Monday 11 November 2019

Ada Apa Di Bulan Haram? (1)

Segala puji bagi Allah yang mengakibatkan malam dan siang silih berganti  Ada Apa Di Bulan Haram? (1)


Segala puji bagi Allah yang mengakibatkan malam dan siang silih berganti ,sebagai pelajaran (‘ibrah) bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
Dan Dia (pula) yang mengakibatkan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (QS. Al-Furqaan: 62).
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada suri contoh kita, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, hamba-Nya yang paling bersyukur dan utusan-Nya yang mengajarkan kepada umatnya bagaimana bersyukur dengan sebaik-baiknya, amma ba’du,
Di dalam berjalannya waktu,silih bergantinya hari dan berlalunya bulan dan tahun, terdapat pelajaran yang berharga bagi orang yang mau merenungkannya.
Tidak ada satu tahunpun berlalu dan tidak pula satu bulanpun menyingkir, melainkan beliau menutup lembaran-lembaran peristiwanya ketika itu, pergi dan tidak kembali. Jika baik amal insan pada masa tersebut, maka baik pula balasannya. Namun bila buruk, penyesalanlah yang mengikutinya!
Bukanlah inti problem ada pada : “kapan sebuah bulan telah usai dan kapan ia mulai menjelang”,akan tetapi yang menjadi inti problem adalah “dengan apa kita dahulu mengisi bulan-bulan yang telah berlalu itu” dan “bagaimana kita akan hiasi bulan-bulan yang akan datang”
Sehingga ia senantiasa berada dalam dua bentuk tafakkur : tafakkur hisab dan tafakkur isti’daad!
Tafakkur (berpikir) yang pertama, yaitu tafakkur hisab (intropeksi). Dia memikirkan dan menghitung-hitung amalannya di tahun yang telah silam,lalu beliau teringat (tadzakkur) akan dosa-dosanya,hingga hatinya menyesal,lisannyapun beristighfar,memohon ampun kepada Rabbnya.
Tafakkur yang kedua, yaitu tafakkur isti’daad (persiapan). Dia mempersiapkan keta’atan pada hari-harinya yang menjelang,sembari memohon pinjaman kepada Tuhannya,agar sanggup mempersembahkan ibadah yang terindah kepada Sang Penciptanya,terdorong mengamalkan prinsip hidupnya yang terdapat dalam Ayat :
{إياك نعبد وإياك نستعين }
Hanya kepada-Mu lah, kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami menyembah”.

Mengenal Bulan Haram

Tugas kita sebagai hamba Allah Ta’ala adalah menghamba, menyembah dan beribadah hanya kepada-Nya saja serta tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Allah Ta’ala menyebutkan kiprah kita ini dalam sebuah firman-Nya,
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ}
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan insan kecuali untuk beribadah kepada-Ku saja”. (QS. Adz-Dzaariyaat:56).
Simaklah perintah Allah berikut ini,
{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ}
Dan sembahlah Tuhanmu hingga tiba kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal)”.(QS. Al-Hijr: 99).
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan bulan-bulan Haram ini dalam firman-Nya :
{إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ}
Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia membuat langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian di dalamnya.” (QS. At Taubah: 36).
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala telah menjelaskan pada kita sebetulnya jumlah bulan dalam setahun berjumlah dua belas bulan. Dan diantara dua belas bulan tersebut ada empat bulan yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala sebagai bulan-bulan haram.
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas,
Allah Ta’ala berfirman :
{‏إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ‏}‏
Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah”maksudnya: di dalam ketetapan dan taqdir-Nya,
{‏اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا‏}‏
ialah dua belas bulan”yaitu bulan-bulan yang sudah dikenal tersebut,
‏{‏فِي كِتَابِ اللَّهِ‏}‏
dalam ketetapan Allah ”, maksudnya yaitu di dalam hukum- kauni-Nya (taqdir)
‏{‏يَوْمَ خَلَقَ السموات وَالْأَرْضَ‏}‏
di waktu Dia membuat langit dan bumi” dan memperjalankan malam serta siangnya, menetapkan waktu-waktunya, kemudian membagi-baginya dalam dua belas bulan ini
‏{‏مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ‏}‏
diantaranya ada empat bulan haram yaitu : Rajab fard, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Al-Muharram. (Empat bulan ini) dinamakan “bulan Haram” sebab kemuliaannya yang lebih dan dilarangnya melaksanakan perang di dalamnya.
{‏فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ‏}‏
maka janganlah kalian menganiaya diri kalian di dalamnya
Kemungkinan (pertama): Maknanya yaitu kata ganti “nya” (disini) kembali kepada dua belas bulan dan Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa Dia mengakibatkan dua belas bulan tersebut sebagai sesuatu yang bernilai bagi hamba-hamba-Nya, ( mereka tertuntut) untuk memakmurkannya dengan ketaatan, bersyukur kepada Allah Ta’ala atas anugerah-Nya tersebut dan atas kemanfa’atannya untuk kemaslahatan hamba. Maka jagalah diri kalian dari menganiaya diri kalian di dua belas bulan-bulan tersebut!
Kemungkinan (kedua) : Maknanya yaitu kata ganti “nya” (disini) kembali kepada empat bulan Haram, dan ini berarti larangan bagi mereka untuk berbuat aniaya (zhalim) di dalam empat bulan Haram tersebut secara khusus, sebab kemuliaan empat bulan tersebut lebih tinggi dan sebab kezhaliman yang dilakukan di dalam empat bulan tersebut lebih berat (pelanggarannya) dibandingkan dengan (jika kezhaliman tersebut) dilakukan pada bulan-bulan selainnya. Diiringi dengan larangan berbuat aniaya (zhalim) di setiap waktu.
Dan termasuk kedalam larangan berbuat aniaya (zhalim) itu yaitu larangan berperang di empat bulan Haram tersebut, (ini) berdasarkan pendapat orang yang menyampaikan bahwa perang di bulan-bulan Haram itu tidaklah dihapus pengharamannya, sebab mengamalkan dalil-dalil umum yang menunjukkan pengharaman perang di dalam bulan-bulan Haram tersebut.” (Taisiril Karimir Rahman, hal. 372-373).
(Bersambung, insya Allah)
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post