APA YANG DILAKUKAN OLEH KAUM MUSLIMIN NON JAMAAH HAJI DI HARI ARAFAH?
Amalan yang tertuntut dalam Syari'at Islam untuk dilakukan oleh kaum muslimin non jamaah haji di hari Arafah, yaitu :
1) Anjuran melaksanakan seluruh amal sholeh, terutama amal wajib pada hari Arafah
Hari Arafah yaitu salah satu dari sepuluh hari diawal bulan Dzulhijjah, sedangkan sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah yaitu animo ketaatan dan siang sepuluh hari pertama lebih utama dibandingkan siang pada hari-hari lainnya dalam setahun. Beramal sholeh pada hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah Ta'ala, kecuali seseorang yang keluar untuk berjihad dengan jiwa dan hartanya dan tidak ada yang kembali sedikitpun.
ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله منه في هذه الأيام العشر . قالوا ولا الجهاد في سبيل الله !! قال : ولا الجهاد في سبيل الله ، إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذلك بشيء
“Tidak ada hari dimana amal sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dibandingkan sepuluh hari ini. Mereka bertanya, “Meskipun berjihad di jalan Allah. Beliau menjawab, “Meskipun jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, dan tidak ada yang kembali sedikitpun.” [ HR. Bukhori ].1
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Tidak ada hari yang lebih mulia di sisi Allah dan tidak ada amal pada hari-hari tersebut yang lebih dicintai-Nya daripada sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah, maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid pada hari-hari tersebut. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Arnauth).
Dari kedua dalil di atas, maka shalat, puasa, baca Alquran, berdzikir, berdakwah, atau shadaqah yang dilakukan di 10 hari awal Dzulhijjah pada siang hari (termasuk siang hari Arafah) ini lebih baik daripada jikalau dilakukan di siang selain hari-hari tersebut.
Bahkan meskipun amal sholeh yang dilakukan itu tergolong kurang afdhol tapi jikalau dilakukan di10 hari awal Dzulhijjah pada siang hari, akan lebih Allah cintai daripada amalan yang afdhol jikalau dilakukan di siang selain hari-hari tersebut, bahkan jikalau dibandingkan dengan jihad sekalipun, kecuali satu jenis jihad saja, yaitu : seseorang yang keluar untuk berjihad dengan jiwa dan hartanya dan tidak ada yang kembali sedikitpun2.
Kedua dalil tersebut juga menyampaikan dianjurkannya memperbanyak amalan sholeh secara umum, terutama amalan wajib, lantaran amalan wajib lebih dicintai oleh Allah Ta'ala daripada amalan yang sunnah.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
“ٍSesungguhnya Allah berfirman : Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka akan Aku beritahukan kepadanya peperangan (dengan-Ku), dan hamba-Ku tidaklah mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan kepadanya ” [HR. Al-Bukhari]
Bertaubat dari seluruh dosa (terutama dari dosa syirik dan setingkatnya), sholat lima waktu, puasa qhodho', menunaikan zakat mal, berdakwah yang wajib, nahi mungkar yang bisa dilakukan, menunaikan kaffarah, birrul walidain, silatur rahim, kewajiban mencari nafkah, membayar hutang saat telah bisa dengan niat menghindari dosa, menunaikan kewajiban bermasyarakat dan bernegara dalam rangka menunaikan ketaatan kepada ulil amri (pemerintah kita) selama tidak dalam kemaksiatan (memiliki KTP, SIM, dan selainnya).
Allah Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian. [An-Nisaa' : 59)].
Meski secara umum seluruh amal sholeh dianjurkan untuk dilakukan pada hari Arafah, namun ada beberapa amalan yang lebih ditekankan setelah amalan wajib tentunya, ibarat :
2. Puasa Arafah
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam ditanya wacana puasa hari Arafah maka ia bersabda:
يكفر السنة الماضية والباقية
“Dapat melebur dosa tahun kemudian dan tahun depan.” [HR. Muslim] Ulama menjelaskan bahwa peleburan dosa dalam hadits ini dengan syarat menghindari dosa besar sebagaimana dijelaskan dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu, sholat jumat ke jumat, puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan sanggup melebur dosa diantara keduanya jikalau dosa besar dihindari”. [HR. Muslim]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Terdapat (hadits) shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda (artinya) : puasa hari Arafah sanggup melebur dua tahun, dan puasa hari Asyura sanggup melebur satu tahun,
akan tetapi penyebutan secara umum bahwa ia sanggup melebur dosa, hal itu tidak harus bermakna melebur dosa-dosa besar tanpa taubat.
Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (artinya) shalat Jumat ke jumat, puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan sanggup melebur dosa diantara keduanya kalau menghindari dosa besar.
Dan diketahui bahwa shalat itu lebih agung dibandingkan puasa, dan puasa Ramadhan itu lebih agung dibandingkan puasa Arafah, tapi dia tidak sanggup melebur dosa kecuali dengan mnghindari dosa besar sebagaimana Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam persyaratkan. Bagaimana seseorang menyangka bahwa puasa sunnah sehari atau dua hari sanggup melebur (dosa) zina, mencuri, meminum khamr, judi, sihir dan semisalnya? Hal ini tidak mungkin!”3
3. Memberi makan untuk buka puasa Arafah
Bagi yang berhalangan berpuasa Arafah, mungkin lantaran sakit, haidh, sedang safar, atau lantaran beraktifitas berat, maka diantara solusinya yaitu ibarat yang dianjurkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
"Siapa yang memberi makan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala orang tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun juga." [Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi].
Apalagi jikalau orang yang diberi makan buka puasa yaitu kerabat sendiri.
Karena, boleh jadi memberi makan kerabat yang berpuasa, pahalanya lebih besar.
Karena dia akan mendapat pahala memberi makan berbuka orang yang berpuasa dan pahala silaturrahim.
Akan tetapi, jikalau kerabatnya tidak fakir, sedangkan selain kerabat itu yaitu orang fakir dan tidak mempunyai masakan yang cukup untuk berbuka, maka memberi makan berbuka kepadanya bisa lebih besar pahalanya, lantaran dia telah memenuhi kebutuhannya.4
4. Memperbanyak tahlil, takbir, dan tahmid pada hari Arafah
Disunahkkan membaca takbir, tahmid (Alhamdulillah), tahlil (La ilaha illallah) dan tasbih (Subhanallah) di sepuluh hari awal Dzulhijjah. Mengeraskan hal itu di masjid-masjid, rumah, jalanan dan di semua kawasan yang diperbolehkan menyebut Allah (dzikrullah).
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Tidak ada hari yang lebih mulia di sisi Allah dan tidak ada amal pada hari-hari tersebut yang lebih dicintai-Nya daripada sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah, maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid pada hari-hari tersebut. [HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Arnauth].
Dahulu Salaf Sholeh jikalau masuk 10 hari awal di bulan Dzulhijjah mereka bersungguh-sungguh melaksanakan banyak sekali amal sholeh, memperbanyak dzikir, doa dan mengagungkan Allah.
Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan :
كان ابن عمر وأبو هريرة رضي الله عنهما يخرجان إلى السوق في أيّام العشر يكبران ويكبر النّاس بتكبيرهما
“Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu anhuma keduanya keluar menuju pasar pada sepuluh hari awal Dzulhijjah, mereka berdua bertakbir, dan orang-orang ikut bertakbir dengan takbir keduanya”.
Juga demikian Al-Bukhari meriwayatkan hal yang semisal dilakukan oleh Umar bin Al-Khaaththab radhiyallahu 'anhu bertakbir dan jamaah di masjid serta orang-orang dipasar ikut bertakbir, hingga bunyi takbir bergetar membahana.
Maka menurut perbuatan Umar, putranya dan Abu Hurairah, maka takbir disunnahkan untuk dikeraskan, dan ini bagi pria, adapun perempuan dipelankan.
Berkata Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah :
وحري بنا نحن المسلمين أن نحيي هذه السنة التي قد أضيعت في هذه الأزمان، وتكاد تنسى حتى من أهل الصلاح والخير -وللأسف- بخلاف ما كان عليه السلف الصالح
Dan selayaknyalah kita kaum muslimin menghidupkan Sunnah ini yang telah banyak ditinggalkan di zaman ini, bahkan -ini menyedihkan- Sunnah ini hampir dilupakan sampaipun oleh orang sholeh dan orang yang biasa melaksanakan kebaikan, (padahal) hal ini menyelisihi amalan Salaf Sholeh.5
Sesungguhnya menghidupkan Sunnah yang telah punah atau hampir punah, pahalanya agung sekali. sebagaimana yang ditunjukkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
من أحيا سنة من سنتي قد أميتت بعدي فإن له من الأجر مثل من عمل بها من غير أن ينقص من أجورهم شيئاً
“Siapa yang menghidupkan diantara Sunnahku yang telah mati setelahku. Maka baginya pahala ibarat orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”. [HR. At-Tirmidzi, (7/443) hadits ini hasan dengan penguatan lainnya].6
Macam-macam lafazh takbir
Karena tidak ada dalil lafazh tertentu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kita mencontoh lafazh takbir dari sahabat dan tabi'in.
Terdapat banyak sekali macam lafazh takbir dari sahabat dan tabi'in.
Berikut ini beberapa pola lafazh takbir dalam Shahih Fiqhis Sunnah hal. 603.
Pertama, diriwayatkan Ibnu Mas'ud dengan sanad shahih:
الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، و الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
Kedua, diriwayatkan Salman dengan sanad shahih :
الله أكبر، الله أكبر ، الله أكبر، كبيرا
Ketiga, diriwayatkan Ibnu Abbas dengan sanad shahih :
الله أكبر، الله أكبر ، الله أكبر، ولله الحمد، الله أكبر و أجل، الله أكبر على ما هدانا
Waktu Takbir
Takbir terbagi menjadi dua macam :
1) Takbir Mutlak, yaitu takbir yang disunahkan terus diucapkan, baik pagi maupun petang. Sebelum maupun setelah shalat, pada setiap waktu. 2) Takbir Muqoyyad adalah takbir yang terikat setelah selesai shalat lima waktu.
Disunahkan takbir mutlak pada sepuluh (awal) Dzulhijjah dan seluruh hari-hari Tasyriq.
Dimulai dari sejak masuk bulan Dzulhijjah (maksudnya setelah terbenam matahari di tamat hari bulan Dzulqoidah). Sampai tamat hari Tasyriq (hal itu ditandai dengan terbenamnya matahari pada hari ketiga belas Dzulhijjah).
Sedangkan takbir muqoyyad dimulai sejak fajar hari Arafah hingga terbenam matahari tamat hari Tasyriq.
Ketika selesai salam dari shalat fardu dan istigfar tiga kali, dan mengucapkan :
اللهم أنت السلام ومنك السلام تباركت يا ذا الجلال والإكرام , mulailah diucapkan takbir muqoyyad ini.
Ini semua takbir untuk selain jamaah haji.
Sedangkan untuk jamaah haji, memulai takbir baginya sejak zhuhur hari 10 Dzulhijjah. Wallahu a’lam.7
5. Berdoa pada hari Arafah
Keutamaan doa di hari Arafah
Terdapat beberapa hadits wacana keutamaan doa di hari Arafah, ibarat :
Dari Aisyah radhiyallahu anha dia berkata, bantu-membantu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ما مِن يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبداً من النار من يوم عرفة وإنه ليدنو ثم يباهي بهم الملائكة فيقول : ما أراد هؤلاء
“Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari neraka selain hari Arafah. Sesungguhnya (pada hari itu) Allah mendekat dan membanggakan mereka kepada para malaikat, seraya berfirman, ‘Apa yang diinginkan mereka.” [HR. Muslim, no. 1348]
Maka pada hari Arafah, hendaklah seseorang berdoa kepada Allah biar mengampuni dosanya, menyelamatkannya dari api neraka, dan memasukkannya kedalam surga-Nya.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu anhum, , bantu-membantu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
خيرُ الدعاء دعاءُ يوم عرفة، وخيرُ ما قلته أنا والنبيُّون من قبلي لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كلِّ شيء قدير
Artinya :
“Sebaik-baik doa yaitu doa pada hari Arafah, dan sebaik-baik ucapan yang saya dan para nabi sebelumku ucapkan yaitu
لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كلِّ شيء قدير
LAA ILAAHA ILLALLOOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU,
LAHULMULKU, WA LAHULHAMDU, WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR.
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, kerajaan alam semesta ini hanya milik-Nya, seluruh jenis kebanggaan tepat hanya untuk-Nya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu! [HR. Timirdzi, hasan].
Dari Thalhah bin Ubaid bin Kuraiz, secara mursal,
أفضل الدعاء دعاء يوم عرفة
“Doa yang paling utama yaitu doa pada hari Arafah.” [HR. Malik , shahih]
Al-Baji rahimahullah berkata :
قوله : " أفضل الدعاء يوم عرفة " يعني : أكثر الذكر بركة وأعظمه ثوابا وأقربه إجابة
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : “Sebaik-baik doa yaitu doa pada hari Arafah”, maksudnya : dzikir (doa) yang paling banyak keberkahannya, dan paling banyak pahalanya, dan paling akrab untuk dikabulkan” [Al-Muntaqo Syarhul Muwaththo' 1/358].8
Para ulama berbeda pendapat wacana keutamaan berdoa pada hari Arafah, apakah khusus hanya berlaku bagi orang yang berada di Arafah ataukah berlaku bagi yang berada di kawasan lain?
Pendapat yang paling besar lengan berkuasa yaitu bahwa keutamaan ini bersifat umum, lantaran kaitannya dengan hari.
Memang, tidak diragukan lagi bahwa siapa yang berada di Arafah, berarti padanya terkumpul dua keutamaan : Keutamaan kawasan dan keutamaan waktu.
Terdapat riwayat dari sebagian kalangan Salaf Sholeh, bahwa mereka membolehkan berkumpul di masjid untuk berdoa dan berdzikir pada hari Arafah.
Di antara yang melaksanakan hal tersebut yaitu Ibnu Abas radhiyallahu 'anhuma. Imam Ahmad juga menyatakan boleh, meskipun dia sendiri tidak melakukannya.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Al-Qadhi berkata, ‘Tidak mengapa berkumpul pada sore hari Arafah di kawasan selain Arafah.” Al-Atsram berkata, ‘Aku bertanya Abu Abdullah (Imam Ahmad) wacana berkumpul di kawasan selain Arafah di masjid-masjid pada hari Arafah.
Dia berkata, ‘Saya berharap hal ini tidak mengapa, lantaran dilaksanakan oleh lebih dari satu orang (salaf).”
Al-Atsram meriwayatkan dari Hasan, dia berkata, ‘Orang yang pertama melakukannya di kota Bashrah yaitu Ibnu Abbas rahimahullah.’
Ahmad berkata, ‘Orang pertama yang melakukannya yaitu Ibnu Abbas dan Amr bin Huraits”
Hasan, Bakr, Tsabit, Muhamad bin Wasi berkata, ‘Dahulu mereka berkumpul di masjid pada hari Arafah.’ Ahmad berkata, ‘Tidak mengapa dengan hal itu, lantaran di dalamnya terdapat doa dan dzikrullah.’ Lalu ada yang bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau melakukannya?’ Beliau berkata, ‘Adapun aku, tidak melakukannya.’ Diriwayatkan dari Yahya bin Main bahwa ia ikut hadir bersama orang-orang pada sore di hari Arafah.” [Al-Mughni, 2/129].
Hal ini menyampaikan bahwa mereka beropini bahwa keutamaan hari Arafah tidak hanya khusus bagi jamaah haji saja.
Meskipun berkumpul untuk berdoa dan berzikir di masjid-masjid tidak terdapat riwayatnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan hasilnya Imam Ahmad tidak melakukannya, akan tetapi perkara ini termasuk yang diberikan dispensasi dan tidak terlarang, lantaran ada riwayat dari sebagian sahabat yang melakukannya ibarat Ibnu Abbas, Amr bin Huraits radhiyallahu 'anhum. Wallahu a’lam.9
Ketika seseorang berpuasa Arafah dan di sore hari menjelang buka berdoa di masjid, maka terkumpul padanya 3 keutamaan :
1. Keutamaan kawasan (di masjid).
2. Keutamaan waktu (waktu doa mustajab/dikabulkan di hari Arafah, menurut HR. Timirdzi, hasan).
3. Keutamaan keadaan (seseorang sedang berpuasa doa mustajab menurut HR. Timirdzi, hasan), dan keadaan saat badan lemah lantaran puasa tak berdaya di sore hari/penghujung hari, ini lebih khusyu' hati dan lebih merasa lemah di hadapan Allah sehingga kondisi ini lebih potensi dikabulkan doa.
1. Keutamaan kawasan (di masjid).
2. Keutamaan waktu (waktu doa mustajab/dikabulkan di hari Arafah, menurut HR. Timirdzi, hasan).
3. Keutamaan keadaan (seseorang sedang berpuasa doa mustajab menurut HR. Timirdzi, hasan), dan keadaan saat badan lemah lantaran puasa tak berdaya di sore hari/penghujung hari, ini lebih khusyu' hati dan lebih merasa lemah di hadapan Allah sehingga kondisi ini lebih potensi dikabulkan doa.
Berkata Syaikh Al-utsaimin rahimahullah :
الدعاء يكون قبل الإفطار عند الغروب ؛ لأنه يجتمع فيه انكسار النفس والذل وأنه صائم ، وكل هذه أسباب للإجابة
Berdoa (yang mustajab) yaitu sebelum buka puasa menjelang terbenamnya matahari, lantaran terkumpul padanya hati yang lembut dan merendahkahkan diri (di hadapan Allah), sedangkan puasa, semua ini lantaran dikabulkan doa.10
Wallahu a'lam.
الحمدلله الذي بنعمته تتم الصالحات
1. Dinukil atau diringkas dari https://Islamqa.info/id/answers/49042/bertanya-tentang-keutamaan-sepuluh-awal-dari-bulan-dzulhijjah
3. Dinukil atau diringkas dari https://Islamqa.info/id/answers/176290/puasa-asyura-tidak-menghapus-kecuali-dosa-dosa-kecil-adapun-dosa-besar-hanya-terhapus-dengan-bertaubat
4. Dinukil atau diringkas dari https://Islamqa.info/id/answers/50047/memberi-makan-berbuka-puasa-kepada-kerabat-yang-kaya-akan-mendapatkan-pahala-orang-yang-berpuasa
5. http://iswy.co/e48ra
6. Diringkas atau dinuki dari https://Islamqa.info/id/answers/49042/bertanya-tentang-keutamaan-sepuluh-awal-dari-bulan-dzulhijjah
7. Dinukil atau diringkas dari https://Islamqa.info/ar/answers/36627
8. Dinukil atau diringkas dari https://Islamqa.info/ar/answers/70282
9. Dinukil atau diringkas dari https://Islamqa.info/ar/answers/70282
10. Dinukil atau diringkas dari https://Islamqa.info/ar/answers/14103