Sunday, 27 October 2019

Madrasah Haji (4) - Pelajaran Terbesar Dari Talbiyyah

Sesungguhnya manasik haji itu hakekatnya ialah sebuah madrasah yang menempa orang  MADRASAH HAJI (4) - PELAJARAN TERBESAR DARI TALBIYYAH


Mengambil pelajaran dari manasik haji

Sesungguhnya manasik haji itu hakekatnya ialah sebuah madrasah yang menempa orang-orang yang menunaikannnya dengan tulus dan dengan cara yang sesuai Syari'at, menjadi insan yang bertakwa, suci jiwanya, higienis hatinya, berpengaruh imannya.

Dari yang tadinya jelek sebelum haji, kemudian menjadi baik, sepulang haji, atau dari baik menjadi bertambah baik !



Perlu diketahui bahwa orang yang berhaji mabrur setidaknya mendapat dua keberuntungan besar , yaitu:

1. Pahala yang besar di nirwana dan ampunan dan peleburan dosa.

2. Pelajaran yang bermanfaat dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan mu'amalah.

Dari sinilah dikatakan bahwa haji merupakan madrasah tarbawiyyah imaniyyah, sebuah sarana pendidikan iman.



Bahkan salah satu maksud besar dari ibadah haji ialah untuk mendapat hal-hal yang bermanfaat.

Allah Ta'ala berfirman :



وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ



(27) Dan serulah insan untuk mengerjakan haji, pasti mereka akan tiba kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang (unta-unta tersebut) tiba dari segenap penjuru yang jauh. [Al-Hajj : 27]



Maksudnya : unta itu kurus, alasannya ialah menjalani safar yang jauh dan berat, sebagaimana alasan kekurusan unta ini disebutkan di petikan final ayat, yaitu : unta-unta tersebut tiba dari segenap penjuru yang jauh.



Llau Allah Ta'ala dalam ayat selanjutnya menjelaskan perihal salah satu maksud besar haji ialah



لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ



(28) supaya mereka memperoleh banyak sekali manfaat untuk mereka. [Al-Hajj : 28]



Dan manfaat di ayat ini disebutkan dalam bentuk kata jamak مَنَافِعَ , dan bukan kata tunggal serta tidak beralif lam, yang artinya manfaat yang banyak, dan ini menawarkan keanekaragaman manfaat, baik manfaat ukhrawi maupun duniawi (daging sesembelihan hadyun bagi haji tamattu' dan qiran serta perdagangan yang tidak menyibukkan dari beribadah haji), namun manfaat ukhrawi / keimanan tak sanggup dibandingkan dengan manfaat duniawi semata.



Dan memang didalam manasik haji terdapat banyak sekali macam manfaat yang banyak, baik dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan mu'amalah.



- Dari rangkaian ibadah haji, sanggup diambil pelajaran aqidah (keyakinan), sehingga orang yang telah berhaji aqidahnya lurus, tawakkalnya benar, dan anti syirik, alasannya ialah lafadz talbiyyah yang bernuansa tauhid, yang dikala berhaji diulang-ulang ratusan kali, sehingga diperlukan benar-benar menghujam dalam hatinya.



- Dari rangkaian ibadah haji, sanggup diambil pelajaran ibadah, sehingga seseorang sepulang haji semangat menjaga ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepadanya, alasannya ialah sudah terlatih menjaga ibadah selama menunaikan haji.

- Dalam manasik haji terdapat pelajaran budpekerti mulia, sehingga seseorang sepulang haji menjadi penyabar, halus tutur katanya, alasannya ialah selama berhaji, beralih dari satu daerah ke daerah ibadah, ia terlatih mengendalikan emosinya dan terlatih untuk bersabar.

Itu secara umum, citra pelajaran-pelajaran yang sanggup diambil dari haji.



Monggo, kita ambil lebih rinci sebagian dari pelajaran-pelajaran yang sangat bermanfaat dari Madrasah Haji.



1. PELAJARAN TERBESAR DARI TALBIYYAH (wajibnya bertauhid dan haramnya syirik)



Pelajaran yang bermanfaat dari Madrasah Haji itu sangatlah banyak, dan pelajaran terbesar dari Madrasah Haji ialah wajibnya bertauhid dan haramnya syirik, yaitu “Mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala semata, dan tidak menyekutukan-Nya, didasari keyakinan hanya Allah sematalah yang berhak disembah”.

Pelajaran tauhid ini diambil dari talbiyyah yang lafazh ini termasuk pertama kali diucapkan oleh seorang yang sedang berhaji, yaitu:



لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ ، إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ



Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah, saya memenuhi panggilan-Mu, saya memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,  saya memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala kebanggaan yang sempurna, kenikmatan dan alam semesta hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”.

Maksud :

Tiada sekutu bagimu” adalah Ya Allah, Engkau tidak mempunyai sekutu dalam peribadahan yang kami lakukan, maka kami hanya beribadah kepada-Mu saja, dan tidak menyekutukan-Mu dalam ibadah tersebut.



Seorang yang sedang berhaji ketika melafazhkan talbiyyah ini selayaknyalah menghayati dalam hatinya perihal kewajiban mengesakan Allah semata dalam peribadahan, dan tidak menyekutukan-Nya, bahwa:

Sebagaimana Allah Ta'ala Esa dalam memberi rezeki, tidak ada sekutu bagi-Nya, maka Allah Ta'ala juga Esa dalam hak diibadahi, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, sehingga seseorang dilarang mempersembahkan satupun dari peribadahan kepada selain Allah, tidak boleh berdoa kepada selain Allah, dilarang ibadah istighotsah ditujukan kepada selain Allah, dilarang ibadah menyembelih binatang dipersembahkan kepada selain Allah, alasannya ialah semua itu ialah kesyirikan!

Wajib ibadah berdoa dan beristighotsah ditujukan kepada Allah semata, wajib sholat hanya menyembah Allah saja, dan seluruh ibadah lainnya : puasa zakat, dan seluruh ibadah wajib dipersembahkan kepada Allah saja, dilarang dipersembahkan kepada selain-Nya.



Inilah tulus dalam beribadah, bahwa yang dituju dalam beribadah ialah Allah, menyembah Allah saja demi mengharapkan ridho-Nya.



Sebagaimana ibadah haji itu wajib ikhlas dipersembahkan kepada Allah saja, maka ibadah-ibadah yang lainnya juga harus dikerjakan dengan tulus dan dipersembahkan kepada Allah saja.

Jika dipersembahkan kepada selain-Nya, maka berarti menyekutukan Allah dengan selain Allah atau syirik.



Makna tauhid inilah yang hendaknya dihayati oleh seorang yang sedang berhaji ketika melafazhkan lafazh talbiyyah.



Hendaklah seseorang ketika melafazhkan :



لاَ شَرِيْكَ لَكَ



dalam lafazh talbiyyah tersebut, yang artinya: “Tiada sekutu bagi-Mu”, maka : hendaknya ia intropeksi diri, apakah sudah memahami apa itu menyekutukan Allah atau syirik itu? Apakah ia sudah mengenal sarana yang menghantarkan kepada kesyirikan, dan apakah ia sudah mengetahui macam-macam kesyirikan dalam beribadah kepada Allah, karena syirik ialah larangan Allah yang terbesar, keharaman yang terharam dan kezhaliman yang paling zholim, Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ



(13) Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) ialah benar-benar kezaliman yang (ter)besar". [Luqman:13]

Pantas kalau Allah sebutkan status syirik akbar dengan :

1. Allah tidak mengampuni pelaku syirik akbar jikalau tidak bertaubat. Dalilnya : An-Nisa`: 48



إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا



(48) Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang dibawah tingkatan (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.



2. Allah mengharamkan nirwana bagi kaum musyrikin. Dalilnya : Al-Maidah: 72



إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ



(72) Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan daerah kembalinya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu satu penolongpun.



3. Pelaku syirik akbar abadi selamanya di neraka jikalau mati tidak bertaubat. Dalilnya : Al-Bayyinah:6



إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ



(6) Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni mahir Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka abadi di dalamnya. Mereka itu ialah seburuk-buruk makhluk.



4. Syirik besar menggugurkan seluruh amal ibadah yang pernah dilakukan oleh pelakunya. Dalilnya : Az-Zumar:65



وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ



(65) Dan bahwasanya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kau mempersekutukan (Tuhan), pasti akan hapuslah amalmu dan tentulah kau termasuk orang-orang yang merugi.



Tauhid inilah inti dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,



Allah Ta'ala berfirman :



وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ



(25) Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kau melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian ". [Al-Anbiya':25].



Jaminan keamanan dan petunjuk bagi orang yang mentauhidkan Allah dan tidak syirik, Allah Ta'ala berfirman :



الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ



(82) Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan dogma mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu ialah orang-orang yang mendapat petunjuk.[Al-An'aam: 82]






Pelajaran yang bermanfaat dari Madrasah Haji itu sangatlah banyak, dan pelajaran terbesar dari Madrasah Haji ialah wajibnya bertauhid dan haramnya syirik, yaitu “Mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala semata, dan tidak menyekutukan-Nya, didasari keyakinan hanya Allah sematalah yang berhak disembah”.

Pelajaran tauhid ini diambil dari talbiyyah




(Bersambung, in sya Allah)
banner
Previous Post
Next Post