Saturday 16 November 2019

Kiat Istiqamah (16)

 Banyak dalil yang menawarkan adanya kekuatan hati berupa kekuatan ilmiah dan amaliah Kiat Istiqamah (16)


Dalil ihwal kekuatan hati

Banyak dalil yang menawarkan adanya kekuatan hati berupa kekuatan ilmiah dan amaliah, menyerupai dalam surat Al-Baqarah ayat 1-5, 186, dan 177, Al-A‘raaf: 157, serta surat Al-Ashr. Berikut ini klarifikasi Ibnul Qayyim rahimahullah tentang surat Al-Ashr,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Dengan hanya menyebut setiap nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

وَالْعَصْرِ

(1) Demi masa.

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

(2) Sesungguhnya insan itu benar-benar dalam kerugian,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ    

(3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan pesan yang tersirat menasihati supaya menaati kebenaran dan pesan yang tersirat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan surat tersebut,

فأقسم سبحانه وتعالى بالدهر الذى هو زمن الأعمال الرابحة والخاسرة، على أن كل واحد فى خسر، إلا من كمل قوته العلمية بالإيمان بالله، وقوته العملية بالعمل بطاعته. …… فكمل نفسه بالعلم النافع والعمل الصالح، وكمل غيره بتعليمه إياه ذلك، ووصيته له بالصبر عليه

Allah subhanahu wa ta‘ala (dalam surat ini) bersumpah dengan masa yang merupakan waktu untuk beramal, baik amal yang menguntungkan maupun yang merugikan (pelakunya) bahwa setiap orang berada dalam kerugian, kecuali orang yang menyempurnakan kekuatan ilmiah dengan beriman kepada Allah dan menyempurnakan kekuatan amaliah dengan taat kepada-Nya. Maka beliau menyempurnakan dirinya dengan ilmu yang bermanfaat dan bederma shalih, serta menyempurnakan orang lain dengan mengajarkan kepadanya hal itu, dan berwasiat kepadanya dengan bersabar atas hal itu.

Ucapan emas bagi orang yang mengasihi hatinya semoga sanggup istiqamah

Ibnul Qayyim rahimahullah bertutur dalam Ighatsatul Lahfan min Mashaidisy Syaithan, hal. 22, “Hendaknya (seorang hamba) ketahui bahwa kedua kekuatan (hati) ini tidak pernah berhenti beraktifitas, bahkan (kemungkinan yang ada) yaitu:
  1. Jika tidak beliau gunakan kekuatan ilmiahnya untuk mengenal kebenaran dan mencarinya, maka beliau akan gunakan kekuatan tersebut untuk mengetahui sesuatu yang selaras dan cocok dengan kebatilan.
  2. Begitu pula, jikalau tidak beliau gunakan kekuatan kehendak amalnya untuk bederma shalih, maka beliau akan gunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan amal shalih.
Jadi, (Kesimpulannya) bahwa insan itu, secara tabiat, disifati dengan harits dan hammam, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ta’ala ‘alaihi wa alihi wa sallam,

أَصْدَقُ الأَسْمَاءِ: حَارِثٌ وَهَمَّامٌ

“Nama yang paling jujur ialah Harits dan Hammam.
Harits adalah orang yang (suka) beraktifitas. Sedangkan hammam adalah orang yang banyak berkeinginan/selera ham. Karena sebenarnya jiwa itu sifatnya dinamis dan gerakannya sesuai kehendak jiwa itu. Hal ini ialah belahan dari konsekuensi dzatnya.

Sedangkan kehendak itu mengharuskan bahwa sesuatu yang dikehendaki akan tergambar pada jiwanya dan mempunyai keistimewaan tersendiri berdasarkan jiwanya. Jadi, jikalau jiwa (manusia) tidak menggambarkan kebenaran, mencarinya dan menghendakinya, maka akan menggambarkan kebatilan, mencarinya dan menghendakinya. Dan itu pasti!”

Setelah kita mengetahui klarifikasi Ibnul Qayyim rahimahullah maka sanggup disimpulkan bahwa keistiqamahan seorang hamba dipengaruhi oleh dua kekuatan hati tersebut, sebab apabila kekuatan hati itu baik, maka baik pula ucapan dan amalan seluruh anggota badan lainnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

Ingatlah seseungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka baik pula seluruh jasad, dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu ialah hati” (Hadits dalam Shahihain).

Sebaliknya, apabila dua kekuatan hati itu rusak, maka hal itu akan merusak keistiqamahan seorang hamba, dan ketahuilah bahwa syahwat dan syubhat ialah induk penyakit yang merusak dua kekuatan hati.

(Bersambung)

***

Penulis: Ust. 
Artikel: Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post