنْ يَده الْيُسْرَى ) ، وَفِي حَدِيث عَلِيّ : ( نَهَانِي صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتَخَتَّمُ فِي أُصْبُعِي هَذِهِ أَوْ هَذِهِ ، فَأَوْمَأَ إِلَى الْوُسْطَى وَاَلَّتِي تَلِيهَا ) ، وَرُوِيَ هَذَا الْحَدِيث فِي غَيْر مُسْلِم : ( السَّبَّابَة وَالْوُسْطَى ) وَأَجْمَع الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَنَّ السُّنَّة جَعْل خَاتَم الرَّجُل فِي الْخِنْصَر ، وَأَمَّا الْمَرْأَة فَإِنَّهَا تَتَّخِذ خَوَاتِيم فِي أَصَابِع .

Dari hadits Thalhah bin Yahya dan Sulaiman bin Bilal. Dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Anas, sebenarnya Rasulullah Saw menggunakan cincin perak di sebelah kanan.

Dalam hadits Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas: cincin Rasulullah Saw di sini”. Ia menunjuk jari kelingking  kanan kiri.

Dalam hadits Ali: “Rasulullah Saw melarang aku menggunakan cincin di jari ini dan ini”. dia menunjuk jari tengah dan jari di sampingnya (telunjuk). Diriwayatkan dalam kitab lain selain Shahih Muslim: “Jari telunjuk dan jari tengah”. Kaum muslimin setuju bahwa Sunnah meletakkan cincin di jari kelingking. Sedangkan wanita menggunakan cincin di jari jemarinya.

وَأَمَّا الْحُكْم فِي الْمَسْأَلَة عِنْد الْفُقَهَاء فَأَجْمَعُوا عَلَى جَوَاز التَّخَتُّم فِي الْيَمِين ، وَعَلَى جَوَازه فِي الْيَسَار ، وَلَا كَرَاهَة فِي وَاحِدَة مِنْهُمَا ، اِخْتَلَفُوا أَيَّتهمَا أَفْضَل ؟ فَتَخَتَّمَ كَثِيرُونَ مِنْ السَّلَف فِي الْيَمِين ، وَكَثِيرُونَ فِي الْيَسَار ، وَاسْتَحَبَّ مَالِك الْيَسَار ، وَكَرِهَ الْيَمِين . وَفِي مَذْهَبنَا وَجْهَانِ لِأَصْحَابِنَا : الصَّحِيح أَنَّ الْيَمِين أَفْضَل لِأَنَّهُ زِينَة ، وَالْيَمِين أَشْرَفَ ، وَأَحَقّ بِالزِّينَةِ وَالْإِكْرَام

Adapun hikmah dalam duduk perkara ini berdasarkan para hebat Fiqh, mereka setuju bahwa menggunakan cincin di sebelah kanan, boleh di sebelah kiri, tidak makruh di kanan atau di kiri. Mereka ikhtilaf, di sebelah mana yang lebih afdhal? Banyak kalangan Salaf yang menggunakan cincin di sebelah kanan, banyak juga yang menggunakan di sebelah kiri. Imam Malik menganjurkan di sebelah kiri, makruh di sebelah kanan. Menurut Mazhab Syafi’I, ada dua pendapat: berdasarkan pendapat yang shahih sebelah kanan lebih afdhal, alasannya yaitu perhiasan, sebelah kanan itu lebih mulia dan lebih berhak untuk diberi embel-embel serta lebih menawarkan kemuliaan.

Tentang Qunut Shubuh Mazhab Syafi

Qunut Shubuh Mazhab Syafi'i


(Dikutip Dari Kitab: Kifâyat al-Akhyâr fi Hall Ghâyat al-Ikhtishâr,

Karya: Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi asy-Syafi’i. Juz: 1, halaman: 114-115).
(كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار، تقي الدين أبو بكر بن محمد الحسيني الحصني الدمشقي الشافعي: جـ: 1، صـ: 114-115).

وأما القنوت فيستحب في اعتدال الثانية في الصبح لما رواه أنس رضي الله عنه قال: {ما زال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقنت في الصبح حتى فارق الدنيا} رواه الإمام أحمد وغيره قال ابن الصلاح: قد حكم بصحته غير واحد من الحفاظ: منهم الحاكم والبيهقي والبلخي قال البيهقي: العمل بمقتضاه عن الخلفاء الأربعة،

Adapun Qunut, maka dianjurkan pada I’tidal kedua dalam shalat Shubuh berdasarkan riwayat Anas, ia berkata: “Rasulullah Saw terus menerus membaca doa Qunut pada shalat Shubuh sampai dia meninggal dunia”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam lainnya. Imam Ibnu ash-Shalah berkata, “Banyak para al-Hafizh (ahli hadits) yang menyatakan hadits ini yaitu hadits shahih. Diantara mereka yaitu Imam al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Balkhi”. Al-Baihaqi berkata, “Membaca doa Qunut pada shalat Shubuh ini berdasarkan tuntunan dari empat Khulafa’ Rasyidin”.
وكون القنوت في الثانية رواه البخاري في صحيحه وكونه بعد رفع الرأس من الركوع فلما رواه الشيخان عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم: {لما قنت في قصة قتلى بئر معونة قنت بعد الركوع فقسنا عليه قنوت الصبح} نعم في الصحيحين عن أنس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم {كان يقنت قبل الرفع من الركوع} قال البيهقي: لكن رواة القنوت بعد الرفع أكثر وأحفظ فهذا أولى فلو قنت قبل الركوع قال في الروضة: لم يجزئه على الصحيح ويسجد للسهو على الأصح.

Bahwa Qunut Shubuh itu pada rakaat kedua berdasarkan riwayat Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya. Bahwa doa Qunut itu sesudah ruku’, berdasarkan riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah bahwa saat Rasulullah Saw membaca doa Qunut pada dongeng korban pembunuhan bencana sumur Ma’unah, dia membaca Qunut sesudah ruku’. Maka kami Qiyaskan Qunut Shubuh kepada riwayat ini. Benar bahwa dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Saw membaca doa Qunut sebelum ruku’. Al-Baihaqi berkata: “Akan tetapi para periwayat hadits ihwal Qunut sesudah ruku’ lebih banyak dan lebih hafizh, maka riwayat ini lebih utama”. Jika seseorang membaca Qunut sebelum ruku’, Imam Nawawi berkata dalam kitab ar-Raudhah, “Tidak sah berdasarkan pendapat yang shahih, ia mesti sujud sahwi berdasarkan pendapat al-Ashahh”.
 ولفظ القنوت

 {اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما أعطيت وقني شر ما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك وإنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت}

 هكذا رواه أبو داود والترمذي والنسائي وغيرهم بإسناد صحيح أعني بإثبات الفاء في فإنك وبالواو في وإنه لا يذل. قال الرافعي: وزاد العلماء {ولا يعز من عاديت} قبل {تباركت ربنا وتعاليت}، وقد جاءت في رواية البيهقي، وبعده {فلك الحمد على ما قضيت أستغفرك وأتوب إليك}. واعلم أن الصحيح أن هذا الدعاء لا يتعين حتى لو قنت بآية تتضمن دعاء، وقصد القنوت تأدت السنة بذلك،

Lafaz Qunut:

“Ya Allah, berilah hidayah kepadaku menyerupai orang-orang yang telah Engkau beri hidayah. Berikanlah kebaikan kepadaku menyerupai orang-orang yang telah Engkau beri kebaikan. Berikan saya kekuatan menyerupai orang-orang yang telah Engkau beri kekuatan. Berkahilah bagiku terhadap apa yang telah Engkau berikan. Peliharalah saya dari kejelekan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau memutuskan dan tidak ada sesuatu yang ditetapkan bagi-Mu. Tidak ada yang merendahkan orang yang telah Engkau beri kuasa. Maka Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Engkau Maha Agung”.

Demikian diriwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan lainnya dengan sanad sahih. Maksud saya, dengan aksara Fa’ pada kata: فإنك dan aksara Waw pada kata: وإنه لا يذل.

Imam ar-Rafi’i berkata: “Para ulama menambahkan kalimat: ولا يعز من عاديت (Tidak ada yang sanggup memuliakan orang yang telah Engkau hinakan). Sebelum kalimat:تباركت ربنا وتعاليت (Maka Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Engkau Maha Agung).

Dalam riwayat Imam al-Baihaqi disebutkan, sesudah doa ini membaca doa:
فلك الحمد على ما قضيت أستغفرك وأتوب إليك

(Segala puji bagi-Mu atas semua yang Engkau tetapkan. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu).

Ketahuilah bahwa bekerjsama doa ini tidak tertentu. Bahkan jikalau seseorang membaca Qunut dengan ayat yang mengandung doa dan ia meniatkannya sebagai doa Qunut, maka sunnah telah dilaksanakan dengan itu.
ويقنت الإمام بلفظ الجمع بل يكره تخصيص نفسه بالدعاء لقوله صلى الله عليه وسلم {لا يؤم عبد قوماً فيخص نفسه بدعوة دونهم فإن فعل فقد خانهم} رواه أبو داود والترمذي وقال: حديث حسن، ثم سائر الأدعية في حق الإمام كذلك أي يكره له إفراد نفسه صرح به الغزالي في الإحياء وهو مقتضى كلام الأذكار للنووي.

Imam membaca Qunut dengan lafaz jama’, bahkan makruh bagi imam mengkhususkan dirinya dalam berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Janganlah seorang hamba mengimami sekelompok orang, kemudian ia mengkhususkan dirinya dengan suatu doa tanpa mengikutsertakan mereka. Jika ia melaksanakan itu, maka sungguh ia telah mengkhianati mereka”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan at-Tirmidzi. Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan”. Kemudian demikian juga halnya dengan semua doa-doa, makruh bagi imam mengkhususkan dirinya saja. Demikian dinyatakan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumiddin. Demikian juga makna pendapat Imam Nawawi dalam al-Adzkar.
 والسنة أن يرفع يديه ولا يمسح وجهه لأنه لم يثبت قاله البيهقي ولا يستحب مسح الصدر بلا خلاف بل نص جماعة على كراهته قاله في الروضة. ويستحب القنوت في آخر وتره وفي النصف الثاني من رمضان كذا رواه الترمذي عن علي رضي الله عنه وأبو داود عن أبي بن كعب، وقيل يقنت كل السنة في الوتر قاله النووي في التحقيق فقال: إنه مستحب في جميع السنة، قيل يقنت في جميع رمضان، ويستحب فيه قنوت عمر رضي الله عنه ويكون قبل قنوت الصبح قاله الرافعي وقال النووي: الأصح بعده لأن قنوت الصبح ثابت عن النبي صلى الله عليه وسلم في الوتر فكان تقديمه أولى، والله أعلم.

Sunnah mengangkat kedua tangan dan tidak mengusap wajah, alasannya yaitu tidak ada riwayat ihwal itu. Demikian dinyatakan oleh al-Baihaqi. Tidak dianjurkan mengusap dada, tidak ada perbedaan pendapat dalam persoalan ini. Bahkan sekelompok ulama menyebutkan secara nash bahwa aturan melaksanakan itu makruh, demikian disebutkan Imam Nawawi dalam ar-Raudhah. Dianjurkan membaca Qunut di tamat Witir dan pada paruh kedua bulan Ramadhan. Demikian diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Imam Ali dan Abu Daud dari Ubai bin Ka’ab. Ada pendapat yang menyampaikan dianjurkan membaca Qunut pada shalat Witir sepanjang tahun, demikian dinyatakan Imam Nawawi dalam at-Tahqiq, ia berkata: “Doa Qunut dianjurkan dibaca (dalam shalat Witir) sepanjang tahun”. Ada pendapat yang menyampaikan bahwa doa Qunut dibaca di sepanjang Ramadhan. Dianjurkan semoga membaca doa Qunut riwayat Umar, sebelum Qunut Shubuh, demikian dinyatakan oleh Imam ar-Rafi’i. Imam Nawawi berkata, “Menurut pendapat al-Ashahh, doa Qunut rirwayat Umar dibaca sesudah doa Qunut Shubuh. Karena riwayat Qunut Shubuh besar lengan berkuasa dari Rasulullah Saw pada shalat Witir. Maka lebih utama untuk diamalkan. Wallahu a’lam.

Hukum Menambahkan Kalimat Sayyidina

Menambahkan Sayyidina


Kami awali dengan menyebutkan beberapa dalil firman Allah SWT secara mutlak menyebutkan Nabi Yahya AS dengan lafaz Sayyid dalam firman-Nya,

فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ

وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39)

Sesungguhnya Allah menggembirakan kau dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu)”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 39). Apakah layak memakai kata Sayyid kepada Nabi Yahya AS, sementara kepada Nabi Muhammad SAW tidak memakai kata tersebut, sedangkan terperinci bahwa Nabi Muhammad SAW itu lebih utama dari Nabi Yahya AS dan para nabi lainnya serta seluruh makhluk, itu sudah merupakan masalah agama Islam yang telah diketahui secara pasti.

Jika kita perhatikan ayat-ayat ini secara umum, maka kita akan menemukan suatu dorongan biar menghormati dan memuliakan Nabi Muhammad SAW, diantaranya yaitu ayat, “Janganlah kau jadikan panggilan Rasul diantara kau menyerupai panggilan sebahagian kau kepada sebahagian (yang lain)”. (Qs. An-Nur [24]: 63). Ini yaitu perintah dari Allah SWT, meskipun perintah ini bukan perintah yang mengandung makna wajib, akan tetapi minimal tidak kurang dari sebuah anjuran, dan mengucapkan Sayyidina Muhammad yaitu salah satu bentuk penghormatan dan memuliakan Nabi Muhammad SAW.

Adh-Dhahhak berkata dari Ibnu Abbas, “Mereka mengatakan, ‘Wahai Muhammad’, dan ‘Wahai Abu Al Qasim’. Maka Allah melarang mereka menyampaikan itu untuk mengagungkan nabi-Nya”. Demikian juga yang dikatakan oleh Mujahid dan Sa’id bin Jubair. Qatadah berkata, “Allah memerintahkan biar menghormati nabi-Nya, biar memuliakan dan mengagungkannya serta memakai kata Sayyidina”. Muqatil mengucapkan kalimat yang sama. Imam Malik berkata dari Zaid bin Aslam, “Allah memerintahkan mereka biar memuliakan Nabi Muhammad SAW”.

Adapun beberapa dalil dari hadits, dalam hadits berikut ini Rasulullah SAW menyebut dirinya dengan lafaz Sayyid di dunia, ia juga mengingatkan akan kepemimpinannya di darul abadi kelak dengan keterangan yang terperinci sehingga tidak perlu penakwilan, berikut ini kutipannya:

  1. Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda,

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Aku yaitu Sayyid (pemimpin) anak cucu (keturunan) Adam pada hari kiamat”. Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id Al Khudri dengan tambahan, وَلَا فَخْرَ  “Bukan keangkukan”. Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah,     أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Aku yaitu pemimpin insan pada hari kiamat”.

  1. Dari Sahl bin Hunaif, ia berkata, “Kami melewati pemikiran air, kami masuk dan mandi di dalamnya, saya keluar dalam keadaan demam, hal itu disampaikan kepada Rasulullah SAW, ia berkata, ‘Perintahkanlah Abu Tsabit biar memohon perlindungan’. Maka saya katakan,يَاسَيِّدِي وَالرُّقَى صَالِحَةٌ ‘Wahai tuanku, bukankah ruqyah lebih baik’. Beliau menjawab, لَا رُقْيَةَ إِلَّا فِي نَفْسٍ أَوْ حُمَةٍ أَوْ لَدْغَةٍ ‘Tidak ada ruqyah kecuali pada jiwa atau demam panas atau sengatan (binatang berbisa)’.” Perhatian, dalam hadits ini Sahl bin Hunaif memanggil Rasulullah SAW dengan sebutan Sayyidi dan Rasulullah SAW tidak mengingkarinya. Ini yaitu dalil legalisasi dari Rasulullah SAW. Tidak mungkin Rasulullah SAW mengakui suatu perbuatan shahabat yang bertentangan dengan syariat Islam.


  1. Terdapat banyak riwayat yang shahih yang menyebutkan lafaz Sayyidi yang diucapkan para shahabat. Diantaranya yaitu hadits yang diriwayatkan Aisyah dalam dongeng kedatangan Sa’ad bin Mu’adz untuk memimpin di Bani Quraizhah, Aisyah berkata:قُومُوا إِلَى سَيِّدِكم فَأَنْزَلُوْهُ “Berdirilah kau untuk (menyambut) pemimpin kamumereka menurunkannya”. Al Khaththabi berkata dalam klarifikasi hadits ini, “Dari hadits ini sanggup diketahui bahwa ucapan seseorang kepada sahabatnya, “Ya sayyidi (wahai tuanku)” bukanlah larangan, bila ia memang baik dan utama. Tidak boleh mengucapkan itu kepada seseorang yang jahat”.

Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata,قُومُوا لِسَيِّدِكُمْ “Berdirilah kau untuk (menyambut) pemimpin kamu”. Tanpa lafaz, “mereka menurunkannya”. Berdiri tersebut yaitu untuk menghormati Sa’ad RA, bukan lantaran ia sakit. Jika mereka bangun lantaran ia sakit, maka tentunya ucapan yang dikatakan kepadanya adalah, “Berdirilah kau untuk menyambut orang yang sakit”, bukan “Berdirilah kau untuk menyambut pemimpin kamu”. Yang diperintahkan untuk bangun hanya sebagian mereka saja, bukan semuanya.

  1. Diriwayatkan dari Abu Bakarah, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW, Al Hasan bin Ali berada di sampingnya, dikala itu ia menyambut beberapa orang, ia berkata,

إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ

Sesungguhnya anakku ini yaitu seorang pemimpin, semoga dengannya Allah mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin”.

  1. Umar bin Al Khaththab RA berkata,أَبُو بَكْرٍ سَيِّدُنَا وَأَعْتَقَ سَيِّدَنَا يَعْنِي بِلَالًا

“Abu Bakar yaitu pemimpin kami, ia telah membebaskan pemimpin kami”, yang ia maksudkan yaitu Bilal.

  1. Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan bahwa Ummu Ad-Darda’ berkata,حَدَّثَنِي سَيِّدِي أَبُو الدَّرْدَاءِ“Tuanku Abu Ad-Darda’ memberitahukan kepadaku, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,دُعَاءُ الأَخِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابٌ “Doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya itu yaitu doa yang dikabulkan”.


  1. Rasulullah SAW bersabda,الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ“Al Hasan dan Al Husein yaitu dua pemimpin perjaka penghuni surga”.


  1. Rasulullah SAW bersabda,

أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ سَيِّدَا كُهُولِ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنْ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ مَا خَلَا النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ

Abu Bakar dan Umar yaitu dua pemimpin orang-orang bau tanah penghuni nirwana dari semenjak insan generasi awal hingga terakhir, kecuali para nabi dan rasul”.

  1. Rasulullah SAW bersabda,اَلْحَلِيْمُ سَيِّدٌ فِي الدُّنْيَا وَسَيِّدٌ فِي الآخِرَةِ“Orang yang sabar itu menjadi pemimpin di dunia dan akhirat”.


  1. Rasulullah SAW berkata kepada Fathimah Az-Zahra’ RA,

أَمَا تَرْضِيْنَ أَنْ تَكُوْنِيْ سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْجَنَّةِ

Apakah engkau tidak mau menjadi pemimpin perempuan penduduk surga”.

  1. Al Maqburi berkata, “Kami bersama Abu Hurairah, kemudian tiba Al Hasan bin Ali, ia mengucapkan salam, orang banyak membalasnya, ia pun pergi, Abu Hurairah bersama kami, ia tidak menyadari bahwa Al Hasan bin Ali datang, kemudian dikatakan kepadanya, “Ini yaitu Al Hasan bin Ali mengucapkan salam”, maka Abu Hurairah menjawab,وَعَلَيْكَ يَا سَيِّدِي“Keselamatan juga bagimu wahai tuanku”. Mereka berkata kepada Abu Hurairah, “Engkau katakan ‘Wahai tuanku’?”. Abu Hurairah menjawab, أَشْهَدُ أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ  “Aku bersaksi bahwa Rasulullah SAW bersabda, إِنَّهُ سَيِّدٌ“Ia –Al Hasan bin Ali- yaitu seorang pemimpin”.

Kata Sayyid dan Sayyidah dipakai pada Fathimah, Sa’ad, Al Hasan, Al Husein, Abu Bakar, Umar dan orang-orang yang sabar secara mutlak, dengan demikian maka kita lebih utama untuk menggunakannya.

Dari dalil-dalil diatas, maka jumhur ulama muta’akhkhirin dari kalangan Ahlussunnah waljama’ah beropini bahwa boleh hukumnya memakai lafaz Sayyid kepada Nabi Muhammad SAW, bahkan sebagian ulama beropini hukumnya dianjurkan, lantaran tidak ada dalil yang mengkhususkan dalil-dalil dan nash-nash yang bersifat umum ini, oleh alasannya yaitu itu maka dalil-dalil ini tetap bersifat umum dan lafaz Sayyid digunakan di setiap waktu, apakah di dalam shalat maupun di luar shalat.

Imam Ibnu ‘Abidin berkata dalam kitab Hasyiahnya sesuai dengan pendapat pengarang kitab Ad-Durr, Ibnu Zhahirah, Ar-Ramli Asy-Syafi’i dalam kitab Syarahnya terhadap kitab Minhajkarya Imam Nawawi dan para ulama lainnya, menurutnya, “Yang paling afdhal yaitu mengucapkannya dengan lafaz Sayyid”.

Dalam kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi, halaman: 4 disebutkan, “Diriwayatkan kepada kami dari As-Sayyid Al Jalil Abu Ali Al Fudhail bin ‘Iyadh, ia berkata, ‘Tidak melaksanakan suatu amal lantaran orang banyak yaitu perbuatan riya’, sedangkan melaksanakan suatu amal lantaran orang banyak yaitu syirik, keikhlasan akan menciptakan Allah mengampunimu dari riya’ dan syirik itu’.” Kitab ini ditahqiq oleh Abdul Qadir Al Arna’uth, ia juga melaksanakan takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat dalam kitab ini. Pada bab bawah, halaman: 4, no.2, ia berkata, “Di dalamnya terkandung aturan boleh memakai kata Sayyid kepada selain Allah SWT. Ada pendapat yang menyampaikan hukumnya makruh bila dengan huruf alif dan lam (اَلسَّيِّدُ). Ini yaitu dalil boleh hukumnya memakai kata As-Sayyid kepada selain Allah SWT. Demikian klarifikasi dari Syekh Abdul Qadir Al Arna’uth dalam kitab Al Adzkar, cetakan tahun 1971M, Dar Al Mallah.

Bagi orang yang sedang melaksanakan shalat, pada dikala tasyahhud dan pada dikala membaca shalawat Al Ibrahimiah, dianjurkan biar mengucapkan Sayyidina sebelum menyebut nama Nabi Muhammad SAW. Maka dalam shalawat Al Ibrahimiah itu kita ucapan lafaz Sayyidina. Karena sunnah tidak hanya diambil dari perbuatan Rasulullah SAW, akan tetapi juga diambil dari ucapan beliau. Penggunaan kata Sayyidina ditemukan dalam banyak hadits Nabi Muhammad SAW. Ibnu Mas’ud memanggil ia dalam bentuk shalawat, ia berkata, “Jika kau bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka bershawalatlah dengan baik, lantaran kau tidak mengetahui mungkin shalawat itu diperlihatkan kepadanya”. Mereka berkata kepada Ibnu Mas’ud, “Ajarkanlah kepada kami”. Ibnu Mas’ud berkata, “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَاتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِينَ

وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ

“Ya Allah, jadikanlah shalawat, rahmat dan berkah-Mu untuk pemimpin para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, epilog para nabi, Nabi Muhammad SAW hamba dan rasul-Mu …”.

Dalam kitab Ad-Durr Al Mukhtar disebutkan, ringkasannya, “Dianjurkan mengucapkan lafaz Sayyidina, lantaran suplemen terhadap isu yang bergotong-royong yaitu inti dari budpekerti dan sopan santun. Dengan demikian maka menggunakannya lebih afdhal daripada tidak menggunakannya. Disebutkan Imam Ar-Ramli Asy-Syafi’i dalam kitab Syarhnya terhadap kitab Al Minhaj karya Imam Nawawi, demikian juga disebutkan oleh para ulama lainnya.

Memberikan suplemen kata Sayyidina adalah sopan santun dan tata krama kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman, “Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Al A’raf [7]: 157). Makna kata At-Ta’ziradalah memuliakan dan mengagungkan. Dengan demikian maka penetapannya berdasarkan Sunnah dan sesuai dengan isi kandungan Al Qur’an. Sebagian ulama beropini bahwa budpekerti dan sopan santun kepada Rasulullah SAW itu lebih baik daripada melaksanakan suatu amal. Itu yaitu argumentasi yang baik, dalil-dalilnya berdasarkan hadits-hadits shahih yang terdapat dalam kitab Shahih Al Bukhari dan Muslim, diantaranya yaitu ucapan Rasulullah SAW kepada Imam Ali,

امْحُ رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: لَا وَاللَّهِ لَا أَمْحُوكَ أَبَدًا  “Hapuslah kalimat, ‘Rasulul (utusan) Allah’.” Imam Ali menjawab, “Tidak, demi Allah saya tidak akan menghapus engkau untuk selama-lamanya”.

Ucapan Rasulullah SAW kepada Abu Bakar,

مَا مَنَعَكَ أَنْ تَثْبُتَ إِذْ أَمَرْتُكَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ مَا كَانَ لِابْنِ أَبِي قُحَافَةَ أَنْ يُصَلِّيَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Apa yang mencegahmu untuk menetap ketika saya memerintahkanmu?”. Abu Bakar menjawab, “Ibnu Abi Quhafah tidak layak melaksanakan shalat di depan Rasulullah SAW”.

Adapun hadits yang sering disebutkan banyak orang yang berbunyi, لَا تُسَيِّدُوْنِيْ فِي الصَّلاَةِ “Janganlah kau memakai kata Sayyidina pada namaku dalam shalat”. ini yaitu haditsmaudhu’ dan dusta, dihentikan dianggap sebagai hadits. Al Hafizh As-Sakhawi berkata dalam kitab Al Maqashid Al Hasanah, “Hadits ini tidak ada asalnya”. Juga terdapat kesalahan bahasa dalam hadits ini, lantaran asal kata ini adalah سَادَ يَسُوْدُ jadi kalimat yang benar adalah تَسُوْدُوْنِيْ. Cukuplah demikian bagi orang yang mau mendapatkan dalil, walhamdulillah rabbil ‘alamin.

Sumber: al-Mausu'ah al-Yusufiyyah

Beberapa Ihwal Hadits Palsu

HADITS PALSU


Ada beberapa ungkapan yang familiar di pendengaran kita, sebagian orang menganggapnya hadits. Tapi para mahir hadits mengkritik ungkapan tersebut bersumber dari Rasulullah Saw. Diantaranya adalah:

Kenal Diri, Kenal Tuhan.

Siapa yang mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya”.

Imam Ibnu Hajar al-Haitsami ditanya wacana hadits, “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya”. Siapakah yang meriwayatkannya? Imam Ibnu Hajar al-Haitsami menjawab, “Hadits ini tidak ada asalnya (tidak ada sanadnya). Diriwayatkan dari ucapan Yahya bin Mu’adz ar-Razi ash-Shufi. Maknanya, “Siapa yang mengetahui bahwa dirinya lemah, butuh, kurang, hina dan rapuh. Maka ia telah mengenal Tuhannya dengan sifat keagungan dan keindahan serta sifat yang layak bagi keduanya (agung dan mulia). Maka ia terus merasa diperhatikan Allah Swt (muraqabatullah) sampai Allah Swt membukakan baginya pintu musyahadah, maka hamba itu pun menjadi salah satu dari orang-orang pilihan yang Ia berikan kepada mereka ma’rifatullah (pengetahuan wacana Allah Swt). Ia pakaikan kepada mereka pakaian kesucian khalifah-Nya”. (Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, al-Fatawa al-Haditsiyyah, hal.206).

Imam as-Suyuthi berkata, Riwayat ini tidak shahih. Imam an-Nawawi pernah ditanya wacana hadits ini dalam fatwanya, dia menjawab, “Tidak kuat”. Ibnu Taimiah dan az-Zarkasyi berkata dalam kumpulan hadits populer, “Ibnu as-Sam’ani menyebutkan bahwa ini ucapan Yahya bin Mu’adz ar-Razi”. (Imam as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawa, juz.III, hal.355).

Makna hadits ini berdasarkan Imam Abu Thalib al-Makki dalam kitab Qut al-Qulub, maknanya, “Jika engkau telah mengetahui sifat-sifat dirimu dalam berinteraksi dengan makhluk, engkau tidak suka ditolak dalam hal perbuatanmu, engkau tidak suka dicela atas apa yang engkau lakukan. Maka dari itu engkau pun mengetahui sifat Tuhanmu, Ia tidak juga tidak suka penolakan dan celaan, maka ridhalah dengan ketetapan-Nya, berinteraksilah dengan-Nya dengan cara yang engkau suka jikalau cara itu digunakan untuk beriteraksi denganmu”.

Makna hadits ini berdasarkan Imam an-Nawawi, “Siapa yang telah mengetahui bahwa dirinya lemah, butuh dan menghambakan diri kepada Allah. Maka ia telah mengetahui bahwa Tuhannya itu berpengaruh dan layak disembah serta tepat secara mutlak dan mempunyai sifat-sifat yang agung”.

Aku Ingin Dikenal.

Aku yaitu harta peninggalan yang tidak dikenal. Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk, kemudian Aku buat mereka mengenal aku, maka mereka pun mengenal aku”.

Ibnu Taimiah berkata, “Bukan hadits nabi. Tidak diketahui ada sanadnya, apakah shahih atau pun dha’if”. Pendapat ini diikuti Imam az-Zarkasyi dan syekh kami (al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani)”. (Imam as-Sakhawi, al-Maqashid al-Hasanah fi Bayan Katsir bin al-Ahadits al-Musytahirah ‘ala al-Alsinah,  hal.521)

Nur Muhammad Saw.

“Wahai Jabir, sebetulnya sebelum Allah membuat segala sesuatu, ia ciptakan nur nabimu dari nur-Nya. Ketika Allah ingin membuat makhluq, nur itu ia bagi menjadi empat: dari nur yang pertama ia ciptakan qalam. Dari nur yang kedua ia ciptakan Lauhul Mahfuzh. Dari nur yang ketiga ia ciptakan ‘Arsy. Kemudian nur yang keempat ia bagi menjadi beberapa bagian. Dari nur yang pertama ia ciptakan langit. Dari nur yang kedua ia ciptakan bumi. Dari nur yang ketiga ia ciptakan nirwana dan neraka. Kemudian nur yang keempat ia bagi menjadi empat. Dan seterusnya”.

Komentar mahir hadits terhadap hadits ini, Syekh Abu al-Faidh Ahmad al-Ghumari berkata dalam kitabnya berjudul al-Mughir ‘ala al-Ahadits al-Maudhu’ah fi al-Jami’ ash-Shaghir, “Hadits palsu. Andai disebutkan secara keseluruhan, orang yang melihatnya tidak akan ragu untuk menyampaikan bahwa hadits ini palsu. Kelanjutan hadits ini lebih kurang dua halaman besar, berisi kata-kata yang rancu dan makna yangmunkar”. Dijelaskan Syekh Rasyid Ridha dalam Fatwanya (2/447), bahwa hadits ini tidak ada asalnya (tidak ada sanadnya). Sebelum mereka, Imam as-Suyuthi pernah ditanya wacana hadits ini, menyerupai yang disebutkan dalam al-Hawy li al-Fatawa (1/323), ia berkata, “Hadits wacana pertanyaan Jabir, tidak ada sanadnya yang sanggup dijadikan pegangan”.

Alam Semesta Karena Nabi Muhammad Saw.

“Kalaulah bukan karenamu (wahai Muhammad), tidak akan Aku ciptakan alam semesta”.

Komentar ulama mahir hadits wacana hadits ini, Imam al-‘Ajluni dalam kitab Kasyf al-Khafa wa Muzil al-Ilbas ‘an ma Isytahara min al-Ahadits ‘ala Alsinati an-Nas menyebut hadits ini dan mengutip pendapat Imam ash-Shaghani, “Hadits Maudhu’ (palsu)”. Demikian juga dengan Imam asy-Syaukani dalam al-Fawa’id al-Majmu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah, dia kutip pendapat Imam ash-Shaghani, “Hadits Maudhu’ (palsu)”.

Nabi Adam as Ada Karena Nabi Muhammad Saw.

Kalau bukan alasannya yaitu Muhammad, saya tidak akan membuat Adam. Kalau bukan alasannya yaitu Muhammad, saya tidak membuat nirwana dan neraka”.

Komentar mahir hadits terhadap hadits ini, Imam adz-Dzahabi berkata, “Menurut saya ini hadits Maudhu’ (palsu) yang dinisbatkan kepada Sa’id”. Maksudnya yaitu Sa’id bin Abi ‘Arubah (salah seorang periwayat hadits). Yang meriwayatkan hadits ini dari Sa’id yaitu ‘Amr bin Aus al-Anshari, ia tertuduh sebagai pembuat hadits palsu. Disebutkan Imam adz-Dzahabi dalam kitab Mizan al-I’tidal, ia berkata, “Amr bin Aus meriwayatkankhabar munkar”, kemudian dia sebutkan hadits ini. Imam adz-Dzahabi berkata, “Menurut saya ini hadits palsu”. Disetujui oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, sebagaimana yang disebutkan dalam Lisan al-I’tidal.

Hadits Shahih Awal Penciptaan.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih, dari ‘Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya yang pertama diciptakan Allah yaitu Qalam (pena). Lalu Allah berfirman kepada Qalam, “Tulislah”. Qalam menjawab, “Wahai Tuhanku, apa yang akan saya tulis?”. Allah berfirman, “Tulislah ketetapan segala sesuatu sampai hari kiamat”.

Manusia itu Rahasia-Ku.

Manusia itu yaitu rahasia-Ku dan Aku yaitu belakang layar manusia”.

Dalam buku berjudul al-Ghautsiyah, ada yang menisbatkan buku ini kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani, tapi penisbatan ini palsu. Dalam al-Ghautsiyyah disebutkan, “Allah berkata kepadaku, “Wahai wali Ghauts (penolong) yang agung. Aku jadikan insan sebagai tempat-Ku. Manusia itu rahasia-Ku dan Aku yaitu rahasianya. Kalaulah insan mengetahui tempatnya di sisiku, pastikah setiap yang bernyawa akan berkata, “Siapakah yang mempunyai kuasa hari ini?”. Manusia tidak akan makan, tidak akan minum, tidak akan berdiri, tidak akan duduk, tidak akan bicara, tidak akan diam, tidak melaksanakan suatu perbuatan, tidak menghadap sesuatu, tidak meninggalkan sesuatu, melainkan saya di dalam dirinya, ketika ia membisu atau bergerak. Tubuh manusia, hatinya dan ruhnya. Semua itu saya kasatmata baginya, jiwa dengan jiwa, tidak ada dia melainkan aku, tidak ada saya selainnya”. (al-Ghautsiyyah, hal.5).

Jelas kalimat ini mengandung makna bahwa yang kuasa bersatu dengan manusia. Tuhan mengambil daerah dalam diri manusia. Keyakinan menyerupai ini berasal dari filsafat Yunani pedoman Pantheism (aliran yang meyakini makhluk bersatu dengan tuhan), masuk ke Jawa dengan nama Manunggaling Kawula Gusti (tuhan menyatu dengan makhluk). Walisongo memancung kepala Siti Jenar alasannya yaitu pedoman ini bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah.

Awal Agama, Mengenal Allah.

Teks yang berbunyi, “Awal agama yaitu mengenal Allah”. Ini bukan hadits. Tapi ucapan Imam Ali dalam riwayat golongan Syi’ah. Dari Amirul Mu’minin Ali, “Awal agama yaitu mengenal Allah. Sempurna pengenalannya yaitu mempercayainya. Sempurna kepercayaan yaitu mengesakannya. Sempurna keesaan yaitu menafikan sifat darinya. Siapa yang mensifati Allah, berarti ia telah membandingkan Allah dengan yang lain. Siapa yang membandingkan Allah, berarti ia telah menyampaikan yang kuasa itu dua. Siapa yang mengatakannya dua, maka ia telah membaginya. Siapa yang membaginya, maka ia tidak mengenalnya. Siapa yang tidak mengenalnya, maka ia menunjuknya. Siapa yang menunjuknya, maka telah memberi batasan terhadapnya. Siapa yang memberi batasan baginya, maka sungguh ia telah menghitungnya (berbilang)”. [‘Aqa’id al-Imamiyyah al-Itsna ‘Asyriyyah (‘Aqidah Syi’ah pedoman Dua Belas Imam), hal.24].

Ini tidak benar ucapan Imam Ali. Riwayat ini untuk melawan al-Qur’an dan Sunnah yang menetapkan sifat-sifat bagi Allah Swt.

Semoga kita lebih selektif dalam mendapatkan dan memberikan hadits, alasannya yaitu menisbatkan yang bukan hadits kepada Rasulullah Saw berarti telah menyiapkan daerah duduk dari api neraka. “Siapa yang berdusta terhadapku secara sengaja, maka siapkanlah daerah duduk dari api neraka”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Kalimat Abi Diperuntukan Untuk Paman? Atau Bapak?

Allah Swt mengajarkan kepada kita, jikalau bersilang pendapat dalam suatu masalah, hendaklah kembali kepada al-Qur’an, Sunnah dan pedoman ulama yang benar. Bukan kepada hawa nafsu. Sekarang, mari kita lihat apa kata Allah Swt dalam al-Qur’an perihal penggunaana kata Abu/Abi untuk paman.

DALIL AL-QUR’AN DAN PENDAPAT KALANGAN SALAF.

وقد وجه من حيث اللغة بأن العرب تطلق لفظ الأب على العم إطلاقا شائعا وإن كان مجازا، وفي التنزيل ( أم كنتم شهداء إذ حضر يعقوب الموت إذ قال لبنيه ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد آلهك وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق) فأطلق على إسماعيل لفظ الأب وهو عم يعقوب كما أطلق على إبراهيم وهو جده.

Menurut bahasa, orang Arab memakai kata Abu/Abi untuk paman, penggunaan ini berlaku umum, meskipun maknanya majaz (kiasan). Dalam al-Qur’an disebutkan: “Adakah kau hadir saat Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, saat ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kau sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu (nenek moyangmu), Ibrahim, Ismail dan Ishaq”. (Qs. al-Baqarah [2]: 133). Digunakan kata Abu (Bapak/Ayah)) terhadap Isma’il, padahal Isma’il itu paman nabi Ya’qub. Ibrahim juga disebut Abu (Bapak/Ayah), padahal Ibrahim itu kakek”. (al-Hawy li al-Fatawa karya Imam as-Suyuthi: 3/318).

Selanjutnya Imam as-Suyuthi menyebutkan beberapa riwayat perihal penggunaan Kata Abu (Bapak/Ayah) untuk paman:

Riwayat Pertama:

أخرج ابن أبي حاتم عن ابن عباس أنه كان يقول الجد أب ويتلو (قالوا نعبد آلهك وإله آبائك الآية)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Kakek pun disebut Abu (Bapak/Ayah)”. Kemudian ia membacakan ayat: “Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu (nenek moyangmu)”. (Qs. al-Baqarah [2]: 133).

Riwayat Kedua:

وأخرج عن أبي العالية في قوله وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل قال سمي العم أبا.

Diriwayatkan dari Abu al-‘Aliyah perihal ayat: “dan Tuhan bapak-bapakmu (nenek moyangmu) Ibrahim, Ismail dan Ishaq”. Paman disebut Abu (Bapak/Ayah). (Qs. al-Baqarah [2]: 133).

وأخرج عن محمد بن كعب القرظي قال الخال والد والعم والد وتلا هذه الآية.

Riwayat Ketiga:

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al-Qarzhi, ia berkata, “Paman dari pihak ibu disebut bapak/ayah, paman dari pihak bapak pun disebut bapak/ayah”. Kemudian ia membacakan ayat di atas.

Imam as-Suyuthi menutup dengan:

فهذه أقوال السلف من الصحابة والتابعين في ذلك.

Ini ialah pendapat kalangan Salaf dari kalangan shahabat dan tabi’in dalam persoalan ini.

PENDAPAT AHLI BAHASA ARAB.

Berikut kita lihat pendapat Imam Muhammad bin Muhammad bin Abdirrazzaq al-Husaini Abu al-Faidh Murtadha az-Zabidi dalam kitabnya Taj al-‘Arus min Jawahir al-Qamus:

قيل : هو اسْمُ عَمِّ إبراهِيمَ عليه وعلى محمّدٍ أفضلُ الصّلاة والسّلام في الآيةِ المذكورة وإنّمَا سُمِّيَ العَمُّ أباً وجَرى عليه القرآنُ العَظيم على عادةِ العربِ في ذلك لأنهم كثيراً ما يُطلِقُون الأبَ على العَمّ وأمّا أبُوه فإنه تارَخُ

 Ada pendapat yang menyampaikan bahwa Azar ialah nama paman Nabi Ibrahim as yang terdapat dalam ayat. Paman disebut Abu (Bapak/Ayah), demikian berdasarkan al-Qur’an dan tradisi kebiasaan orang-orang Arab perihal penyebutan itu, sebab orang-orang Arab sering memakai kata Abu/Abi kepada paman. Sedangkan ayah kandungnya ialah Tarakh. (Taj al-‘Arus, hal.2454).

Fatwa Saudi Arabia:

أما إطلاق اسم الأب على العم على سبيل الاحترام والتكريم فجائز، وهو الذي جاء في القرآن، لكنه ليس أبا في النسب

Adapun penggunaan kata Abi untuk paman sebagai bentuk penghormatan dan kemuliaan, maka hukumnya boleh. Demikian terdapat dalam al-Qur’an. Tapi bukan bapak/ayah secara nasab. (al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’: 11/460).

Pendapat Syekh Ibnu Utsaimin Ulama Besar Saudi Arabia.

أنه يجوز إطلاق اسم الأب على العم تغليباً؛ لقوله تعالى: { وإسماعيل }.

Boleh memakai kata Abu/Abi untuk paman, sebab kebiasaan/umum. Berdasarkan firman Allah: “dan Tuhan bapak-bapakmu (nenek moyangmu) Ibrahim, Ismail dan Ishaq”. Paman disebut Abu (Bapak/Ayah). (Qs. al-Baqarah [2]: 133).

(Tafsir al-‘Allamah Ibn ‘Utsaimin).

وأما إسماعيل فهو عمه لكن أطلق عليه لفظ الآباء من باب التغليب لأن العم صنو الأب كما قال النبي صلى الله عليه وسلم لعمر أما شعرت أن عم الرجل صنو أبيه يعني شريكه في الأصل والجذر والصنو هو عبارة عن النخلتين يكون أصلهما واحدا

Adapun Isma’il, maka dia ialah paman Ya’qub, tapi dipakai kata Abu/Abi (Bapak/Ayah) sebab lafaz itu biasa digunakan. Karena paman itu cuilan dari bapak/ayah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw kepada Umar, “Apakah engkau tidak merasa bahwa paman seseorang itu cuilan dari bapaknya”. Maksudnya ialah cuilan dalam asal dan akar. Makna kata as-shanu adalah ungkapan perihal dua pohon kurma yang asalnya satu. (Syarh Riyad as-Shalihin, hal.784).

Pendapat Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri Pengajar Fiqh dan Tafsir di Masjid Nabawi:

يطلق لفظ الأب على العم تغليباً وتعظيماً .

Kata Abu/Abi dipakai untuk paman, berdasarkan kebiasaan dan secara umum biasa digunakan. (Aisar at-Tafasir: 1/57).

CATATAN:

Pertama, dari dalil-dalil diatas, berdasarkan al-Qur’an, Sunnah dan pendapat para ulama dari banyak sekali cabang keilmuan, jelaslah bahwa kata Abu/Abi biasa dipakai untuk paman.

Kedua, bagi penceramah semoga memberikan sesuatu dengan amanah, jangan melaksanakan pembohongan publik.  Karena tidak semua pendengar itu jahil bin bahlul. Dan yang paling penting, kita semua akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt  tentang apa yang pernah kita sampaikan.

Ketiga, jangan hingga fanatik kepada orang tertentu membutakan mata kita untuk melihat kebenaran.

Keempat, kata Imam Syafi’i:

تَكَبَّرْ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ مَرَّتَيْنِ

“Sombonglah engkau kepada orang yang sombong itu dua kali sombong”.

(Bariqah Mahmudiyyah fi Syarh Thariqah Muhammadiyyah wa Syari’ah Nabawiyyah: 3/176).

Tuesday, 3 March 2020

Pendapat Imam Mazhab Perihal Syiah

Apakah Syi'ah Kafir ?


Siapakah ulama yang mengkafirkan Syi’ah?

Jawaban:

PENDAPAT IMAM MALIK:
روى الخلال عن أبي بكر المروذي قال: سمعت أبا عبد الله يقول: قال الإمام مالك: الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ليس لهم اسم - أو قال -: نصيب في الإسلام

[الخلال/ السنة: 2/557، قال محقق الرسالة: إسناده صحيح.].

Al-Khallal meriwayatkan dari Abu Bakr al-Marwazi, ia berkata, “Saya mendengar Abu Abdillah berkata, ia berkata, Imam Malik berkata:

“Orang yang mencaci maki shahabat nabi, mereka tidak punya bab dalam Islam/KAFIR”.

IMAM SYAFI’I.
وأخرج الهروي عن يوسف بن يحيي البويطي قال ( سألت الشافعي أأصلي خلف الرافضي ؟ قال : لا تصل خلف الرافضي ولا القدري ولا المرجئ . قلت : صفهم لنا , قال : من قال : الإيمان قول فهو مرجئ , ومن قال : إن أبابكر وعمر ليسا بإمامين فهو رافضي , ومن جعل المشيئة إلى نفسه فهو قدري

Al-Harawi meriwayatkan dari Yusuf bin Yahya al-Buwaithi, ia berkata, “Saya bertanya kepada Imam Syafi’i, ‘Apakah saya shalat di belakang syi’ah Rafidhah?”.

Imam Syafi’i menjawab, “Janganlah engkau shalat di belakang syi’ah rafidhah, qadariyah dan murji’ah”.

Al-Buwaithi: “Sebutkanlah ciri-ciri mereka”.

Imam Syafi’i: “Siapa yang menyampaikan bahwa doktrin itu cukup ucapan saja, berarti beliau murji’ah. Siapa yang menyampaikan bahwa Abu Bakar dan Umar bukan khalifah, maka ia syi’ah rafidhah. Siapa yang menyatakan bahwa kehendak itu hanya dirinya sendiri, berarti ia qadari”.

(sumberSiyar A’lam an-Nubala’, Imam adz-Dzahabi, juz.X, hal.31).

PENDAPAT IMAM HANBALI:
"هم الذين يتبرؤون من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم ويسبونهم، ويتنقصون ويكفرون الأئمة إلا أربعة: علي، وعمار، والمقداد، وسلمان، وليست الرافضة من الإسلام في شيء" [السنة للإمام أحمد: ص82، تصحيح الشيخ إسماعيل الأنصاري.].

Mereka yang mengkafirkan dan mencaci maki shahabat nabi, mencela dan mengkafirkan para imam, kecuali empat: Ali, Ammar, al-Miqdad dan Salman. Syi’ah Rafhidhah bukan Islam”. (sumberas-Sunnah, hal.82).

PENDAPAT IMAM ABDURRAHMAN IBNU MAHDI:
قال عبد الرحمن بن مهدي: هما ملتان: الجهمية والرافضية [خلق أفعال العباد للبخاري: ص125

Al-Jahamiyyah dan Syi’ah Rafidhah adalah  dua agama (Bukan Islam).

(SumberKhalq Af’al al-’Ibad: hal.125).

PENDAPAT IMAM AL-BUKHARI:
قال - رحمه الله -: ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافض، أم صليت خلف اليهود والنصارى، ولا يسلم عليهم ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل ذبائحهم [الإمام البخاري/ خلق أفعال العباد: ص125.].

Imam al-Bukhari berkata:

“Saya tidak peduli apakah saya shalat di belakang penganut mazhab Jahamiyah atau Syi’ah Rafidhah, di belakang Yahudi dan Kristen (Mereka KAFIR). Tidak boleh mengucapkan salam kepada mereka, dihentikan dijenguk, dihentikan dinikahi, dihentikan bersaksi, tidak dimakan sembelihan mereka”.

(SumberKhalq Af’al al-’Ibad, hal.125).

IMAM AL-GHAZALI:
فلو صرح مصرح بكفر أبي بكر وعمر - رضي الله عنهما - فقد خالف الإجماع وخرقه، ورد ما جاء في حقهم من الوعد بالجنة والثناء عليهم والحكم بصحة دينهم وثبات يقينهم وتقدمهم على سائر الخلق في أخبار كثيرة.. ثم قال: "فقائل ذلك إن بلغته الأخبار واعتقد مع ذلك كفرهم فهو كافر.. بتكذيبه رسول الله صلى الله عليه وسلم، فمن كذبه بكلمة من أقاويله فهو كافر بالإجماع

“Jika seseorang secara terang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar, maka ia telah bertentangan dengan Ijma’ dan merusaknya. Menolak hak shahabat yaitu kesepakatan menerima surga, pujian, kebenaran agama, kokoh keyakinan, didahulukan dari selua makhluk. Orang yang mengingkari semua itu, kalau hadits telah hingga kepadanya, namun ia tetap kafir, MAKA IA KAFIR, alasannya ia telah mendustakan Rasulullah Saw. Siapa yang mendustakan Rasulullah Saw dengan satu kalimat, maka ia KAFIR menurut Ijma’”

(SumberFadha’ih al-Bathiniyyah, 149).

PENDAPAT IMAM ABDUL QAHIR AL-BAGHDADI:
"وأما أهل الأهواء الجارودية الهاشمية والجهمية، والإمامية الذين أكفروا خيار الصحابة.. فإنا نكفرهم، ولا تجوز الصلاة عليهم عندنا ولا الصلاة خلفهم" [الفرق بين الفرق: ص357.].

“Adapun andal hawa ibarat kelompok al-Jarudiyah, al-Hasyimiyah, al-Jahamiyah dan Syi’ah Imamiyah yang telah mengkafirkan para shahabat, maka kamiMENGKAFIRKAN mereka. Mereka dihentikan dishalatkan dan dihentikan shalat di belakang mereka”.

(Sumberal-Farq Bain al-Firaq: hal.357).

PENDAPAT IMAM IBNU HAZM:
وأما قولهم (يعني النصارى) في دعوى الروافض تبديل القرآن فإن الروافض ليسوا من المسلمين [يعني فلا حاجة في كلامهم على المسلمين، ولا على كتابهم.]، إنما هي فرقة حدث أولها بعد موت رسول الله صلى الله عليه وسلم بخمس وعشرين سنة. وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر [الفصل: 2/213.].

“adapun pendapat mereka (Nasrani) sama ibarat pendapat Syi’ah Rafidhah perihal pertukaran al-Qur’an. Sesungguhnya Syi’ah Rafidhah itu bukan kaum muslimin. Mereka yaitu kelompok yang muncul sehabis 25 tahun final hidup Rasulullah Saw. Kelompok ini sama ibarat Yahudi dan Kristen dalam hal dusta dan KEKAFIRAN”.

(Sumberal-Fishal, juz.II, hal.213).

PENDAPAT IMAM FAKHRUDIN AR-RAZI:

  • الأشاعرة يكفرون الروافض من ثلاثة وجوه:

  • أولها: أنهم كفروا سادات المسلمين، وكل من كفر مسلماً فهو كافر لقوله عليه السلام: "من قال لأخيه: يا كافر فقد باء بها أحدهما" [سيأتي تخريجه.] فإذن يجب تكفيرهم.

  • وثانيها: أنهم كفروا قوماً نص الرسول عليه السلام بالثناء عليهم وتعظيم شأنهم، فيكون تكفيرهم تكذيباً للرسول عليه السلام.

  • وثالثها: إجماع الأمة على تكفير من كفر سادات الصحابة [الرازي/ نهاية العقول، الورقة 212 (مخطوط).].

Ulama mazhab Asy’ari mengkafirkan Syi’ah Rafidhah

Dari tiga aspek:

Pertama, mereka mengkafirkan kaum muslimin. Siapa yang mengkafirkan kaum muslimin, maka ia kafir. Berdasarkan hadits. Maka mereka WAJIB DIKAFIRKAN.

Kedua, mereka mengkafirkan orang-orang yang dipuji nabi, berarti mereka mendustakan nabi.

Ketiga, Ijma’ untuk MENGKAFIRKAN orang yang telah mengkafirkan para shahabat nabi”.

(SumberNihayat al-’Uqul: kertas: 212).

Apakah Syi’ah di Indonesia itu syi’ah rafidhah? Hingga fatwa-fatwa di atas berlaku bagi mereka?

Ya, alasannya mereka mencaci maki shahabat.

Apa buktinya?

Fakta, mereka menyatakan:

  • Abu Bakar Munafiq

  • Umar arogan.

  • Utsman hedonis.

  • Abu Bakar dan Umar yaitu Iblis.

Dalam buku “KECUALI ALI”.

Penerbit al-Huda, Jakarta.

Cetakan Pertama: Juli 2009.

Mereka nyatakan:

  • Aisyah biang fitnah.

  • Aisyah licik dan pembohong.

  • Abu Hurairah pemalsu hadits.

  • Abu Hurairah Yahudi akal-akalan masuk Islam.

Buku “ANTOLOGI ISLAM”.

Penerbit al-Huda Jakarta.

Cetakan pertama Januari 2005.

Mereka nyatakan:

  • Laknat Syi’ah terhadap Abu Bakar

  • Abu Bakar dan Umar pelaku bid’ah.

Buku “THE SHI’A”.

Penerbit Lentera Jakarta.

Cetakan pertama Maret 2008

Mereka nyatakan:

  • Laknat Syi’ah terhadap Abu Bakar

  • Abu Bakar dan Umar pelaku bid’ah.

Buku “40 MASALAH SYI’AH”.

Penulis :Emilia Renita.

Editor: Jalaluddin Rakhmat

Penerbit IJABI (Ikatan Jamaah Ahli Bait Indonesia)

Hal.194: Abu Bakr la

(laknatullah ‘alaihi: Allah melaknatnya).

Mereka nyatakan:

  • Aisyah berdusta

  • Manipulasi nama kawasan dalam hadits.

Buku  : Al-Mustafa Pengantar Studi Kritis Tarikh Nabi Saw.

Penulis: Jalaluddin Rakhmat.

Penerbit: Muthahhari Press

Cetakan Pertama Juni 2002
إذا ظهرت البدعُ فى أمتى وشُتِمَ أصحابى فليُظْهِر العالمُ علمَه فإنْ لم يفعلْ فعليه لعنةُ اللهِ (الديلمى عن معاذ)

Apabila telah muncul bid’ah-bid’ah di tengah ummatku, para shahabatku dicaci maki, maka hendaklah orang yang mengetahui menyampaikan pengetahuannya.

Jika ia tidak melaksanakan itu, maka laknat Allah baginya”.

(HR. ad-Dailami dari Mu’adz. Hadits dha’if. Bisa digunakan untuk at-Targhib wa at-Tarhib).
من سكت عن الحق فهو شيطان اخرس

“Siapa yang membisu tidak menyuarakan kebenaran, maka ia yaitu SETAN BISU”.

(Ucapan Imam Abu ‘Ali ad-Daqqaq dikutip oleh Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim).

Apa Itu Agama Bahai ?

AGAMA BAHA'I, mengapa?


Dalam buku AGAMA BAHA’I, pada halaman 7 ada gambar, tertulis di bawah gambar tersebut: MAKAM SANG BAB. Apa dan Siapakah BAB itu?

BAB artinya pintu. Karena dialah satu-satunya pintu menuju Imam Mahdi.

BAB itu ialah gelarAli bin Muhammad Ridha as-Syirazi.

Ia lahir di Syiraz Iran pada tahun 1819M.

(SumberMuhadharat fi al-Milal wa an-Nihal, DR.Muhammad Mushthafa as-Syinnawi dan DR.Khalid Ibrahim Hasballah, Mesir 1998, hal.283).

Pada awalnya ia mengaku sebaga BAB, pintu menuju Imam Mahdi.

Pada fase selanjutnya, ia mengaku nabi, BAB; pintu yang memberikan kepada Allah.

Akhirnya ia mengaku Allah bersemayam dalam dirinya.

(Sumberal-Babiyyah wa al-Baha’iyyah fi al-Mizan, hal.51).

Apakah hubungan BAHA’I dengan BAB?

Setelah Ali bin Muhammad Ridha as-Syirazi yang bergelar BAB mati, maka murid-muridnya terpecah menjadi tiga:

PERTAMA: Pengikut BAB yang tetap berpegang pada wasiat Ali bin Muhammad Ridha as-Syirazi.

KEDUA: Pengikut Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani bergelar Shubh Azal.

KETIGA: Pengikut Husain an-Nuri al-Mazandarani bergelar Baha’ullah. Pengikutnya disebut BAHA’I.

Mereka saling mengkafirkan. Meskipun Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani ialah saudara kandung Husain an-Nuri al-Mazandarani (Baha’ullah), tapi ia mengkafirkan Baha’ullah dan pengikutnya dengan sabdanya:
خذوا ما أظهرنا بقوة وأعرضوا عن الإثم لعلكم ترحمون إن الذين يتخذون العجل من بعد نور الله أولئك هم المشركون

“Lawanlah kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kita dengan kekuatan. Tolaklah dosa, mudah-mudahan kau mendapat rahmat. Sesungguhnya orang-orang yang menimbulkan anak lembu sebagai dewa sehabis cahaya Allah, mereka itu ialah orang-orang yang musyrik”.

Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani menyamakan Baha’ullah menyerupai Samiri yang telah menyesatkan Bani Israil dengan menciptakan patung anak lembu.

(SumberFitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.13).

Apakah BAHA’I itu?
تعريف البهائية:

ديانة منحرفة أسستها طائفة خرجت في إيران ، جعلت لها كتاباً بدل القرآن سموه: البيان , وكتابا آخر اسمه: الأقدس , وهم يعتقدون أن البيان والأقدس أفضل من القرآن، وإنهما ناسخان له

Definisi Baha’i.

Baha’i ialah agama menyimpang yang didirikan oleh suatu kelompok di Iran. Kelompok ini menciptakan kitab suci pengganti al-Qur’an, mereka sebut dengan al-Bayan. Satu lagi kitab al-Aqdas. Mereka meyakini bahwa al-Bayan dan al-Aqdas lebih utama daripada al-Qur’an. Al-Bayan dan al-Aqdas telah menghapus al-Qur’an.

(Prof. DR. Thal’at Zahran as-Sakandari, al-Baha’iyyah, hal.20).

Mengapa Istana BAHA’I sanggup ada di ISRAEL?

Konflik saudara kandung (Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani bergelar Shubh Azal dan

Husain an-Nuri al-Mazandarani bergelar Baha’ullah). Shubh Azal pernah berusaha meracun Baha’ullah dan Baha’ullah pula melaksanakan percobaan pembunuhan terhadap Shubh Azal. Akhirnya, Shubh Azal diasingkan ke Cyprus, sedangkan Baha’ullah diasingkan ke ‘Akka Palestina. Shubh Azal mati di Cyprus. Kepemimpinan ia wasiatkan kepada puteranya yang karenanya masuk Kristen, pengikutnya pun terpecah. Sedangkan Baha’ullah di ‘Akka lebih beruntung, ia mendapat santunan dari Zionis Israel. Mereka menyebarkan istana megah untuknya, disebut Istana al-Bahjah. Di sanalah dimakamkan Baha’ullah. Kaum Baha’i menjadikannya kiblat ritual dan berhaji. Terlihat terang campur tangan ajaib dalam Baha’i.

(SumberFitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.13).

Bagaimanakah ajal BAHA’ULLAH?

Di final hayatnya, Allah menjadikannya sebagai pelajaran, ia tertimpa penyakit GILA. Ia menutup wajahnya dengan kain menyerupai wanita, semoga para pengikutnya tidak sanggup melihatnya, hingga menciptakan anak tertuanya berjulukan Abbas Affandi Abdul Baha’ mengurungnya semoga tidak dilihat orang banyak lantaran ia dalam kondisi GILA. Akhirnya ia menderita demam panas di seluruh tubuhnya. Sampai akhirnya, sehabis penderitaan panjang itu, Allah membinasakannya pada bulan Mei 1892M.

(SumberFitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.16).

Bagaimanakah perkembangan BAHA’I sehabis kematian Baha’ullah?

Selanjutnya kepemimpinan Baha’i dipimpin oleh Abbas Affandi Abdul Baha’.

Apakah Sikap BAHA’I terhadap penjajahan ISRAEL terhadap Palestina?

Jelas terlihat dukungan BAHA’I terhadap ISRAEL, sanggup dilihat dalam pidato Abbas Affandi:
وفي هذا الزمان وفي تلك الدورة سيجتمع بنو إسرائيل في الأرض المقدسة ويمتلكون الأراضي والقرى ويسكنون فيها ويزدادون تدريجيا إلى أن تصير فلسطين كلها وطنا لهم

“Pada masa ini, pada fase tersebut, bangsa Israel akan berkumpul di tanah suci, mereka akan menguasai dan mempunyai tanah-tanah dan desa-desa. Mereka akan mendiaminya. Secara perlahan-lahan mereka akan terus bertambah hingga seluruh Palestina akan menjadi negeri Israel”.

(SumberFitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.17).

Bagaimanakah ‘AQIDAH BAHA’I?

Mereka meyakini bahwa dewa bersemayam dalam diri para pendiri mereka. Ini terang dalam ucapan Baha’ullah ketika mewasiatkan kepemimpinan kepada Abbas Afandi dengan berfirman
من الله العزيز الحكيم إلى الله اللطيف الخبير

“Dari Allah Yang Maha Kuasa dan Bijaksana kepada Allah Yang Maha Lembut dan Mengetahui”. Maksudnya: dari Baha’ullah kepada Abbas Affandi. Karena mereka meyakini dewa bersemayam dalam diri mereka.

(SumberFitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.16).

Dalam kitab suci mereka  al-Aqdas disebutkan:
"من عرفني فقد عرف المقصود ، ومن توجه إلي فقد توجه إلى المعبود‍".

“Siapa yang mengenal saya (Baha’ullah), maka ia telah mengenal yang dimaksud.

Siapa yang menghadap kepadaku, maka ia telah menghadap kepada yang disembah”.

BAHA’I meyakini semua agama benar.

Inilah yang menciptakan mereka sanggup diterima semua golongan, lantaran memperlihatkan pembenaran. Abbas Affandi Abdul Baha’ mengajarkan pluralisme agama. Ia berkata dalam al-Khithabat Abd al-Baha’, pidatonya  halaman 99:

اعلم أن الملكوت ليس خاصا بجمعية مخصوصة فإنك يمكن أن تكون بهائيا مسيحيا وبهائيا ماسونيا وبهائيا يهوديا وبهائيا مسلما

“Ketahuilah bahwa kuasa dewa tidak hanya khusus pada kelompok tertentu, Anda sanggup menjadi seorang Baha’i Kristen, Baha’i Freemasonry, Baha’i Yahudi dan Baha’i Muslim”.

BEBERAPA PENYIMPANGAN BAHA’I,

disebutkan Prof.DR.Thal’at Zahran as-Sakandari dalam al-Baha’iyyah:

  • Tidak boleh shalat berjamaah. Kecuali shalat jenazah. Ritual ibadah mereka hanya tiga kali saja; shubuh, zhuhur dan sore. Setiap satu ritual terdiri dari tiga rakaat, caranya tidak ditentukan, dilaksanakan secara bebas.

  • Arah kiblat ke istana al-Bahjah di ‘Akka di Palestina.

  • Wudhu’ hanya pada wajah dan tangan dengan air bunga mawar dengan mengucapkan: Bismillah al-Athhar al-Athhar sebanyak lima kali.

  • Tidak ada najis dan junub. Karena semua orang yang meyakini BAHA’I maka ia telah suci.

  • Mengagungkan angka 19.

  • Puasa hanya 19 hari dalam setahun. Dari tanggal 2 hingga 21 Maret. Disebut dengan bukan al-‘Ala’, final bulan Baha’i.

  • Zakat sebanyak 19% dari total harta.

  • Haji ke makam Baha’ullah di istana al-Bahjah di ‘Akka.

  • Tidak ada hukuman.

  • Boleh menikah bagi pasangan homo dan lesbi. Ini yang menciptakan BAHA’I diterima di Eropa yang memang masyarakat sakit.

  • Mengharamkan hijab bagi wanita. Oleh lantaran itu di buku AGAMA BAHA’I aneka macam gambar perempuan tidak menutup aurat.

  • Mengharamkan jihad. Itulah belakang layar mengapa mereka mendapat santunan dan support dari barat dan Israel.

  • Menyatakan kenabian para tokoh menyerupai Sidarta Gautama, Konghucu, Zaratusta dan para filosof India, Cina dan Persia.

  • Mengingkari mukjizat para nabi.

  • Membolehkan nikah mut’ah (nikah kontrak).

  • Agama BAHA’I menghapus syariat nabi Muhammad Saw.

  • Kitab al-Aqdas lebih mahir daripada al-Qur’an.

  • Wahyu masih terus ada, tidak terputus, lantaran makna Khatam ialah hiasan, bukan penutup.

  • Tidak boleh berzikir. Dalam kitab al-Aqdas disebutkan:

   ليس لأحد أن يحرك لسانه ويلهج بذكر الله أمام الناس ، حين يمشي في الطرقات والشوارع



  • “Tidak seorang pun boleh menggerakkan lidahnya atau menyibukkan diri berzikir mengingat Allah di hadapan manusia, ketika berjalan di jalan dan pasar”.

  • Tidak percaya kepada nirwana dan neraka.

  • Tidak percaya kepada malaikat dan jin.

  • Tidak percaya kepada alam barzakh. Menurut mereka, makna barzakh itu ialah fase antara nabi Muhammad Saw dan BAB.

Apakah Fatwa ULAMA ihwal BAHA’I?
نص فتوى دار الإفتاء بالأزهر :

" بسم الله ، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله ، وبعد:...

فالبهائية فرقة مرتدة عن الإسلام ، لا يجوز الإيمان بها ، ولا الاشتراك فيها ، ولا السماح لها بإنشاء جمعيات أو مؤسسات ؛ لأنها تقوم على عقيدة الحلول ، وتشريع غير ما أنزل الله ، وادعاء النبوة ، بل والألوهية ، وهذا ما أفتى به مجمع البحوث الإسلامية في عهد الشيخ جاد الحق ، وأقره المجمع الحالي .

Teks Fatwa Darul Ifta’ (Lembaga Fatwa) di Al-Azhar, Mesir.

Bismillah, walhamdulillah, shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw, amma ba’du:

Adapun Baha’i ialah kelompok murtad dari agama Islam. Tidak boleh mempercayainya. Tidak boleh bergabung dengan kelompok ini. Tidak boleh memperlihatkan izin pendirian persatuan atau forum untuk kelompok ini. Karena kelompok ini bangkit atas dasar ‘aqidah al-Hulul (tuhan menempati makhluk/Baha’ullah). Menetapkan syariat selain yang diturunkan Allah. Menyatakan kenabian. Bahkan menyatakan diri sebagai tuhan. Demikian fatwa Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah (Lembaga Riset Islam) pada masa Syekh Jad al-Haq. Masih berlaku hingga sekarang.
يقول فضيلة الشيخ جاد الحق علي جاد الحق شيخ الأزهر السابق - رحمه الله - :

.. والبابية أو البهائية فكر خليط من فلسفات وأديان متعددة ، ليس فيها جديد تحتاجه الأمة الإسلامية لإصلاح شأنها وجمع شملها ، بل وضُح أنها تعمل لخدمة الصهيونية والاستعمار ، فهي سليلة أفكار ونحل ابتليت بها الأمة الإسلامية حربا على الإسلام وباسم الدين " ا.هـ .

Syekh Jad al-Haq Ali Jad al-Haq Pimpinan Tertinggi (Grand Syekh) forum al-Azhar berkata:

Al-Babiyah atau Baha’i ialah pemikiran yang menggabungkan antara filsafat dan pluralisme agama. Di dalamnya tidak ada hal gres yang diharapkan ummat Islam untuk memperbaiki ummat Islam dan untuk menyatukan ummat Islam. Bahkan terang bahwa Baha’i bekerja untuk Zionis Israel dan penjajahan. Baha’i ialah aliran pemikiran dan sekte yang menjadi ujian bagi ummat Islam, memerangi Islam dengan nama agama.

(Prof. DR. Thal’at Zahran as-Sakandari, al-Baha’iyyah, hal.22)

FATWA SYEKH ABDUL AZIZ IBNU BAZ MUFTI KERAJAAN SAUDI ARABIA:
فتوى الشيخ ابن باز مفتي المملكة السعودية - رحمه الله -: الذين اعتنقوا مذهب (بهاء الله) الذي ادعى النبوة ، وادعى أيضا حلول الله فيه ، هل يسوغ للمسلمين دفن هؤلاء الكفرة في مقابر المسلمين؟

Para pengikut Baha’i atau Baha’ullah yang mengaku nabi, ia juga menyatakan Hulullah (Allah bersemayam dalam dirinya). Apakah kaum muslimin boleh memakamkan mereka di pemakaman kaum muslimin?
فأجاب: إذا كانت عقيدة البهائية كما ذكرتم فلا شك في كفرهم وأنه لا يجوز دفنهم في مقابر المسلمين ؛ لأن من ادعى النبوة بعد نبينا محمد –صلى الله عليه وسلم- فهو كاذب وكافر بالنص وإجماع المسلمين ؛ لأن ذلك تكذيب لقوله تعالى: {مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ} (40) سورة الأحزاب ، ولما تواترت به الأحاديث عن رسول الله –صلى الله عليه وسلم- أنه خاتم الأنبياء لا نبي بعده ، وهكذا من ادعى أن الله سبحانه حال فيه ، أو في أحد من الخلق فهو كافر بإجماع المسلمين ؛ لأن الله سبحانه لا يحل في أحد من خلقه بل هو أجل وأعظم من ذلك ، ومن قال ذلك فهو كافر بإجماع المسلمين

Jawaban:

Jika aqidah Baha’i menyerupai yang kau sebutkan, maka tidak diragukan lagi bahwa mereka itu kafir. Mereka dihentikan dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Karena siapa yang menyatakan kenabian sehabis nabi Muhammad Saw maka beliau ialah pendusta dan kafir menurut nash dan Ijma’ kaum muslimin. Karena perbuatan itu telah mendustakan firman Allah Swt, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang pria di antara kamu, tetapi beliau ialah Rasulullah dan epilog nabi-nabi. Dan ialah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Qs. al-Ahzab [33]: 40). Juga telah mengingkari hadits-hadits Mutawatir dari Rasulullah Saw bahwa Nabi Muhammad Saw ialah epilog para nabi. Tidak ada nabi lagi sehabis nabi Muhammad Saw. Demikianlah, maka siapa yang menyatakan diri bahwa Allah Swt telah bersemayam dalam dirinya, atau pada salah satu dari makhluk-Nya, maka ia telah kafir menurut Ijma’ Kaum muslimin. Karena Allah Swt tidak berdiam di dalam salah satu makhluk-Nya. Allah Swt Maha Agung dan Mulia dari sifat itu. Siapa yang menyatakan demikian, maka ia kafir menurut Ijma’ kaum muslimin.

(Prof.DR.Thal’at Zahran as-Sakandari, al-Baha’iyyah, hal.22)

Sembilan Pesan Untuk Pasangan Pernikahan

SEMBILAN PESAN PERNIKAHAN


Pertama: Pertemuan Karena Allah Swt.

Langkah, rezeki, pertemuan dan ajal dalam kuasa Allah Swt. Tapi insan diberi kuasa untuk menentukan dan berbuat yang disebut dengan ikhtiyar. Rasulullah Saw bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allah Swt telah memutuskan takdir  semua makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum Ia membuat langit dan bumi”. (Hadits riwayat Imam Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr). Maka fahamilah bahwa pasangan sebagai pilihan Allah Swt sesudah melewati prosesikhtiyar manusia dengan banyak sekali macam skenarionya, dari mulai dipertemukan teman, hingga salah sambung telepon.

Tiga orang rakyat jelata diberi sebuah pena dari Tuan Raja. Orang pertama berkata sambil menggerutu, “Raja yang kaya raya cuma memberi sebuah pena!”. Yang kedua berkata, “Lebih baik, daripada tidak ada sama sekali”. Yang ketiga berkata, “Saya tidak melihat penanya, tapi yang saya lihat ialah siapa yang memberikannya”.

Kedua: Menikah Setengah Iman.

Yang paling penting dalam hidup ialah iman. Hanya dengan doktrin insan akan selamat di dunia dan akhirat. Iman ialah bekal menghadap Allah Swt. Nikah ialah setengah dari doktrin itu, sebagaimana sabda Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ اِسْتَكْمَلَ نِصْفَ الإِيْمَانِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِيْ النِّصْفِ الْبَاقِيْ

Siapa yang menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah keimanannya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah Swt pada setengahnya”. (Hadits riwayat Imam at-Thabrani, dari Anas bin Malik. Hadits Hasan). Bekal itu telah terisi setengah, maka sempurnakanlah dengan takwa kepada Allah Swt. Ketika bekal telah sempurna, maka jangan pernah berkurang, sebab tidak ada yang tau ntah bila perjalanan akan dilanjutkan.

Ketiga: Menjaga Pandangan dan Kemaluan.

Iman itu tidak terlihat, sebab ia dilema yang bersifat batin. Tapi doktrin diwujudkan dalam perbuatan. Bila setengah doktrin itu dilaksanakan, maka terwujud dalam bentuk pemeliharaan mata dan kemaluan. Demikian disabdakan Rasulullah Saw,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ

وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Wahai para pemuda, siapa diantara kau yang mampu, maka hendaklah ia menikah, sebab kesepakatan nikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu sebagai pemelihara baginya”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud). Sebagian besar penyebab kejahatan insan ialah mata dan kemaluan. Keduanya dijaga dengan pernikahan.

Keempat: Pasangan Adalah “Ayat”.

Ketika disebut kata ayat, maka yang terbayang di benak kita ialah potongan dari surah dalam al-Qur’an. Ayat dalam surah al-Fatihah, ayat Kursi dan ayat-ayat lainnya. Semua itu ialah ayat yang tersurat, tertulis dalam al-Qur’an. Namun ada ayat-ayat lain, gejala kebesaran Allah Swt di alam semesta yang disebut sebagai Ayat Kauniyyah, diantara ayat-ayat itu ialah langit dan bumi, aneka ragam bahasa dan warna kulit dan banyak sekali ayat-ayat lainnya. Satu diantara ayat itu ialah pasangan hidup. Allah Swt berfirman,

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا

Dan di antaraayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan-Nya) ialah Dia membuat untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).

Istri menjadi ayat bagi suami dan suami menjadi ayat bagi istri. Jika setiap pasangan memahami bahwa pasangannya ialah ayat, maka tidak akan ada yang melecehkan ayat, tidak akan ada tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Karena melecehkan pasangan berarti melecehkan ayat, gejala kekuasaan Allah Swt.

Kelima: Ketenangan Jiwa.

Manusia terdiri dari ruh dan jasad. Jasad yang hening berasal dari ruh yang tenang. Ketenangan ruh itu berasal dari Allah Swt. Ketenangan yang bukan berasal dari Allah Swt ialah ketenangan semu sebab palsu. Allah Swt menjelaskan bahwa salah satu penyebab ketenangan itu ialah pasangan hidup yang telah ditetapkan Allah Swt. Firman-Nya,

لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

Supaya kau cenderung dan merasa tenteram kepadanya”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).

Harta memang bisa memperlihatkan ketenangan. Tapi ketenangan bukan pada harta. Buktinya, banyak orang yang mempunyai harta, tapi tidak mendapat ketenangan di dalamnya. Suatu dikala sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, apakah harta yang paling berharga?”. Rasulullah Saw menjawab,

لِسَانٌ ذَاكِرٌ وَقَلْبٌ شَاكِرٌ وَزَوْجَةٌ مُؤْمِنَةٌ تُعِينُهُ عَلَى إِيمَانِهِ

Lidah yang senantiasa berzikir, hati yang selalu bersyukur, istri beriman yang menolong keimanan suami”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dari Tsauban).

Keenam: Melihat Titik Persamaan.

Dua makhluk yang berbeda, hingga orang barat mengatakan, “Man are from Mars, Women are from Venus”. Semuanya berbeda, dari bentuk fisik, sifat bawaan, selera makanan dan banyak sekali hal lainnya. Allah Swt merekat perbedaan itu dengan Mawaddahdan Rahmah.

وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).

Mawaddah melihat kecantikan fisik, Rahmah memandang kebaikan akhlak.

Mawaddah memandang kelebihan, Rahmah menutupi kekurangan.

Itulah penyambung yang putus, perekat yang retak.

Allah Swt menggambarkan pasangan menyerupai pakaian, saling menutupi dan melindungi,

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

mereka ialah pakaian bagimu, dan kamupun ialah pakaian bagi mereka”. (Qs. al-Baqarah [2]: 187). Pakaian yang tidak bisa menutupi dan melindungi, maka bukanlah pakaian.

Ketujuh: Patuh Bersyarat.

Laki-laki diberi tanggung jawab di dunia dan akhirat. Maka selama ia menunaikan kewajiban dan amanah, seruan dan larangannya wajib diikuti. Bahkan Rasulullah Saw bersabda,

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

Seandainya saya boleh memerintahkan insan untuk bersujud kepada manusia, pastilah saya perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Abu Hurairah, hadits Hasan).

Dalam beberapa kasus, melawan suami menjadikan turunnya laknat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ

Apabila seorang suami mengajak suaminya berhubungan, tapi wanita itu menolak, maka ia dilaknat malaikat hingga waktu pagi”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Namun ketaatan itu bukan tanpa syarat. Suami ditaati selama ia taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Tidak ada ketaatan kepada makhluk bila ketaatan itu menjadikan perbuatan maksiat kepada Allah Swt,

فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ عَلَيْهِ وَلَا طَاعَةَ

Jika diperintahkan melaksanakan perbuatan maksiat, maka tidak perlu didengar dan tidak wajib dipatuhi”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Abdullah bin Umar, hadits Hasan Shahih).

Kedelapan: Tulang Rusuk Yang Bengkok.

Rasulullah Saw menggambarkan perumpamaan dengan citra yang sangat sempurna,

وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

Tinggalkanlah pesan yang baik untuk para perempuan. Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas. Jika engkau luruskan, maka engkau mematahkannya. Jika engkau biarkan, maka ia akan tetap bengkok. Tinggalkanlah pesan yang baik-baik untuk perempuan”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah). Ia diciptakan bukan dari tulang kaki laki-laki untuk diinjak. Bukan dari tulang kepalanya untuk dijunjung. Tapi dari tulang rusuk biar berada setara di sampingnya. Tapi tulang itu bengkok, bila diikuti akan ikut bengkok. Namun bila diluruskan dengan paksa, ia akan patah.

Kesembilan: Amal Jariyah.

Allah Swt memperlihatkan ruang dan masa kepada insan biar insan beramal. Ketika ruang dan masa itu ditarik oleh Allah Swt, maka berakhirlah amal. Tapi ada amal yang tidak akan pernah terhenti, satu diantaranya anak yang shaleh, sabda Rasulullah Saw,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila insan itu meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya”. (Hadits riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah). Anak shaleh itu diperoleh lewat kesepakatan nikah yang sah. Surga pun dijanjikan bagi mereka yang bisa menjaga amanah anak, sesuai sabda Rasulullah Saw,

مَنْ عَالَ ثَلَاثَ بَنَاتٍ فَأَدَّبَهُنَّ وَزَوَّجَهُنَّ وَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ فَلَهُ الْجَنَّةُ

Siapa yang merawat tiga orang anak wanita dengan baik, ia beri pendidikan yang baik, ia nikahkan dengan orang-orang yang baik, ia berbuat baik kepada mereka, maka surgalah baginya”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudri).

Sunday, 1 March 2020

Keajaiban Kabah Yang Coba Disembunyikan Dunia

Sinkronisasi Antara Alqur'an dan Sains Tentang Keajaiban Mekkah dan Ka'bah



Pertama :



Firman Allah Ta'ala yang artinya: "Allah telah menimbulkan Ka'bah, rumah suci itu sebagai sentra bagi manusia." (Surah Maa'idah: 97)


"Neil Amstrong telah menandakan bahwa kota Mekah yang terletak Ka'bah yaitu sentra ke planet Bumi."


Sebenarnya di dalam Al-Qur'an terlebih dahulu membicarakan hal ini, sebagai hamba Allah yang diberikan nalar pikiran perlu meneliti dan berpikir dibalik rahasia-rahasia yang terkandung didalam ayat-ayat suci Al-Quran Al-Karim.



Kedua:




Firman Allah:


"Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Quran dalam bahasa Arab biar kau memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan sekalian penduduk dunia di sekelilingnya (negeri-negeri di sekitarnya)." (Asy-Syura: 7)


Kata "Ummul Qura" berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya, menunjukkan Mekah yaitu sentra untuk kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya.


Lebih dari itu, kata "ummu" (ibu) mempunyai arti yang cukup penting dan luas di dalam peradaban Islam. Sebagaimana seorang ibu yaitu sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain serta keunggulan di atas semua kota.


Ketiga:




Allah berfirman yang artinya:


"Wahai jin dan manusia, kalau kau sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kau tidak sanggup menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)." (Ar-Rahman: 33)


Kata "aqthar" yaitu bentuk jamak dari kata "qutr" yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.


Berdasarkan ayat ini sanggup dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, dengan itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.


Selain itu ada hadits yang menjelaskan bahwa Masjidil Haram di Mekah, daerah Ka'bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan yang membentuk bumi.


Nabi Muhammad SAW bersabda: "Wahai orang-orang Mekkah, wahai orang-orang Quraisy, gotong royong kalian berada di bawah pertengahan langit."


Berdasarkan penelitian di atas, bahwa Mekah berada pada tengah-tengah bumi (pusat dunia), maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan referensi waktu dunia. - (Dikutip dari Eramuslim "Makkah Sebagai Pusat Bumi" Oleh Dr. Mohamad Daudah)


Ke-empat:



Neil Amstrong menandakan bahwa kota Mekah yang terletak Ka'bah yaitu sentra ke planet Bumi, sedangkan Al-Quran semenjak 1400 tahun yang kemudian telah berbicara mengenai kota Mekah dan Ka'bah yaitu sentra bumi ini.


Ketika kali pertama Neil Amstrong melaksanakan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, ia berkata, "Planet Bumi ternyata bertumpu di area yang sangat gelap, dan di manakah ia berbasis?." Fakta ini telah diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.


Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan satu radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayangnya 21 hari kemudian website tersebut hilang dan menyerupai ada alasan tersembunyi dibalik pembatalan usang web tersebut.


Setelah melaksanakan penelitian lebih lanjut, ternyatalah radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, dan tepatnya berasal dari Ka'bah. Yang mengejutkan yaitu radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berakhir). Hal ini terbukti ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini mempunyai karakteristik dan menghubungkan antara Ka'Bah di planet Bumi dengan Ka'bah di alam akhirat.


Kelima:



Zero Magnetism Area


Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang berjulukan 'Zero Magnetism Area', di mana apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali lantaran daya tarik yang sama besar antara kedua kutub .


Itulah sebabnya kalau seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh alasannya itu lah ketika kita mengelilingi Ka'bah, maka seperti diri kita diisi oleh suatu energi misterius yang mengakibatkan kita bertenaga ketika mengelilingi Ka'bah dan ini yaitu fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.


Penelitian lainnya menyatakan bahwa kerikil Hajar Aswad merupakan kerikil tertua di dunia dan juga sanggup mengambang di air. Di sebuah museum di negara Inggris, ada tiga buah kepingan kerikil tersebut (dari Ka'bah) dan pihak musium juga menyampaikan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari tata surya kita.


Ke-enam



Rasulullah SAW bersabda:


"Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih dari susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam." (Jami 'al-Tirmidzi al-Hajj)


"Hajar Aswad dari batu-batuan nirwana dan tidak ada suatu benda di bumi yang turunnya dari nirwana selain kerikil itu." (HR. Thabrani)


Wallahu'alam ....


Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang tampaknya ada alasan tersembunyi dibalik pembatalan website tersebut.





Penelitian Profesor Husain Kamal




Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah yaitu sentra bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk memilih arah kiblat di kota-kota besar di dunia.


Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan setelah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.


Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk memilih jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan sentra bumi.


Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu yaitu benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).


Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.


Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.


Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk menandakan bahwa Makkah yaitu sentra dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sain di Barat.


INILAH RAHASIA DAN FAKTA KA'BAH DI KOTA MEKAH 



Inilah Rahasia dan Fakta Mengapa Ka'bah di Kota Mekah begitu dimuliakan dan ... Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.
FAKTA ILMIAH: KA'BAH MENJADI ARAH KIBLAT
Fakta Ilmiah: Ka'bah Menjadi Arah Kiblat. ORIAGA ONLINE: Mungkin selama ini yg lebih banyak kita ketahui alasan ka'bah menjadi kiblat ...


MAKKAH LEBIH PANTAS DIJADIKAN STANDAR WAKTU INTERNASIONAL


Fakta ini memperkuat kebenaran ilmiah dan ruhiah Islam, sekaligus ... bila ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan geologi (ilmu tanah). ... Nabi bersabda, “Ka'bah itu menyerupai tanah di atas air, dari daerah itu bumi ini ...





LIMA BUKTI ILMIAH BAHWA KA'BAH SEBAGI PUSAT BUMI




Segala zaman, segala segi, segala sisi, dari sudut manapun & harus sepanjang zaman. ... 4 An-Nisaa':82 Lalu, bukti apa saja yang menimbulkan Ka'bah sebagai sentra bumi ini? ... Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. ... ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'Bah.
Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. ... lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'bah.Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. ... tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'Bah. ... Bersama rekan-rekannya, Dr. Husain menemukan bahwa ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu ...



FAKTA ILMIAH KAABAH SEBAGAI PUSAT BUMI DAN ...




Allah telah menimbulkan Ka'bah, rumah suci itu sebagai sentra bagi ... Hussain Kamel, menemukan suatu fakta mengejutkan bahawa Mekah yaitu sentra bumi. .... Apa Sebabnya Lingkaran Memiliki Sudut 360 Derajat?



MISTERI KA'BAH DALAM SUDUT PANDANG NASA 




Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. ... ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'Bah.
Jika Ka'bah yaitu Tuhan yang disembah oleh umat Islam, mana mungkin .... TIDAK DIHANCURKAN ketika muhammad dan pasukannya merebut mekah ! .... Hajar Aswad yang melekat di sudut Ka'bah merupakan tanda dimana ... dari surat al-Qamar di atas mempunyai kandungan mukjizat secara ilmiah?
Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. ... lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'Bah.


FAKTA KEAJAIBAN KABAH



Kabah mempunyai belakang layar tersembunyi, bahkan tempat-tempat sekitar kabah termasuk depan pintu ... mengkaji mati suri dari aneka macam sudut pandang ... ulang oleh suatu energi misterius dan ini yaitu fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Sejumlah fakta yang juga didukung oleh sejumlah data dan penelitian ilmiah, ... yang terletak di sudut sebelah Tenggara Ka'bah, yaitu sudut darimana Tawaf dimulai. .... radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'Bah.
... segala zaman, segala segi, segala sisi, dari sudut manapun & harus sepanjang zaman. ... Allah telah menimbulkan Ka'bah, rumah suci itu sebagai sentra bagi manusia. Astronout Neil Amstrong telah menandakan bahwa kota Mekah yaitu sentra dari Planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.


Ternyata GMT Bukan Di Greenwich, Tapi Di Ka'bah (Fakta Ilmiah) ... ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'bah. .... bila ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan geologi (ilmu tanah).


MEKKAH ADALAH PUSAT BUMI 




Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai kerikil ... Adakah hadits yang nabawi yang menunjukkan fakta yang mengejutkan ini? Jawaban yaitu ya. Nabi bersabda, 'Ka'bah itu yaitu sesistim tanah di atas air, dari .... nilai-nilai dan dengan mengambil sudut yang melayang ke tanah, ...


KEAJAIBAN KA'BAH SEMPAT GEGERKAN NASA. 



MalvinShare -Dalam ... Fakta Tentang Ibnu Sina yang Belum Diketahui Orang. “Dokter yang tidak ..... Sabda Nabi ini menegaskan bahwa kota Mekah dimana Ka'bah berada, merupakan sentra bumi, dan penelitian ilmiah menandakan hal ini. Seperti dikutip dari ...
Istilah Ka'bah yaitu bahasa Al-Quran dari kata “ka'bu” yg berarti “mata kaki” ... Neil Amstrong telah menandakan bahwa kota Mekah yaitu sentra dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. ... Dr. Husain menemukan bahwa ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan ...
MISTERI RAHASIA KOTA MEKKAH DAN KEAJAIBAN KA'BAH


Oleh alasannya itu lah ketika kita mengelilingi Ka'Bah, maka ... energi misterius dan ini yaitu fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah. ... Sebuah kerikil lingkaran yang berwarna hitam dan berlubang, terletak di sudut timur Kaabah ...
Neil Amstrong telah menandakan bahwa kota Mekah yaitu sentra dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. Ketika Neil ... Hajar Aswad yang melekat di sudut Ka'bah merupakan tanda dimana arah Thawa.



Itulah sebabnya kalau seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih ... Oleh alasannya itu lah ketika kita mengelilingi Ka'Bah, maka seperti ... energi misterius dan ini yaitu fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah. ... berlubang, terletak di sudut timur Kaabah atau sebelah kiri Multazam (antara ...


FAKTA BESAR TENTANG KA'BAH YANG COBA DISEMBUNYIKAN DUNIA 




Fakta Besar Tentang Ka'bah Yang Coba Disembunyikan Dunia THE ... klarifikasi ilmiah nya gua tdk mudeng tante sama area gelap yang menggantung apa ya ! ... Keknya greenwich hrs pindah ke mekah gan.
4 Mar 2011 – Fakta Tentang Ka'bah (Makkah) THE LOUNGE. ... Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai kerikil paling purba di bumi. .... titik dimanapun BISA jadi titik tengah, tergantung dilihat dari sudut mana ... tinggal ...


SEVEN WONDERS OF MAKKAH-MADINAH 



18 Jul 2012 – Oleh alasannya itu lah ketika kita mengelilingi Ka'Bah, maka seperti diri ... energi misterius dan ini yaitu fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah. ... terletak di sudut timur Kaabah atau sebelah kiri Multazam (antara Hajar ...


FAKTA KA'BAH : KA'BAH SEBAGAI PUSAT DARI PLANET BUMI. 



Neil Amstrong telah menandakan bahwa kota Mekah yaitu sentra dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. Ketika Neil ...


RAHASIA FREEMASON: 2011-04-10



Ternyata GMT Bukan Di Greenwich, Tapi Di Ka'bah (Fakta Ilmiah) ... Neil Amstrong telah menandakan bahwa kota Mekah yaitu sentra dari planet ..... Gambar bintang dengan 6 sudut ini merupakan salah satu lambang yang ...


KEISTIQOMAHAN SEORANG WANITA MUSLIMAH



Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai kerikil paling purba di bumi. ... Nabi bersabda, 'Ka'bah itu yaitu sesistim tanah di atas air, dari daerah itu ... Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah ...
... segala zaman, segala segi, segala sisi, dari sudut manapun & harus sepanjang zaman. ... Allah telah menimbulkan Ka'bah, rumah suci itu sebagai sentra bagi manusia. Astronout Neil Amstrong telah menandakan bahwa kota Mekah yaitu sentra dari Planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.


KA'BAH DAN HAJAR ASWAD



Ka'bah dibangun berupa tembok segi empat yang terbuat dari batu-batu ... Adapun keempat dinding atau sudut (rukun) tersebut yaitu : ... Kiswah Ka'bah yang usang kemudian disimpan dan dimasukkan dalam museum Ka'bah di Mekkah sebagai bukti sejarah. ... Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.


{August 4, 2012} Keajaiban Kota Mekkah dan Ka'bah sebagai penghubung ... oleh suatu energi misterius dan ini yaitu fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah. ... Sebuah kerikil lingkaran yang berwarna hitam dan berlubang, terletak di sudut ...


Ka'bah, rumah Allah sejuta ummat muslim merindukan berkunjung dan menjadi ... Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. ... ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'Bah.