Oleh : Deffa Cahyana Harits*
(Image Source : Instagram.com) |
Judul Buku : Jalan Cinta Para Pejuang
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Tahun Terbit : 2008
Nomor Edisi : ISBN 979-1273-08-1
Jumlah Halaman : 344 Halaman
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Tahun Terbit : 2008
Nomor Edisi : ISBN 979-1273-08-1
Jumlah Halaman : 344 Halaman
“Jika kita menghijrahkan cinta; dari kata benda menjadi kata kerja, maka tersusunlah sebuah kalimat peradaban dalam paragraf sejarah. Jika kita menghijrahkan cinta; dari jatuh cinta menuju berdiri cinta, maka cinta menjadi sebuah istana, tinggi menggapai surga.” Begitulah, kata yang tertulis di sampul muka buku ini.
Buku “Jalan Cinta Para Pejuang” yaitu Sebuah buku yang sanggup membuka cakrawala pikir kita biar sanggup membangun cinta tanpa harus jatuh cinta yang kebanyakan menyisakan luka. Agar tak selamanya menjadi budak cinta. Tapi berusaha untuk menjadi tuan atas kata cinta. Dan Dia (Allah) selalu dijadikan alasan atas segala usaha itu.
Buku ini menyadarkan kita mengenai hakikat cinta. Bukan cinta menyerupai yang ada di buku-buku roman. Tapi cinta yang suci. Cinta yang hakiki. Cinta yang dilandasi ridha Ilahi.
Buku yang ditulis oleh Salim A. Fillah ini juga berisi penggalan kisah Rasulullah Saw, para sahabat dan umat terdahulu dalam menggapai cintanya tanpa selingkuh cinta-Nya. Ada juga yang tak sesuai dengan jalan-Nya sehingga karam dalam sengsara. Gila lantaran cinta. Seperti kisah Majnun dan Layla.
Salim A. Fillah memang dikenal sebagai penulis yang piawai memadukan dalil dengan kisah, norma dengan hikmah, dan membingkainya dengan nuansa yang indah. Ada keberanian kata dalam tulisannya untuk tak selalu membaku, tetapi justru menjadi kekhasan rasa penuh makna. Gaya bertuturnya melompat lincah, meliuk cepat, kadang mengalun syahdu, dan menciptakan pembacanya merasa diajak berbicara serta terlibat dalam gagasan-gagasannya.
Penulisan buku ini dibagi menjadi tiga langkah. Langkah pertama; Dari dulu beginilah cinta. Disini mengupas wacana akar dari lantaran sesatnya pikiran dalam cinta sehingga menyiksa jiwa.
Langkah kedua; Dunia kita hari ini. Pada pecahan ini penulis mengelanai bingkai jalan kita. Ada citra wacana sebuah dunia yang berubah dengan cepat, dan kita sebagai pemain di jalan cinta para pejuang harus terampil mengendarainya.
Dan langkah ketiga; Jalan cinta para pejuang. Ini yaitu inti dari pembahasan buku ini. Langkah terakhir ini terdiri dari empat tapak. Tapak pertama yaitu Visi, yang memaparkan dimensi intelektual. Disusul dengan tapak-tapak berikutnya: Gairah, yang mengurai dimensi emosional. Nurani, yang membicarakan dimensi spiritual. Dan yang terakhir Disiplin, yang membahas wacana dimensi fisik.
Uniknya, buku ini sanggup dikemil pribadi ditiap judul kecil. Sekaligus sanggup dikunyah secara tertib. Dalam artian pembaca boleh saja pribadi menuju ke judul sub-bab jikalau tak betah menelusuri dari awal sampai akhir. Insyaallah takkan merasa ada yang hilang meskipun memulainya dari yang tengah atau bahkan yang paling akhir. Tapi meskipun begitu, cinta yaitu perkara yang tak ada habisnya.
Buku ini disarankan untuk dibaca oleh para pejuang cinta. Karena buku ini menceritakan sebuah perjalanan wacana cinta seseorang. Dan satu lagi, buku ini bukan untuk dikonsumsi anak-anak. Selamat tiba di jalan cinta para pejuang. Selamat membaca![]
*Penulis Merupakan mahasiswi Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar
Baca juga resensi buku lainnya: Setahun Syeikh Buthi : Resensi Kitab Hadza Walidi (Bagian 1) dan Setahun Syeikh Buthi : Resensi kitab Hadza Walidi (Pertama).